Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Misteri
Kasus Pembunuban: Mayat Berkawat
2
Suka
897
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Ketika gelap malam sudah muncul menyapa kota, maka kesunyian meliputi ke semua penjuru kota, gonggongan anjing sesekali terdengar, kabut telah menjalar ke seluruh sudut kota, Orang-orang telah berjalanan dalam mimpinya, malam hari adalah waktu yang tepat untuk berjalan menikmati keajaiban mimpi. Namun tidak semua orang melakukan perjalanan dalam mimpi. Dalam kesunyian malam yang dingin dan sepi para polisi terus melakukan patrol, mengecek keadaan kota, mencegah dari kejahatan yang terjadi di kota.

Para polisi menembus kabut-kabut yang menyentuh kulit mereka dan melawan dingin disertai rasa merinding dari kesunyian yang mencekam. Kota Townwood sudah menjadi buah bibir bagi masyarakatnya ataupun kota disekitarnya sebagai kota yang damai dan produktif tapi bila malam menyambut suasana sepi yang mencekam mulai meneror masyarakat. Masyarakat merasa was-was bila malam datang, merasa setiap sudut kota yang gelap sebagai sarang kejahatan yang bisa mengancam mereka kapanpun. Semakin tengah malam maka semakin sepi. Walaupun tidak semua tempat sepi, masih ada bar-bar untuk orang berbincang, namun tempat seperti itu rata-rata pengunjungnya adalah polisi dan para pekerja malam.

Pada hari itu setelah hujan yang deras di pagi hari hingga sore hari lalu reda pada malam hari kota itu masih aman dan baik-baik saja, namun hal yang tidak terduga terjadi sekitar pukul 02:00 malam, seorang polisi yang sedang berpatroli menemukan seseorang berbaring di dekat tempat sampah pada salah satu gang yang berada di antara gedung tinggi. Saat polisi itu hendak mendekat dia ragu lalu memanggil rekannya yang berada beberapa blok tidak jauh darinya menggunakan radio. Sambil menunggu rekannya, dia mendekati orang itu namun saat mulai menyalakan senter untuk mengatasi gelap yang menghalangi penglihatan dia mulai merasa tidak enak dan melihat warna merah didekat orang tersebut, lalu setelah dilihat lebih dekat ternyata orang tersebut telah mati.

45 menit kemudian TKP (tempat kejadian perkara) sudah dikelilingi garis polisi berwarna kuning menandakan kawasan di dalamnya adalah kawasan kendali dan pengecekan oleh polisi. Tiga sampai empat mobil terparkir di luar garis polisi. Dua orang detektif kepolisian di panggil ke TKP untuk melakukan penyelidikan. Dua detektif itu bernama Franklin dan Jhon. Ambulan di datangkan, seorang dokter lapangan bersama rekannya siap mengevakuasi mayat tadi yang sudah mati. Dua detektif itu mulai memeriksa hal-hal berbau informasi di sekitar mayat untuk menemukan petunjuk pelaku pembunuhan. Di TKP hanya ditemukan botol sisa dari minuman keras dengan merek Thompson Dan dompet korban yang berada sekitar dua meter dari korban. Gang itu adalah jalan buntu, tembok nya sangat tinggi, butuh tenaga dan waktu untuk bisa melewatinya. Dompet korban tadi berada dekat tembok, anehnya uang korban yang ada didalam dompet masih utuh namun berserakan. Darah yang keluar dari tubuh korban sangat banyak. Bila melihat kematiannya korban ini di bunuh menggunakan kawat karat yang tajam, bahkan leher korban hampir putus akibat kawatnya. Kawat tadi masih menempel di leher korban. Namun yang aneh adalah motifnya tidak diketahui. Bila ini pencurian maka harusnya uang tadi sudah diambil dan tidak tersisa. Namun ternyata cincin dan jam tangan nya hilang karena ada bekas pada jari manis kanan untuk cincin dan dipergelangan tangan kanan untuk jam tangan. Untuk sekarang polisi menyimpulkan dia dibunuh karena motif pencurian atau perampokan, semua barang bukti di amankan dibawa ke kantor polisi. Dokter dan rekannya mulai membawa mayat untuk diotopsi di rumah sakit. Dua detektif tadi pulang untuk melanjutkan istirahat mereka, dan mengurus kasus ini sewaktu di kantor. Tapi sebelum itu mereka berinisiatif menanyakan beberapa pertanyaan langsung pada polisi yang menemukan mayat.

