Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Kertas ulangan ku.
Hari yang membanggakan itu, pertama kali nya dalam hidupku aku mendapatkan nilai tertinggi mata pelajaran Bahasa Inggris.
Setelah berhari hari penantian ku akan nilai ulangan semester yang telah ku kerjakan dengan optimisme dan segala kemanpuan.
Pengumuman Hasil nilai saat itu telah di publikasikan. Beberapa junior memberitahukan ku jika aku adalah jawara nya.
Aku tak percaya dan merasa tidak, ini pasti hanya salah dengar..
Lalu, sang guru pengajar memberitahukan benar ada nya. Bahwa aku lah sang pemilik nilai terbaik itu.
Di bagikan nya Kertas hasil ulangan pada setiap siswa . Ku baca dengan cermat. Ku telititi kata demi kata.
Dan semua itu benar, tak butuh waktu lama ku langkahkan kaki ku secepat kuda. Ku pijak jalanan beraspal yang hari itu bak jalan yang ber bunga bermekaran .
Dengan penuh keyakinan dan Rasa bangga. Ku
Tunjukan secarik kertas bernilai emas itu bagiku pada ibu ku.
Namun sayang seribu sayang, lembar berharga itu seketika telah berubah bagaikan surat kabar usang yang tak ada pembaca nya.
Aku tertunduk lesu. Dan kupaksakan bibirku untuk tersenyum pada luka yang begitu menyayat rasa ku.
Bu... Jika saja kau tau betapa mendamba nya kertas ini bagi siswa di sana. Betapa berharga nya tulisa tulisan ini bagi orang tua lain nya.
Tak tahukah bu, setiap hari aku berusaha dengan keras belajar demi sesuatu yang tak berharga bagi mu ini?.
Tiada les privat, atau sarana lain nya untuk membuat ini semua menjadi nilai utama. Ku asah akal dan fikiran ku agar menjadikan ku anak yang patut kau banggakan.
Jika saja aku tahu kau tak pernah menganggap apa yang ku usahakan adalah sebuah impian. Apa yang selalu ku ceritakan adalah topik utama. Aku tak akan merasa begitu lara.
Ku remas dan ku masuk kan kembali lembaran kebahagiaan ku ini tanpa satupun penglihatan mata. Ku teteskan air mata pada huruf huruf yang ku anggap lebih mulia. Pada angka yang nilai nya bagiku adalah permata..
Di pagi hari berikutnya. Aku sudah tak memperdulikan lagi apa dan bagaimana hasil dari semua mata pelajaran. Namun aku tak ingin membabi buta.
Ku lihat sekali lagi kertas ulangan ku kemarin. dan ku lipat dengan penuh penyesalan. Ku simpan dengan baik dan tak akan ku sia siakan.
Karna aku berharga dan aku pantas menjadi yang utama meski seluruh dunia memandang rendah. Tapi akulah yang akan membela. Karna aku menyayangi diriku dengan sepenuh jiwa.
Hingga semua kenangan akan kejadian hari itu telah sirna.
Aku yang dulu amatlah rendah dan tak ternilai di mata ibuku. .
Kini aku telah tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan dewasa.
Aku mengajar sastra . Khususnya bahasa inggris.
Mata pelajaran yang tak pernah berubah nilai ketertarikan ku pada nya.
Aku sekarang berada di negara jauh di sebrang.
Negara yang sangat aku impikan
Sudah beberapa tahun sudah aku tak bersua ke rumah.
Rumah yang selalu aku rindukan dalam tidur dan dalam lamunan.
Akankah semua akan sama?
Seperti saat pertama aku pergi melangkah.
Dan.
Hari ini aku memutuskan untuk pulang
Menemui ibuku sayang yang kasih sayang nya terbagi terkadang.
Namun..
Ibuku tetaplah ibuku.
Berapapun aku membawakan nya segunung usahaku.
Apa yang telah ku kumpulkan dengan keringat dan peluh.
