Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Aksi
Ke Ujung Semesta
0
Suka
6
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Prologue

Hari ke-30

Catatan Gerard J Clarke, Captain Jaladara, Tachyon class starship.

Semua perhatian awak Jaladara tertuju ke arah daerah kosong tepi semesta di depan mereka dengan kecamuk air muka berbagai rasa yang sulit dijelaskan.

Tetuko yang terjebak di luar semesta ibarat disedot oleh lumpur hisap lebih jauh. ini berat kehilangan teman-teman kru tanpa ada kabar sama sekali dari mereka yang berada di dalam shuttle pod itu.

Captain memandang Prof. Jim Butcher dengan serius, sekalipun demikian semua awak tidak tahu apa yang terjadi. Lalu Gerard J Clarke mulai teringat sesuatu.

Sejenak Jim Butcher berbicara dengan Lieutenant Commander Jelita Dimyati, lalu kembali menemui Captain Clarke.

“Coba lihat ini,” kata Jim Butcher sambil menunjuk ke arah sebuah jendela anjungan yang berfungsi sebagai monitor utama. Helmsman Jelita Dimyati menayangkan dua buah tabulasi pada monitor atas permintaan Jim Butcher.

Tabulasi pertama menampilkan bola-bola dalam model yang berbeda dengan model pada tabulasi yang kedua dan dua-duanya dalam bentuk ilustrasi untuk dibandingkan dan dianalisa.

“Semesta yang hidup ini ternyata berada di tengah samudra bola-bola statis tiada bertepi,” tunjuk Jim Butcher ke monitor. “Daerah kosong di luar semesta adalah proton-proton statis sehingga tanpa neutrino.”

“Tidak ada kehidupan apapun di dalam lapangan proton-proton statis itu, sehingga apapun yang memasuki daerah itu lepas dari kehidupan dan diluar jangkauan the Great Attractor!(2)” simpul Jim Butcher.

Bola-bola proton statis ini terus bergelombang mengisi tempat yang semula dimasuki Tetuko, sehingga mendorong Shuttle Pod itu semakin jauh dan sekarang teleskop Nagapasha sudah tidak mampu menangkap citranya.”

Captain menghela nafas mendengar paparan Prof. Jim Butcher. Berat sekali kehilangan executive officer dan beberapa awaknya sehingga tidak kuasa memandang Jelita yang kehilangan suaminya di dalam shuttle pod itu.

Sementara itu Jelita hanya bisa tersenyum tawar dan mencoba tabah sambil memandang daerah kosong jauh di cakrawala semesta dengan mata basah berkaca-kaca mengikhlaskan kepergian suami dan teman-teman kru dalam shuttle pod itu.

***

Hari ke-1

Catatan Gerard J Clarke, Captain Jaladara INA 0303.16, Tachyon class starship.

Stasiun luar angkasa Bimasakti sedang membuang sauh di ujung tata surya untuk melepas kepergian sebuah starship yang bernomor lambung Jaladara, INA 303.16, sebuah pesawat luar angkasa jarak tempuh antar galaxy.

Taburan berjuta-juta bintang di langit yang merupakan tata surya masing-masing yang mengisi ruang di Jagat Raya. Sehingga Bima Sakti yang merupakan stasiun luar angkasa terbesar di dunia masih terlihat kecil dalam kesunyian ruang angkasa.

Tata surya-tata surya itu tampak seperti lobang di alam semesta yang di dalamnya ada matahari sebagai pelita. Matahari itu ibarat di dalam kaca yang berupa planet-planet yang berkilauan pada orbitnya dinyalakan dari kayu yang diberkati berupa atmosphere sekalipun tidak disentuh oleh api dari matahari.

Solar system-solar system membentuk ruang sedangkan yang berada antara solar system-solar system merupakan luar ruang yang diisi lautan sinar yang mengisi di mana saja dalam alam semesta ini.

Tachyon Class Starship ini bentuknya mirip sebuah Yoyo dengan masing-masing piringnya berdiameter 2.734 feets.

Dan mengapung di langit dan sedang menerima perintah dari Admiral Mustafa Abuelhassab yang berada dalam Bimasakti.

Monitor utama Jaladara hampir sebesar ruang di anjungan sehingga setiap awak seolah-olah melihat langsung ke langit di luar dan sebuah inzet menayangkan Admiral yang berada di stasiun Bima Sakti.

