Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Malam ini hujan terlihat sangat deras sampai teras rumah ibu Kana serta pak Bowo terlihat basah. Berawal dari Talia Putri Kana, putri kandung dari ibu Kana dan pak Bowo. Setelah beberapa bulan ibu Kana dan pak Bowo memutuskan untuk berkunjung ke rumah nenek. Namun sayangnya di perjalanan Talia melihat seorang anak tiba-tiba berdiri di depan, Talia langsung berteriak,
“Ayah stop!”
“Ada apa, Talia?” Tanya ayah.
“Ayah di depan ada anak kecil.’’ Jawabnya. Mendengar pernyataan Talia pak Bowo heran, mana mungkin ada anak kecil di malam hari seperti ini dan itu sendiri lagi. Lalu pak Bowo juga berfikir ini cuacanya juga tidak baik, namun pak bowo tetap percaya dengan putrinya.
Pak Bowo pun akhirnya menghentikan mobilnya, lalu memeriksa sekitar namun hasilnya nihil. Tiba-tiba pak Bowo dikejutkan oleh seorang anak kecil berambut panjang berwajah cantik jelita namun ia sedikit pucat, mungkin karena kedinginan sebab air hujan yang deras.
“Kamu siapa?’’ Tanya pak Bowo.
“Namaku Wulan.’’ Jawabnya. Jawaban yang singkat. Tanpa panjang lebar pak Bowo mengajak Wulan masuk ke dalam mobil.
“Ini siapa, Ayah?’’ Tanya Talia pada ayahnya.
“Ini Wulan Talia, dia akan menjadi adik angkat kamu.’’ Sahut ayahnya.
Talia yang mendengar ucapan itu pun terkejut, namun ia tidak keberatan sebab ia sesalu kesepian bila ayah dan bundanya pergi bekerja.
Akhirnya mereka pun sampai di rumah nenek namun sayangnya rumah nenek kosong tidak ada penghuni, lalu pak Bowo bertanya kepada tetangga teman ibunya kemana ibunya pergi jawaban sangat menyakitkan, ibunda pak Bowo telah meninggal dunia tanpa ada yang memberi kabar kepada mereka dan mereka memutuskan untuk kembali ke kota malam ini juga. Namun hal-hal yang tak disangka terjadi, pak Bowo dan keluarganya mengalami kecelakaan yang sangat sadis.
Malam ini juga terbukti dan terlihat oleh mata Talia sendiri ayah dan ibunya tewas dalam kecelakaan ini.
“Wulan! Wulan!’’ Panggil Talia.
“Aku di sini!’’ Jawabnya. Wulan dan Talia selamat dari kecelakaan ini, sebab sebelum semua terjadi Talia melihat seseorang dari belakang mobil namun Talia tidak menyangka orang tersebutlah yang akan menghabisi nyawa ayah dan bundanya.
Beberapa tahun kemudian…
Sekarang Talia Putri Kana beserta adik angkatnya Wulan memulai hidup mereka yang baru. Hari ini adalah hari pertama Talia masuk kuliah begitu juga Wulan ia telah menduduki kelas 2 SMA di SMA STORY.
“Wulan, cepat! Nanti kamu terlambat.’’ Panggil Talia.
“Wulan datang kakak.’’ Sahutnya. Wulan hanya diam tanpa menjawab, namun Talia tidak pernah marah dengannya sebab dia terbiasa dengan sikap Wulan selama beberapa tahun ia tinggal bersama tetapi ia tidak tidak suka bila ia melihat Wulan termenung sebab ia takut terjadi hal yang tidak ia inginkan.
Minggu ini akan diadakan lomba memasak di sekolah Wulan namun Wulan tidak bisa mengikutinya karena ia akan berziarah ke makam ibu dan ayahnya.
“Setelah pulang sekolah jangan kemana-mana ya, Wulan!?’’
“Baik, Kak.’’ Ucapnya. Jawaban yang sangat pendek dan singkat. Kali ini Wulan berangkat sekolah sendiri sebab Talia sedang sakit.
