Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Bab 1 – Warisan yang Tertinggal
Arman, seorang pria berusia 30-an dengan garis rambut yang mulai mundur dan mata yang sering terlihat lelah, mendapati dirinya duduk di kursi empuk ruang tamu yang kini terasa asing. Seminggu yang lalu, tempat ini adalah rumah pamannya, Anwar, seorang kolektor barang antik eksentrik yang meninggal secara misterius. Polisi menyebutnya "kecelakaan yang aneh," sebuah jatuh dari tangga yang terlalu curam, tapi ada sesuatu yang mengganjal bagi Arman. Pamannya selalu berhati-hati, bahkan cenderung paranoid. Sekarang, yang tersisa hanyalah keheningan yang menyesakkan dan tumpukan barang-barang warisan yang harus dibereskan.
Di antara tumpukan buku tua, patung kayu berukir, dan perabot antik yang berdebu, sepasang kacamata tua menarik perhatian Arman. Bingkainya terbuat dari metal kehitaman yang sudah usang, dan lensanya tampak tebal, sedikit buram. Kacamata itu tergeletak begitu saja di atas meja samping, seolah sengaja diletakkan di sana untuk ditemukan. Arman mengambilnya, jemarinya merasakan dinginnya logam. Kacamata itu terasa berat, lebih berat dari yang ia kira. Rasa penasaran mendorongnya untuk membalik kacamata itu, dan di bagian dalam gagangnya, terukir dengan rumit angka "1913". Sebuah tahun yang terasa jauh, seolah kacamata itu menyimpan rahasia dari masa lalu yang kelam.
"Kacamata antik," gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada siapa pun. Iseng, ia mengangkat kacamata itu dan memakainya. Pandangannya tidak terlalu jelas, sedikit kabur, tapi ia mengira itu hanya karena lensa yang mungkin tidak sesuai dengan ukuran matanya atau sudah kusam termakan usia. Ia mengedipkan mata beberapa kali, mencoba menyesuaikan diri. Saat pandangannya mulai terfokus, sebuah bayangan samar melintas di sudut matanya. Arman menoleh cepat ke arah sofa di seberangnya. Dan di sanalah ia melihatnya.
Sesosok tubuh wanita muda dengan rambut panjang tergerai, ...