Admiral Mustafa Abuelhassab memberikan pidato pengantar untuk Jaladara: “Hari ini kita telah memasuki peradaban Tipe III (4), yang menguasai bentuk energi galaksi.”

“Misi kalian adalah untuk menjawab pertanyaan umat manusia di bumi, yaitu menyelesaikan pemetaan langit di ujung semesta sehingga bisa diperoleh gambaran utuh bagaimana wujud semesta kita,” ujar Admiral. “Sehingga kalian harus membawa Jaladara ke tepi batas semesta?”

“Dulu dengan rintangan hukum relativity, sejumlah cara dicari untuk mendekati kecepatan cahaya. Teori relativitas Einstein telah membuktikan bahwa tidak ada yang mampu melebihi kecepatan cahaya. Tapi tidak untuk peradaban Tipe III, saat ini!

Ternyata solusinya pada pemahaman mutakhir konsepsi atom mengenai Neutrino ini, dengan memahami secara mendetail mengenai peluruhan sebuah neutrino menjadi sebuah positron, dan sebuah elektron.

Sementara itu karena sifat "hantunya", deteksi eksperimental pertama dari neutrino meluncur lebih cepat daripada cahaya (2)?

Para peneliti CERN di Jenewa, mempublikasikan; perjalanan neutrino secara signifikan bergerak lebih cepat dari pada cahaya pada jarak yang sama dalam vakum.

Beberapa tahun kemudian ada klaim mengejutkan dari hasil inovasi teori yang mengubah hukum fisika secara fundamental, bahwa neutrino yang beremisi itu adalah Tachyon! diumumkan oleh Prof. Zwarnaa Yussma penemunya.

Jauh lebih revolusioner, klaimnya mengatakan Tachyon bukan pertikel sehingga tidak memiliki massa atau netral.

Hasil dari pengembangan riset Prof. Zwarnaa Yussma, sekarang kita punya Jaladara, Tachyon class starship, pesawat luar angkasa dengan kecepatan Tachyon yang beberapa belas kali lebih cepat daripada cahaya.

Pertanyaan-pertanyaan dari para skeptis, sekarang tak lagi soal spekulasi omong-kosong yang telah lama kita tinggalkan.

Ini semua telah mengantarkan pada era baru dalam hubungan kita dengan alam semesta dan kita takkan pernah lagi memandang langit dengan cara yang sama.

Perkembangan dari evolusi fisika ini, akhirnya telah dapat mengidentifikasi lebih banyak planet mirip bumi. Telah kita datangi 1.000 bintang paling cemerlang di jarak 50 tahun cahaya dari bumi dan akan fokus eksplorasi pada 50 sampai 100 sistem planet mirip Bumi.” Pungkas Admiral.

Captain Clarke menegaskan pidato Admiral, “Jaladara telah dilengkapi peta universe sehingga tujuan kita sudah pasti, namun meskipun kecepatan Jaladara sanggup melibihi warp 11, tetap saja bila ditempuh dengan jalur biasa umur kita tidak akan sanggup melewatinya sehingga kita membutuhkan teleportasi yang berada di alam ini.”

Gerard J Clarke seorang pria paruh baya namun tampak masih bugar biarpun rambut putih telah mewarnai kepalanya.

“Jaladara siap berangkat Lieutenant,” ujar Captain sambil tersenyum kepada Helmsman cantik sehingga secara tidak langsung pula mengingatkan semua awak pada jadwal.

Lieutenant Commander Jelita mengangguk lalu ia alihkan perhatian ke arah konsol di depannya.

Melalui monitor di dalam bridge kapal bintang, Gerard J Clarke bisa melihat bagaimana antusias orang-orang di bumi mengantarkan para pionir ini mulai bergerak memasuki mulut Heliosphere (3).

***

Helmsman melaporkan, “Heliotail, ekor tata surya ini yang menjadi pilihan paling masuk akal karena teknologi memanfaatkan fungsi sebuah blackhole sudah kita kuasai.”

Seolah-olah diingatkan pula, Admiral Mustafa Abuelhassab menyela, “Maaf, bulan madu kalian terganggu,” singgung Admiral sambil menengok Helmsman Jaladara dan Commander Erik Gunarso.

Gerard J Clarke tersenyum sambil menengok pula ke arah Lieutenant Jelita yang duduk di belakang meja konsol, Helmsman Jaladara yang memang jelita menjadi tersipu.