Mereka mulai membawa si polisi yang bernama Edi untuk berbicara secara khusus dengan mereka berdua. Di belakang mobil polisi, mereka bertanya kepada Edi untuk menceritakan kembali kesaksiannya, hal ini dilakukan untuk menemukan detail-detail kecil yang mungkin terlupakan oleh Edi saat menemukan mayat.

"Jadi... kau berpatroli lalu tidak sengaja melihat orang tiduran di gang, dan kau menduga dia tidur di sana karena mabuk, lalu kau berinisiatif membangunkannya dan saat kau ingin membangunkannya kau melihatnya sudah mati. Begitu kan ceritanya?" Tanya Franklin.

"Iya, begitulah" Jawab Edi dengan cepat

"Apa kau tidak melihat orang lain disekitar TKP atau merasa ada seseorang yang mengawasi mu di sekitar TKP," Tanya Jhon yang penuh semangat karena ini adalah kasus pertamanya di kepolisian tersebut, sungguh jiwa muda yang penuh semangat.

"Tidak, aku yakin tidak ada yang lewat tempat itu selain aku, karena ini jalur patroli ku, aku tahu bahwa itu tempat sepi sangat jarang orang lewat. Dan aku yakin hal itu," Jawab Edi dengan jelas, sebagai sesama rekan polisi tidak ada yang ditutupi oleh Edi. Jhon membakar rokoknya menawarkan pada Frank namun Frank menolaknya dan Frank mengajak Jhon untuk menyudahi pertanyaan ini. Jhon setuju. Namun sebelum pergi, Edi meminta rokok Jhon dan Jhon memberikannya. Semua berjalan lancar dan baik-baik saja. Namun saat dua detektif itu sudah akan pergi secara tiba-tiba Edi mengingat sesuatu dan memanggil dua detektif itu lagi, dia berkata bahwa dia mendengar tangisan dan rintihan memelas sebelum menemukan mayat, namun dia abaikan suara itu karena dia merasa itu suara orang miskin yang suka tidur di samping toko roti. Toko roti itu berada di belakang gedung tinggi tempat mayat ditemukan. Jadi dia terus jalan dan akhirnya menemukan si mayat. Dua detektif itu merasa terbantu dengan informasi tersebut dan mereka mengatakan untuk menghubungi mereka bila Edi mengingat sesuatu lainnya. Namun Edi dengan cepat menjawab tidak perlu karena hanya itu yang dia tahu. Lalu Edi pergi dengan sebatang rokok pemberian Jhon dan dua detektif itu pergi meninggalkan TKP. Saat berjalan pulang Frank mengatakan bahwa ekspresi Edi sangat cepat berubah, suasananya seperti sudah berganti pada mode lain. Namun Jhon berkata itu tidak penting dan mengatakan bahwa insting Frank sudah mulai tumpul. Semua orang bisa berganti moodnya dengan seketika. Dan Frank menerima argumen itu karena memang dia sudah tua.

***

John adalah polisi cerdas dan pemberani diantara rekan kepolisian lainnya. Dia dipromosikan untuk mendapat pendidikan khusus menjadi seorang detektif dan dia lulus dengan sangat baik serta nilai yang memuaskan. Jhon juga sangat ambisius dan penuh semangat. Dia mulai karir detektif nya pada kota Grandcity, kota tetangga dengan kota Townwood namun jaraknya jauh dan harus melewati kota Townhill. Setelah setahun di sana dia dipindahkan ke kota Townwood karena kelalaiannya selama bertugas di kota Grandcity. Jhon layaknya pemuda seumurannya penuh semangat dan ambisius namun kerap kali lalai karena mengabaikan hal-hal kecil. Pemindahan tugas ini tak menyurutkan semangat dan ambisiusnya untuk terus naik. Namun saat dia tahu kalau rekan kerjanya adalah seorang bapak-bapak berusia 50 tahun dia jadi sedikit kesal namun tak bisa menolak.

