Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Horor
Bronze
Kematian Di Tanah Rawa
1
Suka
2,949
Dibaca

Reno, Vina, Andi, dan Dewi berdiri di gerbang pendakian Gunung Rawa. Udara dingin dan segar mengisi paru-paru mereka, mengusir sisa-sisa kantuk dari perjalanan dini hari. Di tangan Reno, tergenggam erat sebuah peta lusuh yang sudah menguning—warisan dari kakeknya, seorang pendaki legendaris yang konon pernah menjelajahi setiap jengkal pegunungan ini. Peta itu adalah kunci menuju Curug Seribu, air terjun mitos yang dijaga oleh arwah kuno.

“Serius, cuma pake peta ini?” tanya Dewi, suaranya terdengar cemas. Ia menggosok-gosokkan kedua tangannya, mungkin bukan karena dingin, tapi karena keraguan yang mulai merayap. “Kata orang, gunung ini angker banget.”

Andi tertawa, mencoba mencairkan suasana. “Angker-angkeran apaan sih? Itu cuma cerita buat nakut-nakutin. Kita kan mau cari air terjun, bukan hantu.”

Vina menatap Reno, matanya memancarkan kepercayaan penuh. “Tenang, Dewi. Reno tahu apa yang dia lakukan. Kita aman kok.”

Reno tersenyum, mengangguk yakin. “Ini petanya kakek. Dia bilang, Curug Seribu itu tempat paling indah yang pernah dia lihat. Kita harus ke sana.”

Mereka pun memulai langkah, menyusuri jalan setapak yang mulanya jelas dan lebar. Pohon-pohon menjulang tinggi, menaungi mereka dari terik matahari. Suara alam berpadu harmonis: kicauan burung, gemericik air sungai, dan gesekan daun-daun kering yang terinjak. Semangat petualangan membara, mengalahkan sedikit rasa takut yang mungkin ada. Reno memimpin di depan, dengan Vina tepat di belakangnya. Andi dan Dewi menyusul di belakang, mengobrol ringan.

Seiring waktu, jalan setapak mulai mengecil dan vegetasi semakin lebat. Andi, yang biasanya paling ceria, mulai menjadi pendiam. Beberapa kali, matanya melirik ke balik pohon-pohon besar, seolah-olah ada sesuatu yang mengawasinya.

“Di sana itu apa?” gumam Andi, menunjuk ke arah semak-semak. “Kayak ada yang lewat.”

Dewi menoleh, matanya melebar. “Mana? Jangan nakut-nakutin!”

Andi menggeleng. “Nggak, bukan nakut-nakutin. Gue beneran lihat. Kayak bayangan hitam.”

Reno dan Vina menoleh. “Mungkin itu cuma monyet atau binatang lain, Ndin,” kata Vina, mencoba menenangkan.

Namun, Andi menggeleng lagi. Ia mengendus udara, keningnya berkerut. “Kalian nyium bau busuk nggak? Bau bangkai, tapi aneh.”

Reno mengabaikannya, terlalu fokus dengan peta di tangannya. “Nggak, gue nggak ci...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp10.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Horor
Cerpen
Bronze
Kematian Di Tanah Rawa
Christian Shonda Benyamin
Novel
SAMBAT
iqbal syarifuddin muhammad
Flash
Bronze
Payung Hitam
Herman Sim
Novel
Bronze
Rama's Story : Mey Ling - Dark Castle
Cancan Ramadhan
Novel
FOTOINTESA
Kuwaci
Flash
The Eyes
Ika Karisma
Flash
Uang berdarah
Bungaran gabriel
Flash
Pengusiran Setan
Keita Puspa
Novel
Bronze
Misteri Dendam Widuri
Jasmine23Pramestia
Novel
Bronze
Hizib
Topan We
Flash
Pohon Kematian
Desi Ra
Novel
Gold
Fantasteen Bisikan Caroline
Mizan Publishing
Flash
Dunia Lorong Waktu
Vanillarose
Flash
Ayo Ikut
Laila NF
Cerpen
Bronze
Ilmu Batin
syaifulloh
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Kematian Di Tanah Rawa
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Panggilan Sumur Tua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Jejak Pulang Yang Berdarah
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Streamer Yang Tragis
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Cermin Di Kamar Kost
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kaca Retak
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Dia Bukan Bayi Ku
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Jurnal Kosong
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bayangan Di Sudut Mata
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bayang - Bayang Senja
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Petak Umpet Maut
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Main Di Tengah Malam
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Senandung Lukisan
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Dinding Tertawa
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bunker Jepang
Christian Shonda Benyamin