Diantara para awak Jaladara ada sepasang kekasih yang menunda bulan madu mereka demi misi ini. Lieutenant Commander Jelita baru saja melangsungkan pernikahan dengan Commander Erik Gunarso.

Erik Gunarso tidak kalah tersipu digoda oleh awak Jaladara lainnya.

Kedua sejoli ini adalah penerbang-penerbang terbaik pula sehingga diikut sertakan dalam misi pionir yang menyita perhatian dunia.

“Ok,” kata Admiral, “Selamat bertugas dan kembali dengan selamat!” Akhirnya Admiral mengangkat tangan kanan dan meletakkan pangkal lengan di atas dahi sebagai penghormatan mengantar Jaladara memulai perjalanan. Gerard J Clarke balas menghormat dan sekaligus mewakili seluruh Kru Jaladara.

“Lieutenant Jelita,” seru Captain memberikan instruksi pada Helmsman, “Maju dengan kecepatan penuh!”

Lieutenant Jelita mengangguk dengan mantap.

***

Di anjungan Jaladara, Captain Clarke mengawasi konsol Helmsman dan di saat yang sama Erik Gunarso, mengawasi jendela utama yang berfungsi sebagai monitor.

Jelita Dimyati duduk di Konsolnya sambil mengoperasikan jaladara dengan tenang. Di belakang kursi Captain, Lieutenant Commander Will Jin Feng duduk pula mengawasi kelayakan mesin pesawat pada konsolnya.

Sementara itu ada yang diluar kebiasaan, tampak seorang pria gendut tidak mengenakan seragam seperti layaknya kru tetapi berpakaian kasual. Ia seorang ketua dewan Sains PBB yang ikut dalam misi ini sebagai penilai. kelak dari penilaian Profesor Jim Butcher, apakah Jaladara bisa diputuskan layak terbang lagi atau cukup sekali misi ini saja.

Jelita Dimyati sitting in Consolenya operate Jaladara calmly.

Ada yang lebih menarik. Sebuah robot berbentuk bola, terbang melayang di atas ruangan. Objek seukuran bola sepak adalah Conny Max, satelit teknologi nano yang memiliki kemampuan untuk berubah menjadi bentuk apapun dan telah ditanamkan kecerdasan buatan.

Bola mata Conny Max yang hanya satu, berkedip atau melirik ke siapa yang sedang berbicara.

“Max, Bagaimana perjalananmu hari ini?” sapa Captain.

Conny Max, satelite penjelajah galaksi memberikan jawaban dengan memperdengarkan suara seorang wanita sambil melayang mendekati tempat Captain berada.

“Bola-bola replikaku yang terdiri dari jutaan, sekarang berada di galaksi yang berjarak 7961.78 tahun cahaya, butuh waktu 10 hari mengirim pesan terkompresi kedalam Quanta bit melalui teknology teleportasi dan hari ini baru kembali …

Kuhimpun kembali sinyalnya hingga akurat melalui rutin error correction dalam system yang ditanam dalam diriku. Nah, apa yang anda tanyakan, Captain?”

Gerard J Clarke selalu dibuat tersenyum oleh Max yang ramah. “Tidak, aku hanya ingin tahu kenapa data saja yang bisa ditransmisi secara teleportasi dan bukan manusia? sehingga kita tidak perlu repot pergi ke bintang paling jauh di ujung dunia.”

“Tidak bisa Captain, karena selain butuh kecepatan tachyon, tubuh manusia akan terurai. Manusia memiliki ruh sedangkan data tidak, kecuali kalo ruh bisa dipisahkan dengan tubuh. Tetapi ruh dan jiwa hanya bisa dipisahkan yang berarti mati!” jawaban mengejutkan dari Max membuat Captain tersenyum lebih lebar.”

“Ha, ha, ha … “ tawa Captain. “Tapi tetap saja kita butuh teleportasi itu karena tubuh dan ruh kita keburu berpisah bila menempuh rute biasa.”

Max hanya memperdengarkan suara mesin karena ia tidak bisa memahami kalimat terakhir Captain J Clarke.

Lalu Captain mengubah arah duduknya, lebih mencondongkan tubuh ke arah Lieutenant Commander Jelita Dimyati.

