Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Drama
Kebun Buah
2
Suka
68
Dibaca

Langkah kaki terdengar di dalam kebun buah itu. Pendatang baru itu terlihat seperti sedang menelusuri tempat itu. Sunyinya tempat itu membuatnya merinding, takut sesuatu akan terjadi padanya.

"Kenapa sih dari sekian banyaknya malaikat di sini harus aku yang dipilih, padahal ada yang lebih bagus tuh." Gerutu tukang kebun baru itu yang sedari tadi berjalan tanpa tujuan di dalam kebun sunyi itu.

"Walau gitu, buahnya bagus sih, warnanya cantik juga." Sinar dari matanya akhirnya muncul setelah sekian lama ia berjalan dalam kebun itu.

Tak lama kemudian, ia melewati suatu tempat yang tampaknya kurang serasi dengan kebun itu. Genangan membuat jalan di tempat itu sulit untuk dilewati, apalagi baunya yang sangat menyengat. Suasana hati baik pemuda itu langsung hilang saat melewati sana.

"Kalo tau gini tadi aku ga bakal lewat sini! Mana baunya nyengat banget lagi!" Pemuda itu mencoba mengontrol emosinya yang hampir meluap itu, tetapi dipotong oleh suara yang masuk ke telinganya. Heran, bagaimana ada suara tangisan bayi di tempat seperti itu? Itu yang dipikirkan pemuda itu yang kemudian melihat-lihat sekitar dengan rasa takut sekaligus penasaran.

Setelah memutar kepalanya kesana-kemari, akhirnya terlihat seorang bayi malaikat yang berada di tengah genangan yang tak jauh darinya. Dengan cepat, dia mengambil langkah dan mengangkat bayi itu dari genangan yang membuatnya basah. Matanya seketika melembut setelah melihat wajah bayi yang menurutnya menggemaskan itu sembari menenangkan bayi yang menangis itu.

Setelah bayi itu tenang, kepalanya melihat ke sekitar, mencoba mencari orang tua dari bayi malaikat yang ada di gendongannya ini. Sayangnya, apa yang dicarinya tidak ditemukan sama sekali. Tidak ada jejak-jejak yang menunjukkan ada yang ke tempat itu. Hela napas keluar dari mulut pemuda itu, kemudian sayap di belakangnya terbuka lebar, menutupi sinar matahari yang silau itu.

"Kasihannya kamu, kecil-kecil sudah dibuang. Gimana kalau aku yang merawatmu saja? Boleh lah ya." Sayap pemuda itu mengepak di udara, membawa bayi yang tertidur di gendongannya keluar dari kebun itu.

Tak lama kemudian, sayap pemuda itu tertutup dan kakinya kembali menyentuh tanah. Sekarang, mereka tengah berada di depan sebuah rumah yang merupakan milik pemuda itu. Kenop pintu diputar dan pintu rumah tersebut terbuka, memperlihatkan apa yang di dalamnya. Pemuda itu menginjakkan kakinya di lantai rumah tersebut, kemudian menutup pintu yang ada di belakangnya.

Hal pertama yang dilakukannya adalah memandikan bayi itu kemudian mengeringkannya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Setelah itu, ia meletakkan malaikat kecil itu di atas kasurnya. Pemuda itu berpikir, apa yang harus ia lakukan lagi untuk si malaikat kecil. Kemudian matanya terbelalak dan langsung melihat ke malaikat kecil di depannya.

"Oh iya! Kamu kan masih belum punya namaaaa!!! Kok bisa sih aku lupa hal ginian, hadeh..." Akhirnya apa yang dinantikan pembaca dipikirkan oleh pemuda juga.

Alisnya berkerut, bingung, apa yang harus diberikannya sebagai nama bayi itu. "Hmm... Apa yang bagus ya kira-kiranya?"

"Aha! Gimana dengan Leky? Bagus ga? Bagus ga? Biar kamu bisa lengket sama akunya hahaha!" Tawa pemuda itu menyebar ke seluruh sudut kamarnya. Kepala malaikat kecil di depannya dielus olehnya dengan mulutnya yang terus mengulang-ulang nama yang baru saja diberikannya kepada malaikat kecil yang baru hadir kehidupannya.