Rekan kerja Jhon itu bernama Franklin orang sering memanggilnya Frank, seorang bapak-bapak dengan rambut yang beruban dan pundak yang sudah sedikit membungkuk. Dia seorang detektif senior yang sudah 3 kali meminta pensiun dini tapi ditolak oleh atasan sekaligus sahabatnya sendiri, penolakan itu karena kepolisian Townwood masih membutuhkan jasanya, tapi atasannya janji bahwa kasus mayat kawat -begitulah kasus itu disebut- sebagai misi terakhirnya, dan karena itu juga Jhon dipindah tugaskan untuk dijadikan penerus Frank. Frank ini orang yang sangat teliti, dia sangat peduli terhadap detail-detail kecil yang dianggap orang lain tidak berguna, justru detail kecil itu menjadi kunci penyelesaian kasusnya pada masa lalu. Namun umur yang berbicara, umurnya yang sudah tua memungkinkan instingnya juga tumpul, tapi Frank selalu menolak hal tersebut.

Saat pertama kali bertemu, Jhon dimata Frank adalah anak muda dengan gaya nyeleneh, banyak omong, namun ingin belajar. Namun Frank dimata Jhon adalah seorang pria tua yang akan pensiun dan menyebalkan serta selalu melihat hal-hal kecil dan sepele yang menurut Jhon tidak berguna. Mereka beberapa kali cekcok karena Jhon mengejek tumpulnya insting Frank dan terkadang sebaliknya Frank mengungkit perpindahan tugasnya sebagai bentuk pengusiran oleh atasan sebelumnya. Mereka selalu bertengkar namun cepat berbaikan dan mereka cocok hanya pada dua hal: selera rokok dan minuman mereka sama. Frank sudah lama berhenti merokok namun beberapa kali dia melakukannya lagi bila mengalami kebuntuan pada suatu kasus.

***

Paginya Jhon mendatangi Frank di ruangannya untuk membahas kelanjutan kasus ini. Jhon masuk dan langsung duduk pada kursi yang disediakan di ruangan itu, Jhon membawakan Frank kopi pesanannya. Mereka mulai berbincang santai, lalu membahas kasus ini, tapi sebelum itu Frank meminta Jhon untuk menjelaskan identitas korban, Jhon mengeluarkan catatannya dari saku kemejanya lalu membacakan semua informasi yang dia dapat.

"Nama: David William

Umur: 38 tahun

Tinggal: jl. Boulevard Normandie, no 47, lantai 3, kamar 46.

Kerja sebagai satpam di Sunset Mall Junction. Belum menikah, sedang menjalin kasih dengan rekan kerjanya bernama Jessica, tidak punya saudara disini orang tuanya sudah meninggal , dia anak tunggal, beberapa orang saya tanya mengenai sifatnya, kebanyakan orang tidak menyukainya karena dia tukang mabuk dan kasar, bahkan kekasihnya ada luka lebam pada tangannya, Teman-teman nya banyak yang menjauhinya dan dia pernah berkelahi dengan teman kerjanya namun tidak terlalu parah, dia telah berdamai dengan temannya itu, dan hanya itu yang ku dapat," Jelas Jhon dengan lugas.

"Dan satu lagi, aku mendapatkan barang bukti lain, aku mengecek tempat sampah di TKP, Aku mendapat plastik besar, sebesar tubuh seorang pria dewasa, bagian bawahnya ada lubang sebesar kepala, dan ada dua lubang lainnya seukuran tangan dan jumlah lubang itu ada dua, dan aku yakin itu adalah kostum yang digunakan si pembunuh untuk membunuh dan ada bercak darah di beberapa bagian plastik itu, DNA bercak darah sama dengan DNA si korban, tapi aku masih bingung dengan karakter pembunuhnya,"Jhon menjelaskan temuannya. "Apa kau tidak tidur?" Tanya Frank, "tidak, aku tidak bisa tidur dan memutuskan kembali ke TKP" Jawab Jhon, hal tersebut mengagetkan Frank sekaligus menunjukkan semangat Jhon. Sesaat kemudian Edi masuk dan memberitahu kalau orang yang dicari Frank sudah menunggu di ruang interogasi. Jhon memandang ke Frank lalu mengangkat alisnya ke atas mengisyaratkan pertanyaan "siapa", Frank merespon dengan mengajak Jhon melihatnya.