“Bagaimana kesiapan kita masuk ke modus teleportasi yang aman?” tanya Captain.

Sebelum Helmsman Jaladara yang duduk di depan Captain memberikan tanggapan, Ia bicara ke Bola logam bermata bulat dan besar itu.

“Max, berubah ke modus tablet!” Perintah Lieutenant Jelita. Conny MaX segera merespon perintah Lieutenant commander sambil meletakan dirinya di atas tangan Jelita, lalu hanya dalam hitungan detik mengubah dirinya menjadi bentuk sebuah tablet.

Lieutenant Jelita mengakses data yang dikirim replika Max. Sesaat kemudian di hadapan para kru Jaladara, terbentang monitor virtual yang berasal dari tablet di tangan Lieutenant Commander. Lalu mengembang sebuah monitor virtual di hadapan mereka. Monitor memperlihatkan sebuah langit.

“ini model Supercluster Laniakea (1) telah membuat kita mengenali “rumah” di semesta ini yang merupakan super kluster galaksi yang di dalamnya dihuni oleh ratusan ribu galaksi termasuk galaksi BimaSakti, Tata Surya, dan Bumi yang berada dalam jarak 7961.78 tahun cahaya dari galaxy terluar yang telah diidentifikasi Max.” Papar Jelita.

“Tepi semesta ini oleh Para ilmuwan dinamai Langittepi,” sambung Jelita, “dan tidak ada tatasurya lain di belakangnya atau dengan kata lain merupakan tepi jagat raya di kuadran ini.”

“Alamat baru ini kita identifikasi oleh para ilmuwan yang berhasil menangkap cahaya yang lepas dari Heliosphere sehingga bisa kita amati alamat cahaya itu berasal. Ke alamat inilah Jaladara menuju.”

Sampai di sini para Kru mengerti apa yang dijelaskan oleh Lieutenant Commander.

“Dua supercluster ini telah dipetakan bersama super-super cluster lainnya dalam Universe Navigation Satellite System (UNSS) yang dimiliki Jaladara dan merupakan teknologi yang digunakan untuk menentukan posisi atau lokasi dalam satuan ilmiah di Jagat Raya.”

“Baiklah,” ujar Captain dengan mantap, “Peta 2 supercluster ini membuat posisi atau alamat Bumi di jagat raya, semakin jelas!

“Blackhole yang terletak di luar tata surya ini memiliki tipe yang bersifat berpindah ruang, sehingga bila dimasuki, Jaladara akan berpindah tempat untuk dijadikan jalan pintas mengarungi ruang angkasa yang luas.”

Para Kru tampak puas dengan paparan Lieutenant Jelita dan Captain Clarke.

Rupanya Blackhole ini yang akan menjadi mesin teleportasi untuk menempuh ke alamat di langittepi.

“Dulu sewaktu belum dikenal, lubang hitam adalah obyek yang sebaiknya tidak didekati dan akan berusaha pergi sejauh mungkin dari lubang hitam,” kenang Jim Butcher.

“Baiklah,” sela Jim Butcher. “Design Jaladara telah dirancang oleh para ahli berdasarkan pengalaman bertahun-tahun mengamati The Great Attractor dan Heliosphere, sehingga kapal berbentuk yoyo seperti ini unik dan paling cocok untuk memasuki sebuah terowongan wormhole”

“Aku sudah baca panduan teknis kerja mesin yang kalian sebut Shuttling system, tapi tetap saja untuk melakukan perjalanan dengan kecepatan cahaya saja akan menimbulkan chaos pada system metabolisme dan psykologi kita.” Ucap Jim Butcher. “Apalagi yang akan kita lakukan dalam perjalanan luar angkasa ini kecepatannya melibihi cahaya!”

Kedua mata Jim Butcher terbelalak lebar sambil mengerutkan kedua bahu. Demikian pula kedua telapak tangannya dibuka lebar-lebar menuntut jawaban dari para kru, terutama dari Captain.

Jim melanjutkan paparannya, “paradox yang terjadi bila kita bergerak mendekati cahaya, pertama terjadi kontraksi!”

Sementara itu Max sudah menutup monitor virtual dan kembali ke wujud bola sehingga bebas bergerak kembali ke mana saja ia suka di atas kepala mereka dalam ruangan itu.

