Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Drama
Kalau Sampai Waktuku
1
Suka
26
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

“Kita adalah berbagai kepingan dari masa lalu yang menuju masa depan.”

—Atikus, filsuf dari Kota Glasius… fiksi—

Nur, aku tahu ini terdengar aneh bagimu. Tetapi, kamu harus tahu bahwa yang kamu alami ini sekarang adalah berbagai berkat. Ya, berbagai berkat yang terjadi dalam satu malam lewat berbagai macam peristiwa dari miliaran tahun cahaya yang lalu sampai kesepuluh dasawarsa.

Nur, kamu tahu tidak? Dahulu, nenek moyang kita tidak mempunyai sehelai bulu di tubuh mereka, loh? Soalnya, mereka tinggal di hutan tropis. Tiap hari, mereka kerjaannya hanya memanjat pohon, memetik buah, dan berjemur di bawah sinar matahari dengan santainya. Sampai suatu hari, datanglah awan dari Kutub Selatan, membawa angin yang amat dingin. Menggigil dan menggigil, leluhur kita memohon pada Sang Waktu untuk menolong mereka. Cling! Seketika itu juga, tumbuhlah bulu-bulu di sekujur tubuh. Menjadi hangatlah mereka, menjadi tenanglah mereka. Musim panas pun akhirnya kembali tiba, para leluhur pun mulai menggugurkan bulu-bulu mereka. Namun, buat jaga-jaga, mereka mengambil beberapa helai untuk kemudian dibakar. Ada yang bilang asapnya sampai ke tiap generasi mendatang di waktu musim dingin tiba. Itulah sebabnya tiap anak yang berumur tiga belas tahun akan mulai ditumbuhi oleh bulu-bulu yang amat lebat.

Nur, kamu tahu tidak siapa yang memberimu sifat tempramental? Alkisah, lahirlah seorang anak raja bernama Zia. Sejak kecil, dia terus dimanja lewat berbagai macam hiburan kerajaan hingga dia dewasa. Sampai suatu hari, ketika dia sedang berburu, dia berpapasan dengan seorang pengemis. Si pengemis menangis saat melihatnya, sehingga Zia yang kebingungan bertanya jika ada yang bisa dia bantu. Maka, dibawanyalah oleh si pengemis itu mengelilingi kota sehingga dia sedih ketika melihat begitu banyak kemiskinan, penindasan, dan kejahatan di luar sana. Sekembalinya ke istana, dia dengan marah berusaha untuk merombak hukum, membebaskan pajak, dan mengadili para pemeras hingga akhirnya rakyat bisa tenang. Namun, Raja Zia masih tidak puas dengan tindakannya. Maka, dia mulai menuliskan berbagai macam sajak hingga syair kegundahannya, lalu meminta roh angin untuk menyebarkan visi-misinya ke para generasi mendatang. Sejak saat itu, tiap pikiran dari anak-anak sepertimu akan dipenuhi rasa galau oleh berbagai bentuk ketidakadilan yang terjadi di mana-mana.

Nur Zia, mengapa kamu tidak menyukai bintik-bintik di wajahmu? Bukankah itu adalah hadiah dari Putri Ati dan Pangeran Opi ketika kerajaan mengadakan kompetisi? Ya, kompetisi tentang siapa dua pasangan kerajaan yang paling cantik dan paling tampan di dunia. Waktu itu, Pangeran Opi sedang membuat berbagai macam takaran di dalam ruang laboratoriumnya. Bersama dengan Putri Ati, mereka mencoba untuk meramu obat awet muda untuk tampil lebih maksimal. Namun, tanpa sengaja mereka menyenggol sebuah botol aneh hingga rumah mereka meledak. Para dayang hingga para prajurit tentu saja datang, hendak menolong. Maka terkejutlah mereka ketika melihat wajah kedua pasangan tersebut menjadi berbintik-bintik. Kedua pasangan itu pun menjadi malu ketika bercermin, lalu mereka kabur ke dalam kerumunan, hendak membaur dengan orang banyak agar dapat bersembunyi. Malahan orang-orang itu masuk ke dalam pesta kerajaan. Para juri begitu jengkel ketika melihat kebanyakan wajah yang membosankan. Sampai akhirnya mereka mendapati Putri Ati dan Pangeran Opi, lalu memuji-muji mereka sampai membawa mereka masuk ke dalam sebuah tabung besar. Maka, masuklah sang putri dan sang pangeran ke dalamnya, lalu bercahayalah mereka hingga sinarnya meliputi seluruh kerajaan. Semua orang pun akhirnya menjadi secantik dan setampan kedua pasangan tersebut, lalu berkumpul mengelilingi tabung besar itu untuk meminta Sang Takdir agar dapat membawa bintik-bintik wajah ini ke masa depan. Itulah sebabnya para generasimu mendapat bintik-bintik ini di wajah menjelang pesta dansa sekolah. Supaya, orang-orang dapat melihatmu sebagai sebuah andromeda yang berbintang-bintang.

