Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Slice of Life
Bronze
Kedai Suram
5
Suka
1,916
Dibaca

Apakah Salah Untuk Pasrah ?

segelas teh tanpa gula yang selalu ku sajikan. Mungkin memang hambar tapi setidaknya itu membuat mereka tenang.

Orang – orang yang selalu mengawali pagi hari dengan energi positif yang melekat pada diri mereka, sebenarnya apa tujuan mereka. Sembari menunggu kereta yang ku tumpangi sampai ke stasiun tujuan, aku mulai mengamati raut wajah manusia yang ikut menumpang di kendaraan bergerbong itu. Begitu banyak raut wajah yang ku jumpai di pagi hari. Seseorang dengan wajah murung, angkuh, ceria, bahkan seseorang dengan wajah datar yang sepertinya jika aku bisa masuk kedalam pikiran orang itu hanya ada cacian untuk pagi yang selalu datang dengan memamerkan kecerahannya. Tapi di antara semua ekspresi raut wajah yang sering ku temui, seseorang dengan raut wajah ceria sering membutaku bergidik (entah perasaan merinding, takut, atau hampa yang kurasakan, aku tidak paham. Tapi melihat mereka membuatku merasa sangat tidak nyaman).

 Dunia ini kejam. Dan ku rasa tidak ada orang yang bisa menyangkalnya, semua pasti setuju dengan penyataan tersebut. Tapi, monster macam apa mereka yang tetap dapat memamerkan senyum untuk menyambut awal hari di dunia yang kejam ini. Apakah mereka ini yang disebut ‘manusia tanpa hati’? Atau mereka hanya para manusia yang haus akan atensi orang lain. Pasti mereka pemain akting yang sangat baik. Aku yakin pasti para manusia berwajah ceria itu hanya menyembunyikan diri sejati mereka agar mendapat pujian sebagai ‘Manusia Terkuat’ dari masyarakat. Bukankah itu artinya mereka melakukan kebohongan besar terhadap khalayak ramai, bahkan membohongi diri mereka sendiri. Tapi jika semua itu bukanlah kebohongan, sudah kuduga. Monster, mereka adalah monster yang selalu ikut tertawa dengan segala kekejaman yang dilakukan dunia. 

Sejak menduduki bangku sekolah menengah pertama, sudut pandanganku terhadap dunia yang tadinya putih kini berubah kian memerah. Pola pikirku yang dulunya sederhana hanya sebatas ‘meminum es berwarna -warni dapat membuat bahagia’, kini tak bisa dirasakan lagi. Aku sadar, betapa bodohnya aku yang dulu ikut termakan oleh perkataan orang dewasa “jangan berteman dengan anak yang keluarganya tidak jelas” bahkan kata ‘tidak jelas’ disini terdengar sangat ambigu. Ketika mulai memiliki banyak teman dan menambah lingkup pergaulan, aku paham akan satu hal. Dunia itu kejam. Tidak semua hal yang terlihat itu sebagaimana yang sebenarnya terjadi, tidak semua...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp1.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Slice of Life
Cerpen
Bronze
Kedai Suram
godok
Cerpen
Bronze
Di Bawah Tebing Terjal Pemanjatan
Ismail Ari
Cerpen
Bronze
Semangkuk Mie Ayam Sebelum Mati
Jasma Ryadi
Cerpen
Bronze
Malu
Imajinasiku
Cerpen
Bronze
Masakan Ibu
Noveria Retno Widyaningrum
Cerpen
Bronze
Lelaki Bermata Teduh (Tamat)
Munkhayati
Cerpen
Déjà Vu
Firman Fadilah
Cerpen
Di Belakang Layar Kekuasaan
Yovinus
Cerpen
Bronze
Kumcer Paling Buruk
Imas Hanifah N.
Cerpen
Bronze
Gara-gara Uang Panaik
Kim Sabu
Cerpen
Bronze
Pisang Goreng
De Lilah
Cerpen
Reruntuhan Malam
Cléa Rivenhart
Cerpen
Aku Ingin Nenek Menjadi Hantu
tis'ata adhia
Cerpen
Goodbye, My Cats
May Marisa
Cerpen
Bronze
Kok Bisa?
Defania
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Kedai Suram
godok
Novel
Hunter for The Phantom
godok
Flash
Bronze
Candala
godok
Flash
Bronze
Nasi
godok
Novel
Gubuk Tengah Hutan
godok
Cerpen
Kemusnahan
godok
Cerpen
Bronze
Figure Skating
godok
Cerpen
Bronze
Tuan Kutukan dan Warisan Terakhir
godok
Cerpen
Bronze
Dua Sisi LainNya
godok
Cerpen
Bronze
Agnosia
godok
Cerpen
Bronze
Yang Tetangkap
godok