Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Malam yang dingin. Aku bejalan menuju rumah ku sepulang ku bermain dengan teman ku. Aku berjalan sendirian menuju rumahku. Pada malam itu aku menggunakan pakaian pendek di tubuhku, membuat tubuh ku menjadi semakin dingin. Tepat berada di tangan kanan ku terdapat ponsel ku, aku menggunakaan ponsel ku hanya untuk melihat jam, tak lebih.
Aku berjalan sembari menatap sekitar. Melihat jalanan yang basah akibat hujan yg turun sore hari tadi. Penerangan yang terang akibat lampu jalan. Halaman halaman rumah yang kini sudah sepi karena hari sudah memasuki malam.
Saat itu, aku menikmati perjalanan pulang ku. Menatap ke depan, ke bawah, serta ke atas, melihat terangnya cahaya bulan. Langkah ku terhenti saat melihat cahaya bulan itu, sungguh bersinar nya. Saat itu, jantung ku berdebar cepat, bahkan sangat cepat.
Aku terdiam, melamun sembari melihat terangnya cahaya bulan. Pikiran ku kembali lagi, Pikiran yang mengingat sebuah wajah indah, pikiran yang mengingat sebuah tempat yang indah, dan pikiran yang bahkan merasakan kembali suasana indah malam itu. Suasana malam yang palingan aku tidak sukai, dari dulu hingga saat ini. Lamunan ku pun buyar saat merasa dada ku yang mulai sesak. Aku pun melanjutkan perjalanan pulang ku.
Pukul 21.00 malam, Aku telah sampai rumah. Membersihkan diri, memasuki kamar, menekan saklar dan seketika lampu itu menyala, ruangan yang gelap itu kini di terangi cahaya lampu. Aku berjalan menuju lemari kayu ku dan mengambil sesuatu di balik pintu lemari kayu itu.
Sesuatu itu ialah sebuah boneka pinguin yang lucu, menurut ku. Aku tau ini aneh, tapi untuk malam ini aku ingin dia berada di sisiku, sepanjang malam. Aku ingin menikmati tidur ku dengan boneka pinguin ini, aku ingin memeluk nya sempai aku tertidur.
Aku membaringkan tubuh ku ke kasurku, dengan sprai abu tua yang menyelimuti kasurku. Aku menatap langit langit kamar ku, lalu mengangkat boneka itu ke hadapan ku, menatap nya lalu mencium nya. Betapa cepatnya jantung ku berdebar sekarang, mengingat wangi itu. 'Ohh tuhann... akuu rinduu wangii ini' batin ku, sembari menimpa wajah ku dengan boneka itu, menghirupnya dalam dalam, dalam sekali.
Posisiku masih sama, aku hanya memejamkan mata ku, aku juga masih menghirup wangi dari boneka itu, menghirup nya dalam dalam, sampai saat nya... tubuh ku gemetar.
Aku berusaha tenang pada malam itu, dan tanpa ku sadari, pikiran ku kembali lagi. Kembali mengingat wajah cantiknya, kembali mengingat tempat tempat cantik itu dan kembali merasakan suasana malam itu. Lagi dan lagi aku rindu...
Dadaku sakit sekali, mata ku perih, hidungku tersumbat, membuat pernapasan ku tidak beraturan, air mata ku mengalir di pipi ku. Aku bangkit dari tidurku, lalu terduduk di kasur ku. Pandangan ku kosong, menatap ke bawah, melamun, lalu aku mengambil boneka itu dan melempar nyaa sekuat tenaga ku ke sembarang arah, dan tak sengaja aku melempar nya ke arah lemari kayu ku.
Aku mendengar suara benda terjatuh dari arah lemari kayu ku. Sontak, aku segera menoleh ke arah suara itu. Aku kaget, ternyata yang terjatuh itu ialah sebuah kotak, yang sebenarnya milik 'ia'. Kotak itu jatuh dari atas lemari kayu ku, akibat lemparan dari boneka itu.