Ah, Nur Ati-Opi, yah, bin Zia. Mau tahu tidak asal-usul dari suara fals-mu? Ada sepuluh anak bayi yang ditinggalkan oleh seorang ibu di dalam hutan. Untungnya, sekelompok binatang liar menaruh belas kasihan ke mereka, lalu membesarkan mereka hingga kesepuluh anak itu tumbuh besar. Sampai suatu hari, ada seorang tukang kebun yang singgah di sana, lalu menyuruh anak-anak buahnya untuk membakar hutan itu. Mendengar itu, anak-anak rimba mencoba untuk menggonggong, lalu mengaum hingga melolong sampai anak-anak buah tukang kebun itu menjadi ketakutan hingga akhirnya mereka lari dengan terbirit-birit. Tentu saja si tukang kebun itu tidak mau menyerah sehingga dia menaiki buldosernya. Maka, para anak rimba mengajak semua binatang untuk berteriak sekencang-kencangnya hingga akhirnya frekuensi gelombang suara mereka dapat menghancurkan alat berat itu sampai berkeping-keping. Setelah dia lari dengan terbirit-birit karena ketakutan, semua penghuni hutan mulai bernyanyi dan mengucap syukur pada Sang Nasib hingga seorang ahli konservasi hutan melewati tempat itu, lalu mendengar lagu-lagu indah mereka. Ahli konservasi itu turun dari perahunya, memperkenalkan dirinya, lalu menawarkan untuk melindungi hutan mereka dari pembakaran liar. Anak-anak itu menerima tawarannya, lalu mereka dinobatkan sebagai para penjaga Hutan Sakia. Kemudian, mereka membangun sebuah menara pemancar yang mengarah ke atas langit untuk mengirim lagu-lagu mereka ke generasi mendatang. Itulah sebabnya menjelang awal pubertas, suaramu akan mengalami perubahan dari tinggi ke rendah dan lembut ke keras, menjadi bunyi yang unik atau indah.

Wahai Nur Sakia, yah, bin Ati-Opi bin Zia. Apakah kamu mengerti sekarang alasan kita melepas lentera ini ke surga? Hal ini kita lakukan demi Ramani yang bersama dengan rekan-rekan astronotnya hendak melakukan ekspedisi ke Pluto. Namun, di tengah jalan, pesawat mereka mengalami kerusakan, lalu malah kandas di Dainos, planet ini, di mana waktu itu tempat ini tidak memiliki tanda-tanda kehidupan. Badai pasir membuat para kru gerah, satu per satu dari mereka mulai pingsan. Hanya Ramani saja yang terus bertahan lalu memberikan mereka vaksinnya. Menjadi segar bugarlah mereka, sehingga mereka mulai menerjang badai. Setelah berhasil menemukan sebuah gua untuk berteduh, mereka mulai bertanya soal vaksin macam apa yang dia berikan. Rupanya itu adalah antibodi Si Ram itu sendiri yang memiliki otot stamina, kekebalan tubuh, serta simpanan energi yang amat banyak. Tahu tidak, ibu adalah salah satu dari rekan-rekan itu, loh? Ya, kami akhirnya dapat menghardik badai hingga dapat tinggal dan bercocok tanam. Maka, kami yang berimunitas berjanji untuk tiap akhir tahun, membuat sebuah lentera, lalu mengisinya dengan vaksin-vaksin. Semoga lentera ini dapat sampai ke surga dengan harapan para generasi mendatang bisa terimunisasi ketika cuaca ekstrem tiba.

Jadi, kamu, Nur Ramani bin Sakia bin Ati-Opi bin Zia, perlu khawatir apalagi sekarang? Sebab tubuhmu adalah sebuah kapsul waktu dari berbagai perjuangan orang-orang hebat. Maka, marilah kita bergulat lalu menang dalam tiap pergumulan kita. Menuju era kekekalan, bersama melampaui batas.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Secrets of Cute Women
Raina Ester Agnesia
Cerpen
Kalau Sampai Waktuku
Violin Gretel
Novel
The Scar
Arianti Pratiwi Mustar
Novel
Bronze
HALF MOON
Cahya Sinda
Novel
Bronze
Umbara
Dzalabu
Novel
Will Be Better
Venn Rara
Komik
ChocoBerry
Alice
Komik
Tom & Jerry
Antony wijaya
Skrip Film
Nge-Band! 103
Yorandy Milan Soraga
Flash
Aku Menulis Tentang Kau
Aneidda
Novel
Gold
The Magic Library
Mizan Publishing
Novel
Baby Sitter
Cho Sheila
Novel
The Day We Find Love
L
Novel
Dandelion Punya Rara
Anisa Sriyanti
Skrip Film
Semoga Sampai
Rainzanov
Rekomendasi
Cerpen
Kalau Sampai Waktuku
Violin Gretel
Cerpen
Di Luar Kendali
Violin Gretel
Flash
Alkisah, Alkisah, Alkisah, Alkisah
Violin Gretel
Flash
Selamanya
Violin Gretel
Novel
Koi yang Kecil di dalam Sungai
Violin Gretel