Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Disarankan untuk terlebih dahulu membaca cerpen : Kemala Kembali (2)
1
Saya berlari pulang ke rumah begitu ritual pemakaman selesai. Jantung saya berdebar sepanjang perjalanan, bukan karena lelah, tapi karena cemas. Cemas memikirkan Kemala. Cemas jika sesuatu terjadi saat saya tidak ada.
Pak Tarjo dan Pak Darno menyusul di belakang dengan langkah yang lebih santai. Mbah Karto berpesan, dia akan beristirahat di rumahnya, namun meminta saya segera memanggilnya jika terjadi sesuatu.
Sampai di rumah, saya langsung menerobos masuk dan segera menuju kamar.
Bu Darmi duduk di kursi di samping kasur, membaca doa pelan sambil memegang tasbih. Dia melihat saya masuk, lalu berdiri.
"Piye, Le?" (Gimana, Nak) tanyanya khawatir.
"Sudah, Bu. Sudah dikubur dengan benar." Saya berjalan mendekat ke kasur, melihat Kemala yang masih terlelap. "Mala gimana?"
"Masih tidur. Tapi tenang. Tidak mengigau lagi.” Bu Darmi tersenyum tipis. "Aku rumongso, awaknya sudah kembali. Istrimu sudah pulang."
Saya duduk di pinggir kasur, memegang tangan Kemala. Masih dingin, tapi tidak sedingin tadi. Ada sedikit kehangatan.
"Terima kasih, Bu. Terima kasih sudah menjaganya."
"Ah, tidak apa-apa. Saya juga dulu pernah mengalami yang mirip-mirip. Mengerti rasanya kehilangan, mengerti rasanya meminta kembali.” Bu Darmi menepuk bahu saya. "Sabar, Nak. Dia pasti bangun. Kamu harus percaya."
...