Waktu berlalu cepat begitu cepat, kini malaikat kecil itu sudah tumbuh remaja. Kakinya berlari cepat dengan sayap di punggungnya yang terbuka lebar, mengejar teman-temannya yang menyuruhnya untuk menangkap mereka. Tawanya terdengar sampai ke luar angkasa saking senangnya ia. Setelah beberapa waktu berlalu, mereka baring di atas rumput sambil bercerita dengan gembira. Di tengah kegembiraan mereka, datang suara yang tak jauh dari mereka, suara amukan seseorang.

"Gimana kok bisa ga numbuh buahnya?! Setiap beberapa tahun bakal panen, kenapa kali ini tidak? Apa yang telah kamu lakukan hah?!" Frustasi itu terasa sampai ke Leky dan teman-temannya, yang membuat teman-teman Leky berpamitan terlebih dahulu dari waktu yang sudah dijanjikan.

Leky tau siapa itu, setiap tahun malaikat tua itu akan mengunjungi ayahnya untuk menanyakan tentang buah-buah yang ada di kebun itu. Ia merasa amukan malaikat tua itu akan lebih parah jika tidak dicegat dan benar saja, kerah sang ayah sudah dicengkram dengan kuat olehnya dengan kepalan tangan yang menargetkan wajah ayah tercintanya.

Panik dan takut adalah hal yang dirasakannya sekarang. Tanpa memikirkan yang lain, Leky bangkit dan berlari ke ayahnya, ia tidak ingin ayah tercintanya terluka.

"Ayah!!" Teriak Leky yang hampir membuat gendang telinga malaikat tua itu pecah. Saat malaikat tua itu melihat ke Leky, ia sudah berada di sampingnya dan mendorongnya yang membuat cengkraman di kerah tukang kebun itu lepas.

Leky berdiri di depan ayahnya, merentangkan tangannya dan membuka sayapnya untuk melindungi ayahnya. Namun, ayahnya berjalan keluar dari perlindungan Leky dan menghampiri malaikat tua itu dengan panik, hal itu membuat Leky bingung mengapa ayahnya begitu.

"Tuan Tornith! Apa anda tidak apa-apa? Maafkan ketidaksopanan anak saya, ia tidak pernah bertemu dengan anda sebelumnya. Saya benar-benar minta maaf untuk hal ini." Ayah Leky membungkuk sebagai bentuk permintaan maafnya. Sedangkan malaikat yang dipanggilnya dengan sebutan tuan Tornith itu menatap tajam ke Leky yang di belakang tukang kebun itu.

"Jadi ini anak yang dibilang itu? Beruntung sekali dia. Kuharap saat acara syukur panen nanti dia tidak mengecewakanku." Ucapnya sambil mengepalkan tangannya kemudian pergi dari sana.

"Ayah..." Panggil Leky, tak tega ia melihat ayahnya yang masih saja membungkuk padahal tuan itu sudah pergi jauh.

"Ayah bangunlah... Dia sudah pergi..." Panggilnya lagi, Leky mencoba membujuk ayahnya.

"Kamu masuk saja dulu ke dalam rumah, tidak perlu mengkhawatirkan ayah." Sudah jelas, bujukan Leky tidak berhasil. Melihat itu, Leky melihat ke ayah untuk terakhirnya dan kembali ke dalam rumah.

Esoknya, ayah Leky dipanggil oleh bawahan tuan Tornith itu untuk menemuinya. Sejak dari pertemuan itu, entah mengapa ayahnya menjadi lebih murung dibandingkan biasanya dari sering gelisah. Berkali-kali Leky mencoba menghiburnya tapi sayangnya tidak berhasil juga. Setiap kali ayahnya pulang, dia hanya mengintip dari kamarnya untuk memastikan kondisi ayahnya masih baik-baik saja kemudian kembali memikirkan kesalahan yang dibuatnya.

Kejadian itu berhenti saat ayah Leky pulang ke rumah sambil bersenandung. Melihat hal itu, Leky berpikir kalau ayahnya sudah kembali seperti dulu. Kemudian ia pun segera membuka pintu kamarnya dengan lebar dan berlari ke ayahnya, memeluknya dengan erat. Ayah Leky yang sedang dipeluknya terkejut kemudian dielusnya kepala Leky seperti yang dilakukannya saat Leky masih bayi.

Melihat anaknya yang kembali dekat dengannya, ia merasa senang dan memutuskan untuk membagikan kabar gembira yang dia dapat. "Tahu tidak, Leky? Kebun buah yang ayah jaga akhirnya berbuah!" Apa yang diharapkan muncul dari wajah Leky, senyuman yang ia tunggu-tunggu sejak tadi.