Aku bangun dari duduk ku, lalu berjalan menuju lemari kayu itu. Aku mengambil kotak itu, lalu berdiri membuka pintu lemari kayu itu dan mengambil ponsel lama ku yang berada di dalam laci lemari kayu itu. Aku kembali berjalan menuju kasurku, meletakkan kotak itu di kasur ku, lalu aku kembali terduduk.
Aku membuka ponsel lama ku sembari menghembus napas panjang. Aku mencari album foto di ponsel itu. Lalu melamun 'sebegitu rindunya aku pada malam ini ?' batin ku, yang di lanjutkan dengan helaan napasku yang panjang.
Tubuhku gemetaran saat melihat salah satu nama di album foto itu. 'nazhaa' tangan ku gemetar, aku ingin membuka album tersebut, namun aku tidak bisa membuka nya dengan tangan yang gemetaran. Aku berdiam diri, menstabilkan kondisi tubuh ku saat itu, aku menatap kosong ke depan dengan air mata yang mulai mengalir di pipi ku.
Apaah beneran aku rindu...?
Di sepi nya malam itu, rasa nya aku ingin sekalii berteriak, berteriak mengucap namanya, berteriak mengucap kan 'kata rindu', berteriak sembari melukai diriku. Tapi semua nya tak mungkin, air mata ku semakin deras saat dadaku yang semakin sesak, aku menggigit bibir bawahku, menahan mulut ku dengan tangan ku, membungkam mulut ku dengan bantal, melakukan semua cara agar isakan tangis ku tak kedengaran seseorang.
Namun aku tak tahan, aku ingin sekali berteriak pada malam itu, aku berbaring di kasurku, menutup mulut ku dengan bantal sekuat mungkin. Lalu.. aku berteriak. Aku berteriak mengucap kan kata yang ingin sekali aku sampaikan kepada sang gadis cantik ku. Aku berteriak sampai aku lega, lalu... aku terdiam, aku membuka bungkaman bantal itu dari mulut ku.
Pada malam itu, aku melukai diriku. Aku memukul tembok kamarku ber ulang kali. Aku memukul nya sembari air mata ku mengalir di pipiku. Aku memukulnya sampai aku lega, lega dari kerinduan. Pukulan itu pun berakhir, aku menerantukkan kepala ku ke tembok kamarku, sampai saat... aku melihat kening ku berdarah.
Aku tak kaget melihat darah yang mengalir di keningku dan lebam di jemari tangan ku, ini bukan yang pertama kalinya. Aku juga tak merasakan sakit sama sekali di bagian kening dan jemariku, hanya saja.. di dadaku sakit itu masih terasa, terasa nyata.
Aku merasakan kering di tenggorokan ku, aku ingin meminum seteguk air. Aku berjalan dengan tubuh yang gemetaran menuju meja yang di atas nya sudah terdapat teko air, lalu meminumnya tanpa menyalinnya ke sebuah cangkir. Air dari teko itu jatuh membasahi baju yang ku gunakan malam itu. Aku membiarkannya, lalu aku berjalan menuju kasur ku dan kembali terduduk.
Malam itu, aku membuka sebuah album foto. Aku memberanikan diri membukanya. 3.173 foto, serta vidio di dalam nya. Air mata ku sudah tidak mengalir lagi, tetapi dada ku masih terasa sesak. Aku menarik napas panjang lalu membuang nya dengan kasar.
Tanpa berlama lama lagi, aku melihat salah satu vidio dari album itu, lalu... aku merasakannya lagi dan lagi. Rasa yang dari dulu tak pernah hilang, rasa yang dari dulu hingga sekarang tak pernah memudar, rasa yang dari dulu hingga sekarang masih tetap ada, dan jika di ingat, rasa itu sangat menyakitkan.
'Yatuhan' aku bergumam pelan, dan di susul dengan air mata ku yang mengalir di pipi lalu jatuh membasahi ponsel ku, satu tetes demi satu tetes. Ponsel ku basah akibat air mata ku, aku segera membersihkan nya, lalu tak di sengaja vidio itu bergeser ke sebuah foto, foto yang dimana aku mengharapkan moment itu kembali.
