Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Aku tidak jatuh cinta pada tubuhnya. Aku jatuh cinta pada hening yang terjadi di antara kami setelah sesi selesai. Hening yang terasa padat, berisi, seolah-olah udara di ruangan kecil itu berubah menjadi medium yang bisa kau sentuh. Hening yang beraroma lavender dan keringat samar, diiringi desis pendingin udara yang berjuang melawan malam Jakarta yang tak pernah benar-benar tidur.
Namaku—sebenarnya tidak penting. Anggap saja aku siluet yang kau lihat setiap hari di gerbong kereta Commuter Line arah Tanah Abang. Usiaku tiga puluh delapan tahun. Aku bekerja di sebuah perusahaan yang menjual sesuatu yang juga tidak penting, duduk di depan layar komputer dari jam sembilan pagi hingga jam enam sore, kadang lebih. Hidupku tak lebih serangkaian rutinitas yang presisi dan hampa: kopi hitam tanpa gula di pagi hari, makan siang dengan menu yang sama setiap Selasa, dan tatapan kosong ke arah lampu-lampu kota dari jendela apartemenku di lantai empat belas.
Aku punya kucing. Seekor kucing hitam liar dengan ekor yang sedikit bengkok di ujungnya. Aku tidak pernah memberinya nama. Ia datang begitu saja setiap subuh, mengeong pelan di depan pintu, dan aku akan memberinya sisa ikan dari makan malamku. Kami tidak punya ikatan, hubungan kami hanya transaksi senyap. Ia mendapatkan makanan, aku mendapatkan ilusi bahwa ada makhluk hidup yang menungguku pulang.
Insomniaku penyebabnya. A...