"Oh iya, 2 hari lagi akan diadakan acara syukur panen. Ini pertama kalinya kau ikuti acara itu loh, ingat siapkan dirimu baik-baik ya! Nanti tuan Tornith pasti senang bisa melihat anakku yang kubanggakan ini tampil di sana." Serunya sembari mengelus kepala anak yang disayanginya. Matanya dipenuhi dengan ketidaksabaran dan kebanggaan terhadap Leky yang sudah dirawatnya sejak kecil.

Leky yang mendengar itu pun kembali semangat dan berjanji akan membuat kagum tuan Tornith dengan tampilannya. Ia tidak ingin mengecewakan ayahnya lagi kali ini.

2 hari dengan cepat berlalu, Leky sedang mempersiapkan dirinya di dalam untuk acara syukur panen nanti. Ia melihat bayangan dirinya yang ada di dalam cermin, mencoba menenangkan diri untuk tidak gugup. Kemudian, Leky berjalan keluar dari kamarnya, menghampiri ayahnya yang sudah menunggunya dari tadi. Keduanya pun pergi bersama-sama ke tempat diselenggarakannya acara itu.

Hal pertama yang dilihat Leky setelah sampai di sana adalah lapangan luas, dengan lingkaran kecil di tengahnya. Saat ia sedang berpikir untuk apa lingkaran itu, ia dipanggil oleh ayahnya yang sudah berkumpul dengan gerombolan malaikat.

Alunan musik terdengar sebagai tanda bahwa acara dimulai, para malaikat bergerak membentuk sebuah lingkaran besar, mereka semua membuka lebar sayapnya, bulu-bulu indah itu memantulkan cahaya matahari sehingga terlihat berkilau. Hal itu membuka Leky kagum, baru pertama kali ia melihat itu.

Tanpa disadarinya, tuan Tornith sudah berada di tengah lapangan itu, dalam lingkaran kecil itu.

"Terima kasih kepada para malaikat yang kita hormati atas kedatangan kalian hari ini. Acara syukur panen yang sudah kita tunggu-tunggu selama ini akhirnya diadakan! Seperti biasa, pada akhir acara kita akan membagikan buah-buahan kepada kalian yang telah hadir hari ini." Suara tuan Tornith terdengar di telinga semua malaikat, membuat mereka senang dan tidak sabar untuk mendapatkan buah itu.

Bisikan tentang buah itu terdengar di telinga Leky, ada yang mengatakan kalau itu berharga dan susah didapatkan, apalagi malaikat yang hadir itu terbatas karena buahnya yang terbatas. Leky bingung, mengapa buah itu berharga dan susah untuk didapatkan. Kemudian dia teringat dengan tuan Tornith yang mengatakan kalau buah itu hanya bisa dipanen setelah beberapa tahun sekali, mengingat itu akhirnya dia mengerti mengapa.

Suara tuan Tornith memotong bisikan-bisikan itu, mengembalikan fokus mereka ke acara yang mereka hadiri itu. "Tapi sebelum itu, seperti biasa, saya akan memilih salah satu dari kalian untuk tampil hiburan acara kali ini." Ah, akhirnya sampai ke bagian yang Leky nantikan daritadi.

"Kesempatan kali ini jatuh kepada... Leky!" Tatapan tuan Tornith tertuju ke Leky, dengan senyum dia menyuruh Leky untuk datang ke arahnya.

Leky terkejut, jarinya menunjuk pada dirinya, bertanya apakah dia yang dipanggil, kemudian kakinya bergerak ke arah tuan Tornith setelah diberi anggukan olehnya. Saat sampai di dalam lingkaran kecil itu, tuan Tornith menyuruhnya tetap diam di sana, sedangkan ia berjalan menjauh dari lingkaran tersebut.

"Sebelum tampil hiburan kita dimulai, mari pakai kain yang sudah kami sediakan untuk kalian. Ikatkan kain itu untuk menutupi mata kalian agar acara kali ini berjalan lancar!" Pinta malaikat tua itu saat malaikat lainnya sudah mendapatkan kain-kain itu.

Setelah memastikan semuanya sudah memakai kain itu, barulah tuan Tornith meminta Leky untuk memulai apa yang ingin ia tampilkan. Leky menarik napas kemudian menghembuskannya, ia memulai pertunjukan yang telah disiapkannya selama 2 hari ini. Saat Leky masih menampilkan pertunjukan, tiba-tiba ada yang teriak sambil menunjuk ke arahnya. Leky jelas bingung dengan apa yang terjadi, ia mencoba mencari keberadaan ayahnya di tengah-tengah rasa paniknya.