Air mata ku kembali mengalir di pipi ku, aku terisak menahan tangis, aku juga bolak balik membersihkan ponsel ku dengan ujung baju yang yang ku gunakan malam itu, karena malam itu ponsel ku menampung sebagian air mata ku.
Aku melihat beberapa foto lainnya, tetap saja, tak ada satu pun yang membuat ku tenang. Aku berusaha melihat foto foto itu, sebelum aku... menghapus nya. Tapi... itu tak akan terjadi, seperti nya.
Air mata ku mengalir di pipiku, tetapi isakan tangisku tak kedengaran sedikit pun. Aku tersenyum manis, mata bengkak ku menyipit, senyumanku melebar saat melihat 'kami' tersenyum di vidio itu. 'Seindah itu kita dulu naz'.
Aku senang sekali melihat senyuman nya, walau... hanya sebuah foto lama. Aku juga sudah sedikit tenang saat mendengar suara nya di salah satu vidio itu. Aku menarik napas panjang dan membuang nya secara perlahan lalu aku tersenyum masam.
Kondisi tubuh ku sudah tak segemetar tadi, kini aku sudah damai dengan perasaan rindu ku. Aku mematikan ponselku, dan mengambil kotak itu. Aku menaruh nya di pangkuan ku, menarik napas panjang lalu membuang nya secara perlahan.
Tanganku mulai meraba kotak itu, membukanya, lalu melihat benda di dalam nya. Aku tak kaget lagi saat melihat hal yang aku rindu kan di dalamnya. Aku mengambil sebuah kalung dengan manik setengah hati itu, aku tersenyum melihat kalung itu. Aku hanya menyimpan sebelah saja karena.. yang satunya di simpan oleh seorang gadis cantik.
Malam itu, aku melihat isi dari kotak itu. Kotak yang isinya tentang dia, kotak yang aku buka jika aku hanya rindu padanya.
Aku mengambil selembar kertas di dalam nya, lalu aku membacanya. Betapa kagetnya aku saat melihat rangkaian kata yang membentuk tulisan di selembaran kertas itu. Bukan pertama kalinya aku membaca rangkaian kata itu, tapi aku akan selalu tetap merasa menyakitkan jika aku membacanya.
Tubuh ku yang sebelumnya sudah pulih, kini kembali gemetar. Tanganku? tanganku kembali gemetaran saat melihat rangkaian kata itu. Rangkaian kata yang dirangkai oleh gadis itu untuk, ku...
Dear Michaell.....
_Waktu seolah berhenti sejenak untuk memberi ruang pada kenangan. Pada tawa yang pernah pecah di antara senja, pada genggaman tangan yang diam-diam menyatukan dua dunia yang semula asing.
_Telah kita tempuh perjalanan yang tak selalu mudah, ada rindu yang tertahan, ada jarak yang sekali menorehkan sepi. Namun, di setiap langkah yang rapuh itu, aku selalu menemukan namamu_sebagai alasan untuk bertahan, untuk percaya bahwa cinta bukan sekedar kata, melainkan nafas yang menumbuhkan harapan.
_Ada malam yang terasa terlalu sunyi tanpa suaramu, langit masih sama, tapi rasanya hampa, aku menatap bulan yang bersinar, berharap bulan itu bisa menyampaikan rinduku padamu, rindu yang diam-diam tumbuh setiap kali namamu terlintas tanpa sengaja di benak ku.
_Bagaimana seseorang bisa jadi sesederhana itu, tapi tetap punya tempat sebesar ini di hati orang lain? aku rindu caramu tertawa, rindu caramu menatap dengan tenang seolah dunia baik-baik saja.
_Aku tahu jarak ini cuman sementara, tapi tetap saja rasanya seperti ada ruang kosong yang tak bisa diisi oleh apapun selain hadirnya dirimu.
_Kalau nanti kita bertemu lagi, aku janji tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk saling diam, aku akan cerita banyak hal, tentang betapa beratnya rindu ini, tetapi juga betapa indahnya rindu ini, karena aku masih punya kamu untuk ku rindukan.