“Hey! Gadis pucat berkaca mata!’’ Seseorang mengatainya. Wulan menoleh sekilas dan mengabaikan ejekan daripada teman-teman laknatnya. Gadis pucat berkaca mata inilah ejekannya, sebab ia memang berwajah pucat dan memakai kacamata yang cukup terlihat begitu kusam sebab memang kacamata tersebut sudah cukup lama. Wulan sering kali diejekin oleh teman-temannya namun dia tetap diam tidak ingin membalasnya.
Sepulang sekolah Wulan pun pulang ke rumahnya sesampainya di rumah ia melihat kakaknya masih tidur ia pun menukar seragam sekolahnya .
Sepekan kemudian…
Tiba-tiba hujan turun deras dari langit, Talia heran tidak biasanya hujan ketika malam ini namun ini terjadi siapa sangka. Hujan ini sangat berlangsung lama mulai dari malam hingga pagi hingga akhirnya Wulan memutuskan untuk tidak ikutbberangkat sekolah.
“Loh, kok nggak berangkat sekolah?’’ Tanya Talia.
“Anu, Kak, hujan deras banget! Kalau aku keluar dan berangkat pasti aku akan basah kuyup.’’ Jawabnya.
Spontan Talia termenung, ia termenung bukan karena Wulan tidak bersekolah hari ini namun ia tidak menyangka saja Wulan yang sendari dulu hanya menjawab dengan pertanyaannya secara singkat dan pendek, kini ia menjawab dengan jawaban yang sangat panjang. Tiba-tiba, “Tok, tok, tok!” Wulan bergegas untuk membukakan pintu namun tidak ada siapa-siapa di luar. Manusia misterius itu menghilang begitu saja.
Tiga hari kemudian…
Setelah kedatangan manusia misterius itu, hujan tidak lagi turun. Sepertinya cuaca hari ini sangat indah. Pagi ini Talia berangkat kuliah sekalian mengantar Wulan pergi ke sekolah. Setelah mengantar Wulan ia bertemu dengan seorang laki-laki berupawan tampan, namanya Rezra-anak dari pak Benol.
“Rezra, lama enggak ketemu.’’Sapa Talia
“Lho!? Talia Putri Kana anaknya pak Bowo?’’ Tanyanya.
“Iya gue anaknya almarhum pak Bowo.’’Jawab Talia.
“Apa?! Pak Bowo sudah meninggal? Maafin aku ya.’’ Pinta Rezra.
“Iya nggak apa-apa kok.’’Timbalnya.
Setelah perbincangan yang sangat lama akhirnya ia memutuskan untuk ke rumah Talia, namun tiba-tiba Rezra menerima panggilan dari pak Benol.
“Ayah,’’ katanya
“Kenapa ayah kamu?’’ Tanya Talia.
“Ayah menghubungiku, sebentar ya.’’ Sahutnya.
“Hallo, Ayah ada apa?’’Tanya Rezra kepada pak Benol.
“Rezra kamu harus pulang sekarang, ini sangat mendesak!’’Perintah ayahnya.
Belum sempat Rezra menanyakan ayahnya mengapa ia harus kembali ke rumah, jaringan sinyal tiba-tiba menghilang. Sampai pada akhirnya ia memutuskan untuk kembali kerumah dan berpamitan kepada Talia.
“Yaudah ya, Tal, soalnya gue disuruh bokap balik ke rumah.’’
“Iya Rez, gue juga mau balik soalnya gue takut hujan lebat kayak tiga hari lalu.’’ Jelasnya
“What? Hujan?’’Tanya Rezra.
“Iya, dirumah gue itu tiga hari ini hujan terus.’’ Timpalnya.
Rezra terdiam mendengar pengakuan dari Talia, karena seingatnya tiga hari lalu tidak ada hujan turun tetapi cuaca yang sangat panas terik. Namun karena Rezra terburu-buru karena perintah ayahnya, ia tidak menanyakan hal tersebut. Rezra langsung segera pergi. Talia yang melihat mimik muka Rezra yang tiba-tiba berubah aneh pun heran lalu ia melihat Rezra hingga akhir penghujung jalan.