“Ini akan terjadi pada orang yang bergerak mendekati cahaya, orang akan melihat kita mengecil sama halnya kita melihat mereka pun mengecil. Kedua, butuh energi Infinity dan tidak akan sanggup dipenuhi yang dihasilkan dari kalkulasi E=mc2, dan energi kinetik = ½ mv2 sekalipun!”

“Dan yang terakhir, melambatnya waktu!

Semua orang akan melihat kita mengalami Dilatasi, tapi kitapun melihat hal yang sama terhadap orang lain. Kalaupun ada yang bisa melakukannya, itu akan sia-sia karena begitu pesawat yang berkecepatan cahaya pergi beberapa detik saja maka yang berada di bumi akan merasakan pesawat ini pergi bertahun-tahun bahkan bisa ratusan tahun. padahal yang berada di dalam pesawat merasa dia pergi hanya sebentar. Itulah relativita!”

Semua kru duduk terdiam di kursinya masing-masing. Bukan gambaran yang diberikan Jim Butcher yang membuat mereka membisu, tetapi sikap Jim, di zaman ini siapa sangka sikap skeptis masih ada pada diri seorang Profesor Jim Butcher yang nota bene seorang teknokrat!?

“Aku bisa jelaskan…” bisik Conny Max yang hanya bisa didengar oleh Gerard J Clarke.

Sikap Max bisa dimengerti oleh Captain. Sebuah robot seperti Max saja bisa kesal melihat kelakuan seorang Jim Butcher. Tapi Gerard J Clarke seorang pria yang sabar.

“Aku tidak mengijinkan!” Sela Captain. Bisikan Captain juga hanya bisa di dengar oleh Max dan yang lain hanya megira Captain sedang bergumam saja.

“Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan professor, kali ini sebaiknya di jawab oleh Commander Erik Gunarso, yang paling bertanggung jawab segala hal kelayakan pesawat ini,” ucap Captain memberikan kesempatan kepada Commander.

Sebelum Executive Officer berbicara, ia sempatkan memperbaiki duduknya supaya merasa lebih nyaman.

"

“Kendala-kendala yang dipaparkan oleh Prof. Jim Butcher akan terjadi karena kita menantang hukum-hukum alam yang telah diletakan oleh Newton dan Einstein selama ini.”

Erik Gun adalah pria yang selalu bersikap serius. Badannya atletis dan wajahnya selalu kelimis.

“Tetapi sekarang kita lihat, ketika kita memahami sifat sebenarnya dari alam semesta, menjadi jelas bahwa gaya elektromagnetik lebih kuat dari pada gaya gravitasi. Gaya elektromagnetik meniadakan peran gravitasi atau menimbulkan massa ringan sehingga menghasilkan energi yang dapat digunakan dalam jumlah besar dan biaya minimal.”

“Ya,” Ujar Captain mendukung argumen Commander Erik Gun. “Bisa dilihat teori Newton yang sudah ada 400 tahun lalu, bahkan orang yang bekerja dengan fisika kuantum 100 tahun lalu. Sekarang sudah menjadi kenyataan… teruskan Commander!” pinta Captain.

Commander Erik Gunarso melanjutkan bantahannya.

“Siapa sangka ada orang yang secara tekun melakukan pengembangan model motor antigravitasi ciptaan Nicola Tesla.

Seperti yang kita ketahui, Nicola Tesla yang jenius tetapi kalah populer dibandingkan Einstein, bahkan Newton sekalipun, karena teori-teorinya menentang hukum alam fundamental yang diletakan oleh Newton dan Einstein yang 200 tahun terbukti berguna.”

“Tetapi sekarang adalah abad penerbangan antar Galaksi, sehingga orang lebih banyak mencari teori-teori yang menjadi solusi dari hukum-hukum Newtonian dan Einstein. Ternyata, jawabannya ada dalam kerja motor MagnetoHidroDinamik ("MHD") ciptaan Nikola Tesla.

Hukum Newton dan Einstein berguna di dalam lingkungan gravitasi, sedangkan hukum Tesla sebaliknya, meniadakan peran gravitasi atau massa ringan yang merupakan konstanta kosmologis-nya Einstein yang dulu masih merupakan misteri.”

“ Ya aku tahu,” sela Jim butcher. Rupanya menyela sudah menjadi kebiasaannya. Lalu ia lanjutkan argumennya.