_Sampai saat ku tiba, biarkan angin malam membawa pesanku, dan biarkan bulan menyampaikan pesanku: aku yang merindukanmu dalam hati ku yang paling tulus.
-nazhaa-
Dada ku semakin sesak saat membaca rangkaian kata itu. Tubuh ku kembali gemetaran, panas.. dingin.. panas... dingin.. Kini kondisi tubuh ku sudah tidak beraturan. Aku memejamkan mataku dan akhirnya... aku pingsan.
'Sebegitunya kah pria itu merindukan ku?' -nazha
~~~
Aku mendengar suara berisik dari arah luar rumah ku. Pukul 09.40 pagi, aku membuka mataku, tetapi rasa nyaa mata ku perih sekali, aku bangkit terduduk di kasurku. Aku mengedip ngedip kan mata ku agar penglihatan ku kembali normal. Aku mencari ponsel ku di antara kertas kertas yang berserakan di kasurku.
Aku melihat pukul berapa sekarang, dan betapa kagetnya aku, saat melihat sekarang sudah memasuki pukul 9 pagi. Sontak, aku bangkit dari tidur ku. Aihh aku melakukan kesalahan besar hari ini, aku telat bangun, lagi.
Aku menghembuskan nafas panjang saat melihat ruangan ini berantakan. Aku harus membersihkan nya, tapi aku sangat malas untuk melihat benda benda itu. Mau tak mau aku harus segera memasukkan nya ke dalam kotak, lalu menyimpan nya jauh dari hadapan ku.
Hari ini, aku memutuskan untuk tidak masuk kelas, aku juga membatalkan janji ku untuk bertemu teman ku pagi ini, hari ini aku ingin sendiri. Aku menggeleng kan kepala ku saat pikiran ku mulai kambuh.
Pagi itu, aku membersihkan benda benda yang berserakan di kasur ku dan di lantai ruangan itu. Aku memasukkan nya ke dalam kotak, tanpa melihat kembali benda benda itu, aku tak ingin kejadian di malam tadi, aku ulang kembali, cukup semalam saja aku melakukan nya, nanti lagi.
Semua nya selesai, aku berhasil membersihkan benda benda itu. Kotak itu juga aku letakkan jauh dari pandangan ku, aku tak ingin melihat nya jika aku tak serindu itu padanya. Walau hati ini setiap saat rindu, rindu pada gadis cantik itu.
Hari ini aku berniat mengunjungi suatu tempat, tempat yang aku rindui, tempat yang menjadi pertemuan ku yang terakhir kalinya dengan gadis itu dan tempat yang menurut ku indah sekali, apalagi jika saat ini aku mengajak nya pergi bermain di sana. 'Apapun akan indah jika hal itu dilakukan dengan dirinya'
Tempat itu tak jauh dari rumahku. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 16.50 sore, yang dimana sebentar lagi matahari terbenam. Aku sudah sampai di tempat itu, aku bejalan mencari tempat untuk aku duduk di sana dan nyaman buat ku.
Tempat itu tak lain tak bukan adalah sebuah taman, taman yang di sekitarnya hampir di kelilingi danau. Aku berjalan masuk ke dalam taman itu, suasana yang sejuk akibat di sekeliling nya terdapat pohon. Aku berjalan mencari tempat yang paling aku sukai itu.
Di sebuah kursi di tepi danau, sebuah tempat yang paling aku sukai di taman itu. Aku duduk di sana, sendirian. Aku menatap ke depan, aku melihat danau, aku melihat matahari yang sebentar lagi terbenam. Aku kembali mengunjungi tempat itu, aku benar benar rindu dia.
Tempat ini, taman ini, kursi ini, adalah saksi bisu pertemuan terakhir ku dengan nya. Betapa bahagianya kami pada saat itu, betapa tertawanya dia pada saat itu, betapa bahagianya dia pada saat itu, sayangnya aku tak tahu kalau itu... pertemuan terakhir aku dengan dirinya.
