Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Komedi
Kopi 3
1
Suka
8
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Kopi dan Dua Orang yang Saling Naksir Tapi Sama-Sama Bodoh Dalam Ekspresi

oleh: Arkana Jiwa

---

Kalau kamu pernah naksir orang dan satu-satunya strategi kamu adalah “menahan diri sampai dia duluan yang ngaku”, maka kamu dan dua orang ini... sefrekuensi dalam kebodohan cinta.

Namanya Dimas dan Laras.

Mereka udah nongkrong bareng 3 bulan.

Udah nonton bareng, tukeran meme, bahkan pernah saling ngingetin “jangan lupa makan.”

Tapi satu hal yang belum pernah mereka lakukan: NGEGAS.

---

Hari itu, mereka duduk di warung kopi Bang Komar. Meja pojok. Waktu sore.

Suasana romantis.

Tapi... yang mereka obrolin justru harga tahu naik.

> “Lo tahu gak sih, Dim,” kata Laras sambil nyeruput latte,

“Tahu isi sekarang isinya bukan tahu... tapi harapan kosong.”

Dimas ketawa,

> “Ya kayak gue kalau chat lo gak dibales. Udah nungguin, yang dateng cuma centang biru.”

ZONK.

Padahal itu bisa jadi momen confession.

Tapi ya namanya juga dua orang bego secara emosional.

---

Fikri dari meja sebelah udah frustrasi,

> “INI DUA ORANG SALING SUKA TAPI BISA-BISANYA NGEBAHAS GORENGAN!”

Nadya nambahin:

> “Kalau mereka gak jadian minggu ini, gue akan resign jadi pengamat percintaan warung.”

---

Bang Komar, yang udah paham situasi, dateng sambil bawa dua gelas:

> “Ini kopi khusus. Buat orang yang gak bisa ngungkapin rasa, padahal hatinya udah kayak air panas nyari gula.”

Dimas dapet kopi hitam robusta — pahit, tegas, tapi butuh waktu buat dinikmati.

Laras dapet kopi karamel macchiato — manis di atas, pahit di bawah. Mirip banget sama dia: kelihatan chill, padahal isi kepala udah chaos kayak Google Sheet anak deadline.

---

> “Gue tuh,” kata Dimas tiba-tiba, “kadang pengen bilang langsung ke lo, Ras. Tapi takut lo ilfeel.”

“Ilfeel? Gue tuh udah ngeliat lo sendawa abis minum soda, Dim. Apa lagi yang perlu gue takutkan?”

Tiba-tiba sunyi.

Dimas garuk kepala.

> “Jadi... lo ilfeel gak?”

> “Enggak. Gue malah... suka. Udah lama.”

TIBA-TIBA SUASANA NGGAK ADA ANGIN NGGAK ADA ANGIN KENCENG, JADI LEMBUT.

Fikri hampir jatuhin gorengan.

Raka sampe berdiri:

> “YES!! YES, WOI!! MEREKA JUGA PUNYA HATI!!”

---

Tapi karena mereka dua manusia awkward, ekspresi cinta mereka pun... unik.

> “Jadi... kita pacaran?”

“Hmm... enggak usah buru-buru ya. Kita tes dulu. Kayak nyoba varian kopi baru.”

“Oke. Tapi lo harus tahu, kalo gue cemburu, ekspresi gue tuh kayak orang ngelihat harga BBM naik.”

“Noted. Kalo gue baper, biasanya gue diem. Tapi diemnya kayak mau ngelempar kursi.”

---

Bang Komar nyimak sambil nyeduh kopi baru.

> “Cinta itu bukan soal siapa yang ngomong duluan. Tapi siapa yang duluan mau kelihatan bego.”

> “Dan kalian... dua-duanya pemenang dalam lomba bego demi cinta. Selamat.”

---

Refleksi Jiwa:

Cinta gak harus selalu romantis. Kadang bentuk paling tulus dari rasa sayang adalah:

ngasih gorengan terakhir tanpa bilang.

Atau

nanya “udah makan belum” padahal tahu jawabannya tetap belum.

Dan kadang... yang bikin cinta gak jalan tuh bukan karena gak ada rasa,

tapi karena dua orang kebanyakan mikir:

> “Ntar dulu ah. Nanti dia ilfeel.”

Padahal yang ilfeel justru nungguin kelamaan.

---

Ditulis oleh: Arkana Jiwa

Untuk kamu yang masih tahan-tahan rasa, padahal hati udah bilang:

> “Ayo dong, kita gas bareng. Kalau salah, setidaknya kita salah bareng.”

Kopi dan Gebetan yang Gak Sadar Kalau Dia Gebetan

oleh: Arkana Jiwa

---

Di warung Bang Komar, ada satu makhluk unik yang selalu datang tiap hari Selasa jam 4 sore.

Namanya Saka.

Bersama hatinya yang gak tahu arah dan sinyalnya yang ngambang kayak wifi gratisan masjid.

Dia selalu duduk di meja yang sama.

Dan yang lebih sama lagi?

Dia duduk bareng Rani.

Rani itu... ya bisa dibilang paket lengkap: pinter, lucu, suka ngopi, dan… gak peka setengah hidup.

---

> “Gue tuh udah empat kali ngajak dia ke warung kopi ini, Fi,” kata Saka ke Fikri,

“Gue udah kasih kode, dari ngasih jaket pas dia kedinginan, sampe ngirimin lagu ‘Tertawan Hati’ tiap malam.”

“Dan dia nanggepinnya?”