“NASA pernah membuat sebuah 'piring terbang' untuk melakukan perjalanan robot ke luar angkasa. Waktu itu Piring terbang NASA ini memiliki parasut apabila ia akan mendarat, tapi kemudian Prof. Zwarnaa Yussma melakukan terobosan, Ia gandakan menjadi dua buah piring yang arah putarannya saling berbalik dan memutar dua piringan secara horizontal sehingga bisa take off maupun landing seperti helikopter.”

“Bukankah itu yang ingin anda katakan?” kata Jim. “Aku mengenal Almarhum Prof. Zwarnaa Yussma karena ia dulu adalah dosen fisikaku.”

“Tapi yang ingin aku tahu, bagaimana konsepsi Tachyon bisa kalian aplikasikan kedalam wujud nyata seperti pada mesin Jaladara ini yang merupakan koreksi konsep atom klaim Prof. Zwarnaa Yussma.”

“Baiklah kalau hal ini sudah Mister Jim pahami,” Kata Erik Gun mulai tidak sabar.

“Dengan mengembangkan prinsip Tachyon, hasilnya sangat jenius, mesin dengan 2 piringan yang arah putarannya berbeda dan telah Prof. Zwarnaa Yussma patenkan dengan nama Shuttling System yaitu pesawat berupa piring dempet yang di tengahnya tempat kabin awak.

Berbeda dengan interaksi gravitasi yang bersifat hanya tarik-menarik, interaksi elektromagnetik bisa tarik-menarik maupun tolak-menolak.

Interaksi elektromagnetik juga perlu ide-katakanlah Tachyon yang tidak lain adalah Neutrino yang telah mengalami emisi akibat proses fusi pada inti.

Sejauh ini diketahui, Tachyon tak bermassa. Struktur atom dapat dipahami sebagai interaksi tarik-menarik antara proton (inti) dan nuetron yang melingkupi inti, dengan demikian interaksi elektromagnetik memiliki kekuatan interaksi yang relatif lebih besar bila dibandingkan dengan kekuatan interaksi gravitasi.”

"Hm, ini menarik ...." Kata Prof. Jim Butcher, tersenyum ke arah Kapten. Kapten Gerard J Clarke mengangguk juga dan senang melihat senyum tamunya yang menunjukkan komunikasi mulai cair.

“Langsung saja ke bagian kontruksi mesin shuttling system ini!” Pinta Jim Butcher.

Erik mengambil tablet milik

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Aksi
Cerpen
Ke Ujung Semesta
Handi Yawan
Novel
Godwin Agency 2: Reunion
FS Author
Cerpen
Bronze
Penjaga Hutan
Bang Jay
Novel
REVENGE NIGHT
AKHSANA SABIL
Flash
Zombie Terror
Claudia Yumita Maharani
Flash
Mengejar Pesawat Pembawa Uang
Sena N. A.
Cerpen
Bronze
SRIGALA BERDZIKIR DI AKHIR WAKTU
Ranang Aji SP
Novel
Bhairava
Ghozy Ihsasul Huda
Flash
BENTO88
Bento88 Login
Flash
Bronze
Desa Naga Kayu
Silvarani
Flash
Lanang
Anggoro Gunawan
Skrip Film
ROBIE
NAA
Novel
Bronze
RAJAPATI
Robby Kusumalaga
Flash
Reverse # 1 : 1998
Yesno S
Cerpen
Bronze
Tiga Detik Terakhir
Risti Windri Pabendan
Rekomendasi
Cerpen
Ke Ujung Semesta
Handi Yawan
Novel
Bronze
Menoreh Luka di Hati
Handi Yawan
Novel
Tumbal Pesan Berantai
Handi Yawan
Flash
Bersama Ayah di Masa Depan
Handi Yawan
Novel
Three Times I'Ve been Saving You
Handi Yawan
Novel
Bronze
Diburu Mayat Hidup
Handi Yawan
Cerpen
Muazin Terakhir
Handi Yawan
Novel
WaroX
Handi Yawan
Komik
Bronze
Awakening
Handi Yawan
Cerpen
Bronze
Ke Ujung Semesta
Handi Yawan
Novel
Jagoan Karate
Handi Yawan
Komik
Novus Ordo Seclorum
Handi Yawan
Komik
Halilintar Eon
Handi Yawan
Novel
All The Things I've Done To Save You
Handi Yawan
Novel
SIGOTAKA
Handi Yawan