Pengemis yang dibicarakan Edi tempo hari sedang duduk termenung dengan tangan yang sedikit bergetar, ketakutan menyelimutinya, dia sedikit berkeringat, dia terus memandangi air putih di depannya, sesekali dia menelan ludah, entah apa yang ditakutinya. Frank masuk lebih dulu menanyakan beberapa pertanyaan dasar. Basa-basi soal keadaan si pengemis di tanyakan, namun si pengemis menjawab dengan gagap seperti ketakutan, setelah Frank melakukan pendekatan tadi agar pengemis tidak tertekan Frank keluar sebentar untuk memanggil Jhon, saat menghampirinya Jhon sedang melihat jadwal piket kepolisian, Jhon berkata program unggulan atasan yang sekarang lucu sekali dia menganjurkan kebersihan pada semua anggota dan membuat jadwal patrol untuk selain berkeliling juga memungut sampah, yang paling banyak akan mendapatkan reward, Frank hanya tersenyum dan memanggil Jhon, dan akhirnya Jhon masuk untuk membantu Frank. Jhon menanyakan beberapa hal,

"Apa yang Anda lakukan pada waktu kejadian? Apakah anda tahu kalau ada pembunuhan di dekat anda? " Tanya Jhon.

"A-aku hanya istirahat, saat jam kejadian aku sudah tertidur, aku serius aku tidak berbohong jangan tangkap aku, t-tolong bebaskan a-ku aku tidak bersalah" Dia gagap ketakutan dan menangis. Barang bukti di keluarkan Jhon sesuai yang direncanakan dengan Frank sebelum masuk,

"Ini jam dan cincin milik korban dan kami temukan ini pada tas yang Anda bawa, darimana anda mendapatkan ini" Tanya Jhon dengan nada pelan disertai tatapan yang menekan mental si pengemis.

"A-aku tidak tidak tahu, aku terbangun saat jam itu di dekat ku" Jawab pengemis dengan gugup.

"Jangan bohong padaku bangsat, katakan sebenarnya, kalau kau terus berbohong kau akan dihukum karena menyembunyikan barang bukti, jawab dengan jujur" Jhon mulai naik pitam, dia marah sambil menunjuk-nunjuk ke wajah si pengemis lalu menggebrak meja.

"Aku muak dengan jawaban menghindar kau, aku sudah sabar dari tadi, tapi kenapa kau masih berbohong saat barang bukti didepan mata kau, bahkan tempat kau tidur ada tangga, tangga yang cukup tinggi untuk melewati tembok pembatas gang itu, jawab aku dengan jujur, persetan dengan belas kasih, air mata buaya kau tidak ada arti di depanku," Jhon marah lagi. Jhon menjelaskan kronologi dugaan ke si pengemis, Jhon bilang bahwa si pengemis sudah tahu bahwa si korban akan lewat jalan tersebut, Jhon tahu karena informasi dari Edi yang sering patroli pada jalur tersebut tempo hari. Lalu saat si korban sudah berputar dan berada di sebrang gang tempat si pengemis tidur si pengemis sudah menunggu di sana, si pengemis menggunakan tangga untuk sampai ketempat itu dan si pengemis melakukan rencana pembunuhannya tapi dia tidak mengambil uangnya karena itu alibi si pengemis agar tidak terlacak, saat membunuh si pengemis menggunakan kawat pembatas tembok yang sudah berkarat lalu mengambil cincin dan jam nya yang mahal lalu kabur dan berpura-pura tidur seolah tidak terjadi apa-apa, suara teriak korban membuat Edi datang dan melihat korban telah tewas, karena baju pengemis hanya satu dia menggunakan plastik agar cipratan darah tidak terkena baju. Penjelasan Jhon sangat masuk akal dan si pengemis hanya menangis dan memohon ampun dia berkata sesuatu tapi tidak jelas karena nangisnya. Frank hanya diam melihat Jhon mengintrogasi si pengemis, diamnya Frank mengisyaratkan kepercayaan dia kepada Jhon namun Frank melihat kesalahan argumen dan merasa janggal dengan penjelasan Jhon. Frank menarik Jhon untuk keluar sebentar dan berdiskusi, Frank mengatakan argumen Jhon bagus namun janggal, Jhon tidak Terima, mereka berdebat namun Frank menjelaskan bahwa bagaimana bisa si korban yang dalam keadaan mabuk datang sesuai dugaan pengemis, bukankah dia bisa saja pingsan sebelum sampai ke gang atau dia duduk sebentar untuk mengendalikan kesadarannya yang artinya pembunuhan ini tidak di rencanakan dan argumen Jhon menjelaskan bahwa pembunuhan itu direncanakan. Hal itu menyadarkan Jhon yang mulai diam seketika. Mereka akhirnya masuk lagi untuk menanyakan beberapa pertanyaan soal waktu, Saat masuk pengemis tadi sudah tidak menangis.

