Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Horor
Bronze
Kamera Tua
1
Suka
1,431
Dibaca

Bab 1: Kamera dari Lelang

Suara denting palu yang bergema di ruang lelang barang antik itu seolah menjadi genderang pertanda. Rizal, dengan kemeja batik longgar dan tatapan mata yang tajam, tak pernah menyangka bahwa kunjungannya ke acara tak terduga ini akan mengubah segalanya. Biasanya, akhir pekan Rizal diisi dengan membersihkan lensa, memeriksa kabel, atau sekadar menikmati kopi di kafe favoritnya, jauh dari keramaian dan atmosfer pengap yang selalu menyelimuti balai lelang. Namun, panggilan dari seorang kolektor langganan yang mengabarkan tentang "harta karun tersembunyi" membuatnya penasaran. Ia adalah kameraman senior di salah satu stasiun TV nasional terbesar di Indonesia, mata dan telinganya terlatih untuk mengenali kualitas, bahkan dalam tumpukan barang bekas.

Di antara tumpukan radio kuno, mesin ketik berkarat, dan furnitur era kolonial, sebuah siluet hitam menarik perhatiannya. Tergeletak begitu saja di sudut yang kurang cahaya, diselimuti debu tipis yang tak mampu menyembunyikan kilaunya, adalah sebuah kamera broadcast tua. Bentuknya bongsor, berbahan logam kokoh dengan lensa raksasa yang tampak seperti mata Cyclop yang menatap kosong. Modelnya klasik, nyaris primitif jika dibandingkan dengan kamera digital canggih yang setiap hari digenggamnya. Namun, ada aura misterius yang terpancar darinya, semacam daya tarik tak kasat mata yang membuat Rizal melangkah mendekat.

"Ini kamera apa, Pak?" tanyanya kepada seorang petugas lelang yang kebetulan lewat.

Petugas itu tersenyum tipis. "Ah, yang itu. Merek langka, Tuan. Buatan Eropa tahun 1970-an. Dulu dipakai di salah satu stasiun televisi di sana, kalau tidak salah. Barang sitaan dari kolektor yang bangkrut."

Rizal memicingkan mata, mendekatkan wajahnya. Tulisan di badan kamera yang sudah sedikit pudar itu terbaca: Lumière Vérité. Nama yang asing, bahkan bagi seorang veteran sepertinya. Namun, sentuhan tangannya pada bodi logam yang dingin itu mengirimkan getaran aneh. Sebuah rasa dingin yang menusuk, seolah bukan sekadar dinginnya logam, melainkan dinginnya sesuatu yang hidup namun tak bernyawa. Di benaknya, terbayang bagaimana kamera ini pernah merekam momen-momen bersejarah, wajah-wajah terkenal, atau drama kehidupan yang tak terhitung jumlahnya di masa lampau.

"Kualitasnya bagaimana?" tanyanya lagi, lebih kepada dirinya sendiri.

"Kami sudah coba tes sebentar, Tuan. Anehnya, kualitasnya luar biasa meski tua. Gambar masih jernih, dan mekanismenya berfungsi baik. Mungkin ada yang sedikit mengganjal di bagian viewfinder, tapi itu bisa diperbaiki." Petugas itu menjelaskan dengan nada acuh tak acuh, seolah tak peduli dengan potensi mahakarya di depannya.

Rizal tahu ini adalah kesempatan langka. Di era serba digital dan serba instan, mencari kamera dengan karakter visual sekuat ini hampir mustahil. Ia memiliki proyek dokumenter artis dan presenter TV top yang sudah lama ingin digarapnya. Selama ini, ia selalu merasa ada yang kurang dari hasil rekaman kamera digital modern yang terlalu steril. Ia mengi...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp10.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Horor
Cerpen
Bronze
Kamera Tua
Christian Shonda Benyamin
Novel
Bronze
ALONE~Novel~
Herman Sim
Cerpen
Bronze
Sebilah Pedang, Gua Kelelawar, dan Seekor Buaya
Habel Rajavani
Flash
PETUALANGAN MIMPI: MAIL?
Tirani K. C.
Cerpen
Bronze
Tersesat Di Alam Gaib
Nasreen
Cerpen
Perempuan Itu Bernama Mentari
Freya
Novel
Gold
Hell City
Noura Publishing
Flash
Setelah Aku Mati
Vanillarose
Cerpen
Bronze
Rahasia Sumur Setan
Eki Saputra
Cerpen
Bronze
Gaun Putih
SUWANDY
Skrip Film
"Misteri Dibalik Indahnya Alam Yogyakarta" (Sinopsis cerita)
Zaki Dony Kezia Firmansyah
Novel
Bronze
Sumur Ditengah Hutan
Faizal Ablansah Anandita, dr
Flash
Tawa Kuntilanak
Roy Rolland
Flash
Undangan Lingsir Wengi
Choirunisa Ismia
Cerpen
Bronze
Arah Kompas
Christian Shonda Benyamin
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Kamera Tua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Arah Kompas
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Aku Yakin Ini Nyata
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Panggilan 13
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Dia Pembunuh
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Raina
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Aku Bersama Mereka
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Mereka Ingin Menyakitiku
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Tak Ada Percaya Pada Ku
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kabut Asap Pelabuhan
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Ouija
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Retha
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bidan Sofia
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Aroma Kopi Di Bangunan Tua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Notifikasi Terakhir
Christian Shonda Benyamin