“Cuma bilang: ‘Duh, kamu perhatian banget. Kayak abang aku.’”

MATI GAYA.DIBROTHERZONE LANGSUNG DI TEMPAT.

---

Hari itu Rani datang lagi, dengan senyum cerah dan pertanyaan menusuk:

> “Sakaaa... kamu tau gak? Tadi aku ketemu mantan, terus dia ngajakin balikan. Tapi aku bingung harus jawab apa.”

Saka nyeruput kopi cold brew-nya, berharap itu bisa membekukan emosinya juga.

> “Oh, yaudah... kalau dia niat ya gapapa.”

Padahal hatinya: AKU?! APAKAH KAMU LUPA DENGAN SEMUA STORY WA YANG KUBUAT DEMIMU?!

---

Nadya dari meja seberang bisik,

> “Sumpah, ini cowok udah ngasih sinyal kayak sinar laser tapi ceweknya ngira itu lampu jalan.”

Raka nambahin:

> “Kadang cinta itu kayak kopi arabika. Asam-asam nikmat, tapi lo butuh pemahaman buat bisa menikmatinya. Sayangnya si Rani masih di tahap teh tarik.”

---

Saka akhirnya mencoba final move:

> “Ran, lo tau gak... gue suka ngopi bukan karena suka kopi. Tapi karena tiap kali kita di sini, lo ada.”

Rani diam.

Kemudian ketawa.

> “Awww, kamu sweet banget. Emang enak ya punya sahabat cowok yang tulus?”

DAN HATI SAKA RETAK BERSERAK.

Fikri sampe berdiri,

> “GUE GAK KUAT LIAT INI LAGI.”

---

Tapi ya gitu.

Cinta yang gak kesampaian bukan berarti gak tulus.

Saka pulang sore itu gak marah.

Cuma sedih.

Tapi juga lega. Karena... dia udah bilang.

> “Gue gak dapet dia. Tapi gue dapet ketenangan, karena akhirnya... gue gak pura-pura lagi.”

---

Besoknya, Bang Komar taruh menu baru di papan tulis warung:

> ☕ Kopi Gebetan

Rasanya ngambang.

Manisnya samar.

Dan kadang... diseduh pake harapan yang gak dibalas.

---

Refleksi Jiwa:

Kadang kita suka seseorang sepenuh hati.

Tapi dia... gak sadar.

Bukan karena kita gak cukup baik. Tapi karena mereka gak ngeliat ke arah yang sama.

Dan gak apa-apa.

Cinta gak harus selalu dimiliki.

Yang penting... gak membohongi diri sendiri.

> Karena ngakuin rasa... lebih sehat daripada memendamnya sambil ngedit foto mereka jadi wallpaper.

Kadang kita jatuh cinta...

bukan untuk memiliki,

tapi untuk menyadari bahwa hati kita masih bisa merasa hangat di tengah dunia yang dingin.

Kita jatuh cinta,lalu diam.

Bukan karena pengecut,

tapi karena takut mengganggu semesta yang sudah damai tanpamu.

Dan ketika akhirnya kita berkata jujur,

bukan harapan yang kita kejar,

melainkan kelegaan,

bahwa kita gak lagi pura-pura jadi teman,

padahal hati sudah lama menanti.

**

Tidak semua rasa perlu dibalas.

Ada rasa yang cukup diakui—dan itu sudah penyembuhan.

Seperti kopi yang pahit tapi hangat,

cinta yang tak dibalas pun bisa jadi pelajaran paling tulus:

> Bahwa mencintai tidak selalu harus memiliki.

Tapi harus selalu menguatkan, bukan melemahkan.

Jika kamu pernah jadi Saka,

yang jatuh hati diam-diam,

dan akhirnya ditertawakan sebagai “sahabat terbaik”,

maka kamu sudah merasakan bentuk cinta paling berani:

jujur tanpa jaminan.

Karena yang lebih penting dari dicintai…

adalah tetap memilih mencintai diri sendiri,

setelah cinta itu tak kembali.

---

Ditulis oleh: Arkana Jiwa

Untuk kamu yang pernah jadi pendengar setia cerita cinta gebetanmu... padahal kamu lagi patah hati karena dia.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (1)
Rekomendasi dari Komedi
Cerpen
Kopi 3
syaifulloh
Komik
Ways to be a Girlfriend
Sekar Ayu
Cerpen
Bronze
Mata Belo Menyergap di Lampu Merah
Saifoel Hakim
Flash
Penghuni Baru
Afri Meldam
Flash
Bronze
Pesta Pernikahan
Afri Meldam
Cerpen
Bronze
Ngaku Saja Pak Dul!
glowedy
Komik
Bronze
KEMBAR SIAL
Agam Nasrulloh
Flash
Bronze
Karena 271 Triliun
penulis kacangan
Cerpen
Hedonisme Bos Cendol
Doddy Rakhmat
Flash
Menjemput Teman
Saifan Rahmatullah
Flash
Bronze
Brandal yang tersakiti
penulis kacangan
Flash
Bronze
Beautiful Widow 'Sake' Seller
Ceena
Flash
Bronze
Bong Li Mei
Onet Adithia Rizlan
Flash
Bronze
Lon-te "Lontong Sate"
Sunarti
Cerpen
Bronze
Ada Apa di Balik Itu?
Kinanthi (Nanik W)
Rekomendasi
Cerpen
Kopi 3
syaifulloh
Cerpen
Kopi 2
syaifulloh
Cerpen
Kopi
syaifulloh