Tidak lama kemudian sebuah mobil lewat menghampiri Talia dan menawarkan tumpangan. Dia adalah seorang laki laki berupawan tampan namun sayangnya dia tidak memiliki sopan santun kepada orang sekitarnya. Namanya Arga Syahputra ketua BEM di kampus Talia, semua orang yang tidak ingin mematuhi perintahnya dia akan memberi sebuah tamparan di pipi orang tersebut. Namun kali ini sangat berbeda, ketika Talia menolak tawarannya ia hanya diam. Tetapi tak mengapa, hari ini Talia memang lagi beruntung tidak mendapat tamparan yang di pipinya. Sepertinya Arga sedang jatuh hati kepada Talia. Setelah tawaran itu ia pun pergi dan akhirnya sebuah Taxi datang dan di Taxi inilah Talia naik sebagai penumpang.
Sesampainya di rumah Talia membersihkan badannya yang sudah cukup bau. Jam menunjukkan pukul lima sore tapi Wulan tak kunjung pulang ke rumah, tiba-tiba suara petir bergemuruh terdengar dari langit tampaknya hujan sedang turun deras di luar sana.
“Tok, tok, tok,” suara ketukan pintu terdengar Talia pun pergi untuk membuka pintu, setelah ia buka ternyata yang datang adalah Wulan. Kali ini Wulan sangat berbeda ia langsung masuk tanpa menyapa Talia. Talia pun tidak keberatan dengan itu tapi ketika ia bertanya kepada Wulan, Wulan hanya diam, “Sepertinya ada yang aneh pada Wulan.” Gumangnya dalam hati.
Malam ini Talia memanggil Wulan untuk makan malam namun Wulan tidak menjawab panggilan dari kakaknya hingga akhirnya Talia memutuskan untuk menjemput Wulan ke kamarnya. Ketika Talia ingin mengetuk pintu kamar Wulan tiba-tiba ada seseorang berlari dari belakangnya dengan sangat cepat, Talia terkejut hingga ia dikejutkan dengan kehadiran Wulan yang tiba-tiba berada di belakangnya.
“Astaga, Wulan kamu membuat kakak terkejut!” Kata Talia namun Wulan tiba-tiba menyodorkan pisau dan mengancamnya akan membunuhnya. Talia heran dengan sikap Wulan tersebut tapi ia hanya diam karena ia sangat takut apabila pisau tersebut mengenainya. Hingga Talia mengurungkan niatnya untuk makan malam, lalu ia memutuskan untuk langsung tidur.
Sekarang Talia mulai mengerti bahwa akhir-akhir ini ada banyak keanehan di rumah ini. Pagi ini, Talia memutuskan untuk menghubungi Rezra dan memberitahu kepadanya atas kejadian yang ada di rumahnya akhir-akhir ini dan menyuruh Rezra untuk datang ke rumahnya.
Rezra memang bukan seorang kiyai atau pun dukun, namun ia adalah anak dari pak Benol dukun terkenal di kota ini.
“Halo, Rezra kamu bisa datang nggak ke rumahku?
“Bisa, Tal. Emang ada apa?”
“Ada yang ingin aku ceritakan.”
“Oh baiklah aku akan datang.”
Sore ini Rezra pun datang ke rumah Talia, namun Rezra heran mengapa setelah ia sampai ke pekarangan rumah Talia tiba-tiba hujan sangat deras. Ia pun mengetuk pintu rumah Talia,
“Tok..tok..tok! Talia, assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.’’ Tidak lama kemudian Talia tiba di depan pintu dan mengajak Rezra untuk masuk ke dalam rumah. Lalu ia menceritakan segalanya kepada Rezra mulai dari hujan yang selalu turun di rumahnya sampai kepada Wulan yang menyodorkan pisau dan mengancam akan membunuhnya. Dan pada akhirnya Rezra memutuskan untuk mengajak Talia dan Wulan ke rumahnya dan akan memberitahukan hal ini kepada ayahnya pak Benol.
Talia pun menerima tawaran itu dan mengajak Wulan adiknya si gadis pucat berkacamata itu.
Setibanya di rumah Rezra mereka langsung menemui pak Benol, tetapi Wulan menolak untuk masuk ke dalam entah mengapa, alasannya ia ingin menghirup udara sejuk malam hari di luar rumah. Pak Benol yang melihat Talia terkejut, ia memang kenal dengan Talia sebab almarhum pak Bowo adalah sahabat dekatnya.
“om Benol.” Sapa Talia.
“Talia apa kabar, Nak? Bagaimana kabarnya pak Bowo? Tanya pak benol.