Tetaplah itu tak membuatmu tersentuh.
Aku tak ingin mengulang kisah ku yang telah lalu.
Kini aku membawa satu koper lembaran dengan pelukan haru.
Kini ibu yang dulu kudapati acuh
Kini berubah menjadi ibu yang lembut nan penyantun.
Tak ku kira semua ini hanyalah palsu
Dan ibuku lebih menyayangi koperku, karna di dalam kotak kain itu ada beberapa lembar uang.
Lembar yang sangat dia rindu melebihi diriku.
Aku tak lagi menahan bibir dan senyumku. Aku tak lagi meremas lembaran lembaran itu. Karna tu adalah kebahagiaan ibuku, melebihi lembar hasil ulangan masa kecil ku dulu.
Tak apa bu.
Asal kau suka. Asal kau bahagia. Biarlah aku
Aku hanya ingin melihat guratan senyum di wajahmu. Yang tak pernah terlihat jika kau bersama ku.yang hanya akan nampak jika itu adalah kakak ku yang bersama mu.
Namun ada satu hal yang sangat menyayat hatiku. Yaitu kertas lembaran nilai itu. Kini telah berada di tempat yang tak semestinya tidak untuk menyimpan lembar nilai ku.
Adalah tempat kotor dan berdebu.
Ku pungut dan ku dekap satu persatu. Ku relakan koperku dan ku biarkan ibu memiliki semua itu.
Bagiku uang tidak akan menghiburku.
Aku hanya butuh kasih sayang ibu dan sedikit rasa untuk menganggapku.
Kejadian itu kini terulang lagi di benak ku.
Hal yang seharusnya sudah kulupakan. Hal yang aku harap bisa sembuh dengan waktu. Namun tidak dengan kisahku....
Begitu sorak ramai tepuk tangan.
Kini aku sang pembaca puisi turun dari panggung dan kembali ke tempat duduk ku.
Ada ibuku di samping tempat duduk yang mendekapku. Ibu menyayangiku. Tak seperti subjek dalam puisiku.
Ibu memberiku senyuman terindah nya. dan juga pengahayatan nya. Dan ketika dan ibuku beranjak dari pentas itu. Di sudut taman di bawah sinar lampu. Berdiri seorang wanita tua yang membawa satu ikat bunga dan air mata nya yang terjatuh.
Dia adalah nenek ku, wanita yang ada dalam puisi ku. Ibu memeluk nenek ku dan mengusap air mata itu.
Maafkan aku anak ku.. Ucap nenek dengan mata sayu . Beliau menyadari semua kesalahan nya di masa lalu pada ibuku. Ibuku sudah memaafkan nya namun kenangan itu sangat enggan hilang dari benak ibuku.
Dan apa yang telah ku sampaikan dalam sajak ku. Adalah kisah haru ibu dan nenek ku. Ibu adalah sang pemilik lembaran lusuh. Lembaran yang membawaku membacakan sajak haru dan menyentuh.
Ibuku adalah wanita hebat. Wanita yang kuat.
Dia adalah motivator ku dalam berbagai aspek kehidupan.
Itulah yang ku lihat setiap hariku. Dalam lelah dan penat. Tak pernah menyerah dan selalu menjadi sang tauladan bagiku.
Bahkan ketika aku memperoleh nilai pelajaran dengan hasil terburuk ku. Tak pernah sekali pun ibuku memarahiku. Bahkan mengabaikan ku.
Ibu tak pernah mengharap kan aku agar menjadi orang sukses atau orang kaya. Namun menjadi orang yang bernilai adalah yang paling utama.
Tak peduli se gagal apapun. Kau adalah bagian dari semesta yang berharga. Dan yang terpenting adalah cintai dirimu apa adanya.
Tak peduli sesukses apapun dirimu. Jika kau tak menjadi dirimu , kau bahkan tak mengenal siapa dirimu. Maka kau akan menjadi budak popularitas dan harta.