"Aku akan mengatakan yang sebenarnya," Kata pengemis saat sebelum Frank bertanya.

"Aku berbohong mengatakan bahwa aku tidur saat kejadian," Jawab pengemis dengan lugas. Jhon langsung menghampiri untuk membuktikan dugaannya, namun Frank menahannya karena Frank melihat si pengemis sudah tidak dalam keadaan tertekan berbeda dengan sebelumnya.

"Aku sempat tertidur namun aku kaget saat terdengar teriakan dan aku terbangun untuk memeriksa asal teriakan itu, aku tahu asal suara itu dari balik tembok pembatas, lalu aku menggunakan tangga untuk menaiki tembok, namun saat aku sampai di atas aku terkaget setengah mati melihat seseorang telah membunuh korban menggunakan kawat yang ku potong tempo hari agar aku bisa lewat sana, pembunuh tadi tertutup bayangan dan dia melihat ku, aku takut dan spontan akan sembunyi namun tatapannya menekan mental ku, aku terdiam tanpa bergerak sedikit pun badan ku bergetar mata ku seolah tak percaya melihat iblis pembunuh itu tersenyum menatapku dia mulai berjalan mendekati ku namun wajah dan tubuhnya masih tertutup bayangan, hanya terlihat sepatunya yang kinclong seperti milik aparat, tali sepatu itu berwana hitam dengan polkadot putih, dia melemparkan sesuatu padaku dan itu adalah jam dan cincin dan dia memberi isyarat padaku untuk diam, lalu dia menyuruh ku pergi dengan lambaian tangannya dan aku pun pergi tanpa berkomentar, itu adalah pengalaman paling gila bagiku aku tidak percaya apa yang baru saja aku lihat aku merasa dia adalah iblis yang berubah menjadi manusia, aku sangat takut setiap mengingatnya aku merasa berada di ujung kematian, hanya itu informasi dariku, bisakah kalian menjaga keselamatan ku?"Jelas si pengemis dengan tenang.

Jhon dan Frank tercengang dan terdiam untuk beberapa saat, lalu Frank mengangguk untuk pertanyaan terakhir pengemis. Frank menyuruh Edi untuk mengantar pengemis ke mobil Frank terparkir dan menemaninya di sana sebentar dan menunggu Frank di sana, karena untuk mengamankan si pengemis sebagai saksi di rumahnya. Edi pun membawa pengemis ke parkiran namun sebelum itu Jhon dan Frank berterima kasih kepada Edi yang telah membantu mereka, mereka pun berjabat tangan. Saat Edi sudah jalan dan membawa pengemis Jhon menawarkan rokok pada Edi namun Edi menolak dengan mengatakan "aku tidak merokok Jhon, kenapa kau menawarkannya pada ku?" Jhon merasa aneh, namun dia pikir Edi sebenarnya tidak merokok hanya saja saat di TKP tempo hari dia sedang tertekan sama seperti Frank yang sesekali merokok. Selang dua menit saat hendak ngobrol dengan Frank tiba-tiba Jhon dengan kaget layaknya disambar petir langsung berlari dan mengatakan pada Frank untuk memanggil beberapa personil polisi, Frank bingung tapi dia mengikuti saran Jhon. Jhon langsung lari kebawah menuju basement untuk menghampiri pengemis, sesampainya di sana Jhon melihat Edi menodongkan pistol ke pengemis dan saat Jhon berteriak "Edi..... Jangan lakukan itu" Edi langsung menarik pelatuk dan membunuh pengemis, selanjutnya Edi menodong ujung pistol ke kepalanya.

"Edi jangan lakukan itu, simpan pistol mu Edi, kau tidak akan di hukum mati saat bersalah kau hanya akan di penjara, ayo Edi jangan lakukan itu" Bujuk Jhon kepada Edi, saat itu juga Frank datang dan bingung dengan situasi ini.

"Selamat datang detektif, sekarang kau telah menjadi detektif yang hebat, kau menangkap ku," Jawab kepribadian ganda Edi bernama Richard dengan santai, "selamatkan aku Jhon, Richard akan membunuhku, aku tidak bisa lepas darinya dia selalu mengancam ku dan dia selalu punya kecenderungan untuk membunuh dia menikmati pembunuhannya" Ucap Edi. Frank menyadari kepribadian Edi, dan dia mendekati Jhon untuk mengatakan bahwa Edi mengalami kepribadian ganda, Jhon mengangguk seolah sudah tahu.