“Ayah sudah lama meninggal, Om, begitu juga dengan bunda.”. ‘’Jawab Talia.
Pak Benol terkejut mendengar berita tersebut dan merasa bersalah karena tidak sempat untuk berkunjung ke rumah Talia, tapi tiba-tiba pak Benol mengatakan, “Rumah, kamu disantet!’’Awalnya Talia terkejut namun pada akhirnya ia paham perkataan pak Benol. Pak benol hanya bisa mengingatkan Talia agar berhati-hati sebab selama ini ada seseorang yang selalu mengganggu kehidupannya hanya saja orang itu tidak terlihat oleh mata namun oleh batin yang memiliki ketakwaan yang sangat tinggi. Karena itu pak Benol tidak bisa untuk membantunya namun pak Benol memberikan alamat seorang kiyai yang tinggal di penghujung kampung. Namanya KH. Faizul Ma’ruf.
Setelah perbincangan yang sangat rumit akhirnya pak Benol, Talia dan Rezra untuk menghirup udara segar. Tiba-tiba pak Benol terkejut melihat kehadiran Wulan, dia tidak percaya, “Mana mungkin?’’Gumam pak Benol di dalam hatinya.
“Pak Benol kenalin ini Wulan adik angkat Talia.” Kata Talia. Tanpa berpamitan pak Benol langsung lari ke dalam kamar, sepertinya ada yang aneh dari pak Benol. Rezra yang melihat ayahnya berlari langsung mengikutinya dan mengejarnya hingga Rezra mendapatkan ayahnya di ruang kematian bagi ayahnya.
“Ayah! Ayah! Ayo keluar jangan berdiam di dalam.’’ Kata Rezra.
“Rezra pergilah engkau bersama Talia ke rumah kiyai Faizul Ma’ruf. Mitalah bantuan kepada beliau, ingat katakan bahwa kau anak dari pak Benol dan ceritakan segalanya pada beliau!’’ Perintah pak Benol kepada Rezra.
“Tapi apa yang harus aku ceritakan ayah?’’
“Tanyakan kepadaTalia apa yang ia alami selama ia tinggal bersama Wulan.’’
“Baik, Ayah!’’ Tanpa menceritakan apa yang terjadi pada Talia tentang perintah ayahnya ia langsung menarik tangannya dan mengajaknya masuk ke dalam mobil.
Perjalanan yang mereka tempuh cukup jauh mulai dari kota hingga pengunjung kampung di daerah ini. Tak terasa perjalanannya yang jauh akhirnya mereka lewati. Sesampainya di rumah kiyai Faizul Ma’ruf mereka menceritakan segalanya kepada kiyai. Sampai pada akhirnya kiyai Faizul Ma’ruf ikut bersama mereka ke kota untuk melihat keadaan. Namun, “DAAR!!’’Suara ledakan terdengar ternyata ban mobil mereka meledak di tengah hutan.
“Bagaimana ini?’’ Tanya Talia.
“Entahlah tapi tunggu dulu biar aku lihat bagasi mobil mungkin ada ban cadangan.’’
Sementara itu kyai menunggu di dalam mobil, tak lama kemudian akhirnya mobil sudah dapat dikendarai kembali. Selama di perjalanan kiyai menanyakan kepada Talia tentang apa yang menimpanya selama ini. Dan pada akhirnya ia pun lelap tertidur, Talia terbangun namun ternyata mereka sudah sampai di rumah pak Benol.
“Tal, ayo cepetan! Kiyai sudah nungguin di dalam.’’ajaknya.’’
“Kita sudah sampai?’’ Tanya Talia Kembali.’’
“Iya kita baru saja sampai.’’Jawabnya.
“Iya sudah mari kita masuk.’’ Kata Talia kepada rezra.
Kyai Faizul Ma’ruf kini sedang duduk bersama pak Benol di ruang tamu. Tanpa pak Benol bercerita tentang Wulan kiyai sudah mengetahui lalu kiyai meminta pak Benol untuk segera mengambil segelas air. Akhirnya pak Benol pergi ke dapur dan kini pak Benol datang dengan segelas air sesuai dengan perintah kiyai. Kyai Faizul Ma’ruf menerima air itu lalu ia membacakan sebuah kalimat di bibirnya.