Saat matanya berhasil menangkap bayangan ayahnya, ia melihat alis ayahnya mengerut. Apa dia kecewa dengan penampilannya? Itu hal pertama yang muncul dari pikirannya.

Kali ini tidak hanya seorang melainkan banyak yang juga teriak. "Lihat yang di bawah kakinya! Bukankah... Bukankah itu buah berharga itu? Mengapa dia menginjak-injaknya?!" Salah satu dari mereka menunjuk ke arah kaki Leky yang tidak terdapat apa-apa di bawahnya. Banyak yang mengiyakannya bahkan berkata kalau Leky itu mencemari buah berharga yang sudah mereka nantikan itu.

Saat Leky sadar dari kepanikannya, para malaikat dengan kain penutup mata itu sudah mengepungnya. Dari celah gerombolan itu, dia melihat ayahnya dengan tuan Tornith di tempat yang jauh darinya. Kain yang menutupi mata ayahnya tadi sudah lepas, terlihat kalau ayah Leky mencoba meraihnya tetapi dicegat oleh tuan Tornith yang sedang senyum ke arahnya.

Masih belum tau apa maksud dari senyum itu, rasa sakit dari punggung sudah dirasakannya. Menoleh kepalanya ke belakang, terlihatlah tangan-tangan yang mencengkram erat sayapnya. Kemudian yang datang selanjutnya adalah rasa sakit yang tidak bisa ditahannya lagi, sayapnya dipatahkan malaikat-malaikat itu. Teriakannya dengan keras, meminta ayahnya untuk menolongnya. Tapi sayangnya, itu tertutup oleh maki-makian dari malaikat-malaikat itu yang mengatakan kalau ia tidak menghargai buah berharga itu.

Kejadian itu berlangsung lama, hingga Leky hanya bisa tergeletak di tanah. Ia hanya ingin melihat ayahnya sekarang. “Ayah…” panggilnya dengan lemah, ia sudah tidak bertenaga lagi untuk melawan mereka. Ia mencoba menggerakkan kembali tangannya untuk meraih ke arah ayahnya berada, tetapi itu terlalu jauh baginya. Seseorang berjalan melewati gerombolan malaikat yang akhirnya tenang itu, tetapi bukanlah orang yang dinantikannya, melainkan tuan Tornith.

“Kau hanya beruntung saat kau masih bayi, dia menemukanmu. Sayangnya sekarang kau malang sekali, kau hanya cocok tinggal di kebun itu, tidak ada gunanya engkau datang ke tempat di mana kau tidak seharusnya berada.” Itulah kata-kata terakhir yang terdengar di telinga Leky sebelum ia menutup matanya.

Suara langkah kaki kembali terdengar di kebun buah itu, ah pendatang baru lagi. Tempat yang sama, orang yang sama terlihat tergeletak di tanah kebun itu, tetapi yang melihat berbeda. Ketakutan merambat ke seluruh tubuh pendatang baru itu dengan tuan Tornith yang berada di belakangnya.

“Inilah yang akan kau lakukan selama seumur hidupmu.”

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Skrip Film
Aku Menyayangimu Ayah (Script)
Rahmawati
Skrip Film
MIMPI BESAR KANAYA NIRMALA
Reiga Sanskara
Flash
Jurus Pemikat Pedagang Sepatu
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Kebun Buah
Jia
Novel
Bronze
Siapa Namamu?
Hesti Ary Windiastuti
Novel
Bronze
Duniamu Akan Aku Usahakan
Devie Yunita Putriana
Skrip Film
Titik-titik
Muhammad Alfi Rahman
Skrip Film
Cinta Kesatria Gadis Puitis
Safitri
Skrip Film
Imperfect Family
Rosiana Quraisin
Skrip Film
Nge-Band! 108
Yorandy Milan Soraga
Flash
Bronze
tiga detik
susi purwaningsih
Novel
Bronze
Overcast Wedding
Ayu Andini Sekarmelati
Novel
Aku dan kau
fiki kurniawan
Novel
REASON
Kahfi hadid
Novel
Gold
Ayat-ayat Cinta
Republika Penerbit
Rekomendasi
Cerpen
Kebun Buah
Jia