Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Horor
Kuliah malam
1
Suka
60
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Putri baru saja pindah ke sebuah kota kecil untuk melanjutkan kuliah S2. Dengan semangat, dia berharap pengalaman barunya akan membawa banyak pelajaran hidup. Kota kecil itu terkenal tenang, jauh dari hiruk-pikuk kota besar yang selama ini menjadi tempat tinggalnya. Namun, Putri tidak menyangka bahwa tempat barunya menyimpan sesuatu yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya.

Universitas tempat dia mendaftar memiliki reputasi yang baik dalam bidang akademik, tetapi juga terkenal karena arsitekturnya yang menyeramkan. Gedung utamanya adalah bangunan tua dengan gaya arsitektur gotik, berdiri megah namun juga memancarkan kesan suram. Banyak mahasiswa bercanda menyebut gedung itu "istana kegelapan." Putri, yang awalnya tidak terlalu memikirkan hal-hal semacam itu, merasa biasa saja setidaknya sampai dia menjalaninya sendiri.

Hari pertama kuliah, Putri mendapat jadwal malam di salah satu gedung tua tersebut. Dia tidak keberatan karena berpikir bisa menyelesaikan tugas-tugas lain di pagi hari. Namun, dia tidak menyadari bahwa jadwal malam itu akan membawanya ke pengalaman yang tidak akan pernah dia lupakan.

Saat itu pukul tujuh malam ketika Putri sampai di gedung utama. Suasana kampus mulai lengang, dengan hanya beberapa mahasiswa yang terlihat di sekitar. Jalan setapak menuju gedung dipenuhi pohon-pohon tua dengan dedaunan yang bergoyang pelan diterpa angin. Putri memeluk buku-bukunya erat-erat, sedikit merasa tidak nyaman dengan suasana yang begitu sunyi.

Saat memasuki gedung, hawa dingin langsung menyelimuti tubuhnya. Lampu-lampu yang menerangi koridor terlihat temaram, hanya memberikan sedikit cahaya. Suara langkah kakinya menggema di sepanjang lorong, seakan menjadi satu-satunya suara di gedung itu. Tangga menuju lantai tiga berada di ujung lorong, terlihat gelap dan sempit. Putri menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya sendiri.

“Cuma malam pertama,” gumamnya sambil melangkah menaiki tangga.

Di lantai tiga, suasananya lebih sunyi daripada yang dia bayangkan. Hanya ada beberapa pintu kelas di sepanjang koridor, dan semuanya tertutup rapat. Ruang kelasnya ada di ujung lorong, membuat Putri harus berjalan melewati keheningan yang terasa mencekam. Langkah kakinya semakin pelan, dan jantungnya berdetak lebih cepat tanpa alasan yang jelas.

Ketika dia akhirnya sampai di depan pintu kelas, Putri melihat papan nama kelas itu. Tulisan “Sejarah dan Filosofi Malam” terpampang di atas pintu. Dia mendorong pintu perlahan dan mendapati ruangan itu sudah berisi beberapa mahasiswa. Mereka duduk diam di bangku masing-masing, tidak ada yang berbicara atau tertawa seperti biasanya suasana kelas.

Putri memilih kursi di barisan tengah, berharap bisa merasa lebih nyaman. Namun, sejak awal, ada sesuatu yang terasa aneh. Para mahasiswa di ruangan itu terlihat sangat serius, wajah mereka pucat, dan mata mereka tampak kosong, seperti sedang memikirkan sesuatu yang berat.

Tak lama kemudian, dosen masuk ke ruangan. Dia adalah pria tua dengan rambut putih yang sedikit berantakan. Pakaiannya rapi, tetapi auranya memancarkan kesan dingin dan tegas. Saat dia mulai berbicara, suara beratnya memenuhi ruangan, membahas sejarah dengan detail yang menakjubkan.

Namun, ada yang ganjil. Semakin lama, suhu ruangan terasa semakin dingin, hampir seperti berada di dalam ruangan ber-AC yang rusak. Putri mulai menggigil, tetapi tidak ada mahasiswa lain yang tampak terpengaruh. Dia mencoba fokus pada materi, tetapi rasa dingin itu membuatnya sulit berkonsentrasi.

Di tengah-tengah kuliah, perasaan aneh mulai merayapi dirinya. Putri merasa seolah-olah ada seseorang yang memperhatikannya. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri, tetapi tidak menemukan siapa pun yang melakukan itu. Namun, dia segera menyadari bahwa hampir semua mahasiswa di kelas itu sedang menatapnya. Tatapan mereka kosong, tanpa ekspresi, dan seolah-olah tidak berkedip.

Putri mulai merasa panik, tetapi dia mencoba menenangkan dirinya. Dia berbisik kepada mahasiswi di sebelahnya, seorang gadis yang sejak tadi duduk dengan kepala sedikit menunduk.

"Maaf, apakah kamu merasa ada yang aneh di sini?" tanya Putri dengan suara pelan.

Gadis itu menoleh perlahan. Wajahnya terlihat sangat pucat, hampir seperti mayat hidup. Matanya kosong, seolah-olah tidak ada kehidupan di dalamnya. Saat dia membuka mulut untuk berbicara, suara seraknya membuat Putri merinding.

"Kamu tidak tahu, ya?" kata gadis itu pelan. "Semua yang ada di sini adalah arwah mahasiswa yang tidak pernah bisa lulus. Mereka terjebak di sini... selamanya."

