Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
“Kau kira menikah itu cukup dengan cinta? Jangan bodoh!” kudengar menggelegar dari dapur.
“Dilihat bibit, bobot, dan bebet-nya! Kau paham, tidak?” lanjutnya lantang. “Dari bibit aja gak masuk itungan! Kami tahu persis siapa dia, bagaimana sejarah keluarganya! Jangan paksa kami setuju dengan pilihanmu! Malu yang ada!”
Kudengar dengan jelas. Bahkan, masih terngiang-ngiang hingga saat ini. Hampir setengah abad setelahnya! Saat itu aku diajak singgah ke rumahnya. Bagai runtuh langitku mendengar penolakan ibunya seperti itu. Lunglai seluruh sendi ragaku. Patah semangatku.
***
Dia kakak tingkatku di jurusan yang sama. Dua tahun di atasku...