Aku menghela nafas berat ku saat aku sadari kini pikiran ku kembali lagi, dan aku, membiarkan itu terjadi. Selain aku melihat sinar bulan pada malam hari, aku juga mengunjungi taman ini pada sore hari ketika aku rindu dengan diri cantik itu.
Aku menarik nafas, lalu menghela nya secara perlahan. Saat itu, aku sedang memejamkan mataku, aku menikmati setiap hembusan angin sore yang menerpa wajah ku. Mataku terpejam lama, dan selama itu juga, aku menikmati hembusan angin sore itu.
Aku merasakan ada seseorang yang duduk di sebelah kanan ku. Aku menepi ke arah kiri agar dia dapat duduk di sebelah ku. Mata ku masih terpejam, aku juga masih menikmati hembusan angin sore itu, tapi saat aku mencium aroma yang paling aku cintai itu, seketika mataku terbuka. Aku kaget, jantungku berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.
Aku sadar bahwa ada seseorang yang kini duduk berada di sebelah kanan ku, aku tak peduli dengan nya, tapi sampai saatnya, aku mencium aroma itu, aku sangat mengenali aroma itu. Aku menoleh ke arah kanan, untuk memastikan.
Betapa kagetnya aku, ternyata dugaan ku itu benar, benar benar nyata. Aku melihat seorang gadis yang aku rindui itu berada di hadapan ku sekarang. Saat itu, aku merasa bahwa itu tak mungkin, aku mengedip kan mata ku berulang kali, untuk memastikan. Jantung ku berdebar tak karuan pada sore itu. Ini semua tak mimpi kan?
Aku dan dia, saling melempar tatapan. Tatapan ku tak lepas dari dia, begitu pun dirinya. Di wajahnya, dia membentuk sebuah senyuman lebar yang manis, jantungku berdebar lebih kencang lagi. Saat itu, aku terpaku melihat gadis yang aku rindui itu, kini berada di hadapan ku. Aku benar benar terpaku melihat nya, melihat wajahnya, melihat senyuman nya, sampai saatnya... aku mendengar suaranya.
Ia memanggil namaku sembari tersenyum, di saat itu lah aku tersadar, ini semua bukan angan angan ku, semua nya nyata. Aku tersenyum saat mendengar ia memanggil namaku, ia bertanya tentang ku, ia tersenyum saat mendengar ku bercerita, dan sore itu sebelum matahari terbenam dia tertawa saat mendengarkan ku mengatakan lelucon yang ku buat sendiri sore itu.
Kini pukul 18.06 sore, matahari sudah berubah warna menjadi orange. Aku dan dia sudah mulai bercanda tawa, tapi anehnya kami tak ada membahas masalalu sedikit pun. Aku merangkul pundak nya, kepala nya saat itu sedang bersandar di pundak ku. Aku tak keberatan karena hal itu, aku bahagia tak kauran pada sore itu.
Bagaimana mungkin gadis yang aku rindui tadi malam, dan aku memanggil namanya di saat aku melihat sinar bulan, kini dapat ku rangkul kembali pada sore itu.
Aku bercerita tentang betapa aku merindukan nya, dan ia bercerita betapa rindu nya ia kepada ku. Aku melihat matahari yang terbenam, menyaksikan nya bersama gadis cantik ku. Kami menyaksikan nya bersama, di tepi danau, di kursi tepi danau dan di sebuah taman di kursi tepi danau.
Untuk kedua kalinya, kami bersama menyaksikan indahnya sunset di tepi danau itu. Danau yang sama, kursi yang sama dan taman yang sama, namun dengan status kami yang berbeda.
Kini matahari sudah terbenam sepenuhnya, aku tersenyum melihat indah sunset itu. Aku menoleh pada gadis itu, lalu dia tersenyum manis di hadapan ku. Aku mengelus pipinya, lalu memeluk nya, dan ia membalas pelukan singkat itu. Pada saat itu, aku menyadari air mata ku mulai turun mengalir di pipi ku.