Kata-kata itu seperti petir di telinga Putri. Jantungnya berdetak lebih cepat, dan bulu kuduknya berdiri. Dia menatap gadis itu dengan pandangan tidak percaya, tetapi gadis itu hanya menatapnya balik dengan wajah tanpa ekspresi

Tanpa pikir panjang, Putri segera mengemasi barang-barangnya. Suara kursinya yang bergeser membuat seluruh kelas menoleh ke arahnya, termasuk dosen di depan. Tatapan mereka membuat darahnya berdesir. Dia merasa harus segera keluar dari ruangan itu sebelum sesuatu yang buruk terjadi.

Putri berjalan cepat menuju pintu kelas, tetapi langkah kakinya terasa berat, seperti ada sesuatu yang menahan tubuhnya. Ketika dia membuka pintu dan melangkah ke koridor, dia mendengar suara langkah kaki di belakangnya. Langkah itu terdengar cepat dan mendekat.

Putri tidak berani menoleh. Dia mempercepat langkahnya, mencoba untuk tetap tenang meskipun rasa takut semakin menguasainya. Suara langkah kaki itu semakin keras, seperti ada yang berlari mengejarnya. Putri mulai berlari, napasnya tersengal-sengal, dan jantungnya berdetak kencang.

Saat dia mencapai tangga, langkah kaki itu berhenti. Putri menoleh ke belakang dengan perlahan, tetapi koridor itu kosong. Tidak ada siapa pun di sana, hanya kegelapan yang menyelimuti. Namun, dia merasa ada sesuatu yang mengawasi dari dalam kegelapan itu.

Putri segera menuruni tangga, hampir terpeleset karena tergesa-gesa. Ketika dia akhirnya keluar dari gedung, udara malam yang dingin terasa seperti penyelamat. Dia berhenti sejenak untuk mengatur napas, tetapi perasaan takut masih menghantui.

Di depan gedung, dia melihat seorang satpam sedang duduk di pos penjagaan. Dengan napas terengah, Putri menghampirinya dan menceritakan apa yang baru saja terjadi. Satpam itu mendengarkan dengan tenang, tetapi senyum tipis di wajahnya membuat Putri merasa semakin tidak nyaman.

"Kamu bukan orang pertama yang mengalami ini," kata satpam itu pelan. "Gedung itu memang sudah lama ditinggalkan. Seharusnya tidak ada jadwal kuliah di sana. Banyak cerita tentang mahasiswa yang... tidak pernah bisa meninggalkan kampus."

Putri merasa tubuhnya lemas. Dia ingin bertanya lebih banyak, tetapi satpam itu hanya menggelengkan kepala, seakan memberi peringatan untuk tidak kembali ke gedung itu lagi. Malam itu, Putri pulang ke kos dengan perasaan campur aduk antara takut dan bingung.

Setelah kejadian itu, Putri memutuskan untuk tidak kembali ke gedung tua tersebut. Dia bahkan meminta jadwal kuliahnya diubah, dan akhirnya, dia memutuskan untuk pindah ke universitas lain. Namun, pengalaman malam itu terus menghantui pikirannya. Setiap kali dia mendengar suara langkah kaki di malam hari atau merasakan hawa dingin yang tiba-tiba, ingatannya kembali ke malam itu.

Cerita tentang mahasiswa hantu dan gedung tua itu menjadi salah satu kisah yang sering dia ceritakan kepada teman-temannya. Tetapi meskipun dia mencoba menceritakannya dengan nada ringan, di dalam hatinya, dia tahu bahwa apa yang dia alami adalah sesuatu yang nyata dan menakutkan.

Putri tidak pernah bisa melupakan malam itu, malam di mana dia bertemu dengan sisi gelap dari tempat yang seharusnya menjadi awal baru dalam hidupnya. Dia sadar, ada hal-hal di dunia ini yang tidak bisa dijelaskan dengan logika. Dan terkadang, lebih baik untuk tidak mencari jawabannya.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Horor
Cerpen
Kuliah malam
Dzakiyah Azzahra
Novel
Siapakah Pembunuhnya?
Faizal Ablansah Anandita, dr
Novel
Gold
Fantasteen Injurious
Mizan Publishing
Novel
Teror Satu Malam
yon bayu wahyono
Novel
Peti Mati Suruhan
Yovinus
Novel
Shaman Palakka
Raxl Sri
Novel
Bronze
SIMPLE MINUTES
K. Z. Asri
Flash
Bronze
Hampir Disetubuhi Dalam Mimpi
Nila Kresna
Novel
Bronze
Keluarga Darayan, Misteri Rumah Gadai
Sisca Wiryawan
Cerpen
Bronze
Andung dan Seblak Sapu Lidi
bomo wicaksono
Flash
Nyai Sendang Larangan
Allamanda Cathartica
Novel
Bronze
Kuda Bisik~Novel~
Herman Sim
Cerpen
Bronze
Suara Melodi Kematian
SUWANDY
Novel
Gold
Fantasteen Haunted School
Mizan Publishing
Cerpen
Bronze
Bisikan Dalam Kegelapan
tia htp
Rekomendasi
Cerpen
Kuliah malam
Dzakiyah Azzahra
Cerpen
KERETA SETAN
Dzakiyah Azzahra