"Tenang Edi aku akan menyelamatkan mu, suruh Richard menurunkan senjata dari kepalamu Edi," Edi mulai menurunkan senjatanya secara perlahan dan Richard menariknya lagi dengan marah,

"Apa yang kau lakukan bodoh kita sudah tidak punya alasan untuk hidup, semua rencana pembunuhan kita telah terungkap dia detektif muda yang sangat cerdas, dan kau tahu aku mengagumi mu Frank aku muncul karena kekagumanku padamu, aku sangat ingin membuat mu pusing dengan suatu kasus pembunuhan, namun siapa sangka kau ditemani oleh Jhon yang sama cerdasnya dengan mu di masa muda"jawab Richard sebagai identitas ganda Edi yang punya kecenderungan psikopat.

"Kau berhasil Richard kau mengelabui ku aku sangat tidak menduga hal itu, turunkan senjata mu dan kita bisa bicara sebentar" Kata Frank. Namun Richard mengatakan "selamat tinggal detektif ini adalah perjalanan ku" Dooor pelatuk pistol ditarik oleh Edi dan dia mati.

Beberapa jam kemudian setelah Edi dibawa ke rumah sakit Frank bertanya kenapa Jhon tahu kalo Edi pelakunya, pertama Jhon tahu kalau tali sepatu Edi ada polkadot putih, saat itu Jhon menyadari ketika berjabat tangan terakhir dengan Edi namun itu masih dugaan karena banyak orang yang punya tali sepatu hitam dengan polkadot putih, kedua, Jhon menyadari bahwa yang menerima rokoknya saat di TKP bukan Edi sesuai kata Frank karena Edi tidak pernah merokok sama sekali kata temannya yang menjaga pintu interogasi, dan itu menunjukkan kalau Richard lah yang mengambil rokok itu tempo hari, ketiga, saat Jhon melihat papan piket dia melihat nama Edi sebagai piket pada hari yang sama dengan kejadian pembunuhan, sesuai dengan program piket itu setiap polisi pasti membawa kresek besar di tangannya dan Richard menggunakan itu untuk tidak menodai seragam Edi, tapi Jhon menduga bahwa itu tidak direncanakan oleh Richard, sepertinya si korban marah karena Edi menabraknya, Jhon mengatakan bahwa dia tahu karena botol minuman keras Edi retak akibat terjatuh, lalu Richard muncul dan membunuhnya langsung, lalu mengancam pengemis dan mulai berjalan ke sebalik arah dari awal Edi menabrak si korban, lalu Edi mengambil alih dirinya kembali dan dia seolah baru lewat sana dan lupa dengan apa yang dilakukan Richard kepada si korban, dan karena itu juga kenapa Edi menjelaskan dia menemukan mayat karena dia tidak sadar kalau Richard telah membunuh korban" Begitulah jelas Jhon yang mendapat applus dari Frank yang bangga kepadanya, namun mereka merasa kasihan kepada Edi yang terbunuh oleh kepribadian ganda nya sendiri.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Misteri
Cerpen
Kasus Pembunuban: Mayat Berkawat
Grimmer
Flash
Api yang Berdamai dengan Hujan
Ravistara
Novel
Sang Penjaga
Rizki Ramadhana
Flash
Pesan
Ujang Nurjaman
Cerpen
03 Rumah di Keabadian
Bima Kagumi
Novel
Bronze
LUKA SEORANG SANTRIWATI
Flora Darma Xu
Flash
No Blood
Via S Kim
Flash
Alat Pendeteksi Jodoh
Rahma Nanda Sri Wahyuni
Novel
FIRASAT
Rara
Flash
Bronze
Berdebar
Noveria Retno Widyaningrum
Flash
Misteri Doa Sebelum Belajar
Luca Scofish
Flash
Kedamaian di Dalam Air
Art Fadilah
Cerpen
Bronze
Kiamat
hyu
Novel
Freak Out
Poetry Alexandria
Flash
S
Rama Sudeta A
Rekomendasi
Cerpen
Kasus Pembunuban: Mayat Berkawat
Grimmer
Flash
Egoisme adalah altruisme
Grimmer
Cerpen
Dua Insan
Grimmer
Cerpen
MENCARI ARTI KEBAHAGIAAN
Grimmer
Flash
Manusia hidup atas rahmat Tuhan yang pengasih
Grimmer
Flash
Sunyi di Kota Hingar-Bingar
Grimmer