Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Hari Rabu sore selalu punya aroma yang beda. Bukan karena langitnya lebih biru atau kantin lebih murah, tapi karena… cuma di hari itu aku bisa duduk di kelas, berdua dengannya. Jevan.
Kami sama-sama 'korban' kelas tambahan matematika. Lebih tepatnya, kami yang belum lulus remedial.
"Eh, kamu bawa kalkulator, kan?" tanyanya waktu aku baru masuk kelas. Duduknya udah duluan, nyender sambil mainin pulpen.
Aku ngangguk, narik napas. "Bawa, tapi lowbat."
Jevan ketawa kecil. "Kayak aku."
Aku senyum, duduk di bangku yang biasanya jadi tempat duduk Rani, temanku yang sekarang udah lolos remedial. Sekarang tinggal aku. Sama Jevan.
Dulu, aku nggak pernah benar-benar sadar siapa dia. Duduknya di belakang, temannya rame, dan aku bukan tipe yang suka masuk obrolan cowok-cowok ribut. Tapi semenjak kelas tambahan ini dimulai tiga minggu lalu, aku jadi ngerti kenapa banyak yang bilang dia seru.
Suka ngelucu. Suka bilang hal random. Tapi juga… jago banget bikin suasana nggak awkward.
"Aku punya feeling untuk soal nomor dua belas," katanya sambil ngelihat kertas latihan.
"Feeling apa? Feeling salah?" aku goda pelan.
Dia ngakak. "Kamu mulai pinter ngelucu juga sekarang."
Rasanya, waktu jalan pelan... Banget. Kita belajar, ngobrol dikit, lalu belajar lagi. Kadang kami saling ledek, kadang saling diam tapi rasanya nyaman. Jeda antara satu soa...