Setelah itu ia menyuruh agar air itu diberikan kepada Wulan, pak Benol pun melaksanakan apa yang diperintahkan oleh kiyai. Lalu air itu diminumkan kepada Wulan tetapi Wulan menolak alasannya dia tidak haus. Mungkin ini keajaiban sang kuasa tiiba-tiba saja Wulan mau meminum air itu. Setelah Wulan meminum air itu tidak ada reaksi apa pun yang terjadi, sang kiyai dan pak Benol heran mereka berpikir bahwa mereka sedang berburuk sangka kepada Wulan.
Tidak lama kemudian Talia akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah. Seperti biasa hujan masih saja turun tak henti-henti, Talia semakin percaya bahwa hujan ini bukan hujan biasa ini adalah hujan kiriman dari seseorang. Talia memutuskan untuk tidur tetapi tiba-tiba,
“Hihihi..!’’ Suara tertawa seseorang terdengar jelas di ruang tamu, ia pun ingin keluar untuk melihat namun baru saja ia keluar tiba-tiba Rezra menghubunginya.
“Tal lo baik -baik aja kan?”
“Iya, Rez gue baik-baik aja, tapi gue lagi dengar seseorang tertawa.” ‘’Jelasnya.
“Iya iya gue paham ,sekarang lo jangan keluar dari kamar. Lo tunggu gue, kyai, dan juga ayah kita akan datang sekarang juga lo paham?’’ Tekannya kepada Talia.
Tidak sempat ia menanyakan mengapa ia harus menunggu tiba-tiba saja jaringan menghilang. Talia tidak juga ingin berdiam di kamar, ia selalu merasa bahwa Wulan sedang dalam bahaya. Baru saja ia membuka pintu kamar, tiba-tiba ia melihat sosok yang mengerikan seorang perempuan berambut panjang tanpa mata, ia terkejut melihat Wulan tiba-tiba saja tidak memiliki mata.
“Wulan kamu baik-baik saja” Tanyanya kepada Wulan.
Namun tidak ada jawaban, yang terdengar adalah suara nyamuk yang sedang mencari darah segar.’’
“Awaaas’’ Teriak seseorang dari kejauhan, Talia yang mendengar teriakan tersebut langsung terkejut, hingga akhirnya ia terkena tusukan dari Wulan. Namun Talia tetap bertahan walau tusukan yang ia rasakan sangatlah sakit.
“Wulan sadar! Sadar!’’Teriaknya.
Pak kyai yang sedari tadi membacakan ayat kursi tiba-tiba terjatuh.
“Pak kiyai tidak apa-apa?’’Tanya pak Benol.
“Iya saya tidak apa-apa, sekarang juga dapatkan sehelai rambut dari Wlalu bakar rambut itu dengan membacakan ayat kursi.’’Perintah kiyai.
Sementara itu Wulan dari tadi hanya tertawa merasa bahwa ia akan menang sekalipun ia harus melawan seorang kyai.
“akan aku bunuh kalian semua!’’ Kata Wulan.
“Kalian akan merasakan apa yang aku rasakan 10 tahun lalu, kalian semua bersalah atas kegagalanku dulu!’’Katanya dengan nada yang sangat keras, sepertinya perempuan ini sedang mengancam seluruh orang yang ada di dalam rumah.
“Sekarang dua orang anak inilah yang akan menanggung akibatnya!’’Ancamnya. Belum sempat rezra membalas perkataan perempuan itu, tiba-tiba perempuan itu merasa kepanasan dan muncullah sebuah api dari ujung rambutnya.
“Kini kau lah yang akan mati dahulu akibat api itu!’’ Kata kiyai itu.
“Tidak! Tidak! Panas! Tolong saya!’’ Teriak perempuan itu.
Kini perempuan berambut panjang itu sudah hangus terbakar oleh api, sementara Wulan tempat api bersembunyi masih belum diketahui keadaannya. Sekarang Talia selamat dari kecelakaan yang akan menimpanya, hingga pada akhirnya “DAAR!!!’’
Jangan kemana-mana tetap bersama saya dalam cerita yang sama pada part berikutnya. See you! Bye-bye!
Darul Amin, 05 November 2024.