'Apapun akan indah jika hal itu dilakukan dengan dirinya'
~~~
Aku mendengar suara berisik dari arah luar rumah ku. Pukul 09.40 pagi, aku membuka mataku, tetapi rasa nyaa mata ku perih sekali, kepala ku terasa pusing. Aku bangkit terduduk di kasurku, aku mengedip ngedip kan mata ku agar penglihatan ku kembali normal.
Pagi itu aku merasa ada yang aneh pada tubuhku, aku menyentuh dahi ku dengan telapak tanganku, dan aku merasakan panas di tubuh ku. Aku menghiraukan kondisi tubuh ku pagi itu. Aku menatap ke sekeliling ruangan ku. Betapa kagetnya aku saat melihat benda benda itu masih berserakan di seluruh ruangan ku termasuk di kasurku.
Apa apa an ini, aku semalam sudah membersihkan nya, kenapa sekarang berantakan lagi, heran ku. Di tengah tengah keheranan itu, aku mengambil satu surat tepat berada di hadapan ku yang isinya rangkaian kata singkat di sebuah lembaran kertas.
Dear Michaell
_Kau tau tidak? Ketika aku merindukan mu, aku selalu keluar pada malam hari, aku duduk di teras rumah ku sembari menunggu adanya bulan datang. Aku menyampaikan rindu ku pada mu, lewat pesanku yang akan di kirim lewat cahaya bulan.
_Aku akan selalu merindukan mu, aku harap kau pun begitu, Karena 'Katanya Rindu Hal yang Wajar.'
-nazha-
Lembaran kertas yang baru saja ku baca pagi itu, sudah cukup basah. Aku tak sengaja meneteskan air mata ku, dan jatuh membasahi lembaran kertas itu.
Pagi itu, aku menyadari sesuatu, bahwa pertemuan ku di kalangan senja kemarin, di detik terakhir matahari terbenam, dan pelukan hangat dari seorang gadis, itu semua hanya bunga tidur ku. Bukan pertama kalinya aku mendapati ia di mimpi ku, tetapi yang kali ini adalah yang paling sakit.
Ternyata Rindu benar benar hal yang wajar, jika engkau tak berlebihan merindukannya, dan jika kau berlebihan merindukannya, semuanya berbeda makna. Malam ini, aku ingin mengungkapkan rindu ku lewat sinarnya bulan pada seorang gadis yang aku tak tau kabarnya sampai detik ini.
Pukul 22.00 malam, aku duduk di balkon kamar ku. Saat itu aku duduk sembari menatap bulan yang bersinar, sinar nya membuat hati ku terasa tenang. Saat aku melihat sinar bulan itu, aku mengingat namanya di hati ku, mengingat wajahnya di benak ku, dan mengingat hangat nya pelukan yang ia berikan pada ku, 5 bulan lalu...
Malam itu, aku menyampaikan rinduku dengan rangkaian kata yang telah ku buat, menyampaikan rindu ku lewat sinarnya bulan dan anginnya malam. Aku... Michaell menyampaikan rindu untuk sang gadis yang masih berada di benak ku, pada malam itu.
Dear Nazha
Kepada mu yang telah jauh dari dekapanku.
Telah ku titip rindu pada cahaya bulan yang bersinar malam ini. Pandangi lah dari cahaya nya. Langitnya. Hingga rindu yang begitu hangat itu. Merasuki begitu dalam hingga cakrawala hati mu.
Selayaknya sinar dan redup yang bertemu di kala cahaya bulan. Di pertemuan yang begitu singkat. Tetapi akan selalu menjadi pertemuan yang indah.
Tak akan pernah aku lupakan. Segala kenangan yang telah menjadi bagian dari kisah cinta kita. Dan tersimpan dalam relung jiwa.
Saat suatu hal nanti, perlu kau tau: Bahwa Seluruh Tentangmu Akan Selalu Ingatan Yang Serupa Dengan Sang BulanWalau Ia Menghilang Pagi Ini, Ia Akan Datang Lagi Malam Harinya.
-Michaell-