Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Horor
Bronze
Joni
0
Suka
861
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Joni adalah penulis, tapi bukan pengarang. Penulis adalah orang yang menulis sedangkan pengarang adalah orang yang mengarang. Penulis tetap penulis dan siapa saja bisa menjadi dirinya, tetapi tidak semua penulis bisa menjadi pengarang. Joni memang mungkin tahu ini dalam hatinya, tetapi banyak khalayak setempat yang menganggapnya pengarang. Joni adalah perkara yang sering di bayangkan pengarang liyan ketika membuat kreasi; bahwa terdapat gerak-gerik terselubung nan gaib yang membuat pengarang mencipratkan imajinasinya ke dalam kertas. Imajinasi dalam kertas-kertas kreasi Joni bukanlah miliknya.

Sebenarnya Joni bukan orang yang pintar juga bukan orang bodoh, tetapi ia adalah orang yang tidak berpendidikan. Joni hanyalah office boy di mana ia hanya berleha-leha menunggu pesanan dari pegawai kantor. Ia, bahkan tidak lulus SMA. Tentu saja perkara Joni bukanlah perkara yang main-main. Terutama hidup di zaman sekarang yang memerlukan gelar untuk bekerja yang benar-benar bekerja. Ia hanyalah sebutir debu di antara butiran pasir yang adalah kaum berpendidikan. Tetapi jangan khawatir, karena Joni punya rencana.

“Bagaimana kalau berbisnis lain?” tanya Ayah.

“Kita tidak punya uang sebanyak itu. Lagi pula, usaha nasi goreng kita jarang laku. Boro-boro bikin usaha lagi” kata Ibu.

“Nanti aku pikirkan lagi,” kata Joni.

Dengan betullah Joni memikirkan rujukan ini matang-matang dan mendapati ide ini adalah ide yang buruk. Tidak hanya Joni kekurangan uang, tetapi juga mustahil utang dengan karena bank memang bukan teman rakyat rendahan. Tapi jangan khawatir, karena Joni beserta keluarganya tidak pernah main-main kalau soal uang dan masa depan, maka dari itu mereka cepat atau lamban pasti mendapat ide.

Berhari-hari berlalu setelah memikirkan ide bisnis lain, Joni telah mendapatkan banyak sekali ide dari kedua orang tuanya dan dirinya sendiri. Sekarang tinggal memisahkan ide-ide yang ada. Ia berpikir untuk menjadi pelukis, tapi kurang bakat. Ia berpikir untuk menjadi guru, tapi kurang pendidikan. Ia berpikir untuk melanjutkan sekolah, tapi malu karena kalah umur. Maka dari itu Joni pun menghabiskan beberapa lagi waktu hidupnya melanjutkan menjadi office boy. Memang bukan pilihan karier yang bijak, tapi masih lebih baik daripada jadi pengangguran.

***

Kriiiiinnnnggggggg.

Suara telepon berdengung di d...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp6,000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Horor
Cerpen
Bronze
Joni
Xavier Benedick
Flash
Dia yang Malang
Nurai Husnayah
Flash
Mendua
Nunik Farida
Novel
Gold
The Motion of Puppets
Mizan Publishing
Cerpen
Awas Kepala Buntung
Muhammad Adli Zulkifli
Cerpen
Bronze
Dia Menangkap Hantu dengan Dua Tangannya
Habel Rajavani
Flash
Bronze
Hilang Dalam Dekapan Alam Lain
Sunarti
Flash
Berkemah Di Hutan Larangan
D. Rasidi
Flash
Wanita Tua dan Tangisnya
Lebah Bergantung
Novel
Gold
Fantasteen Shadow
Mizan Publishing
Novel
Gold
Ghost Dormitory in Cairo
Mizan Publishing
Flash
Bronze
A Mysterious Sign on A Red Sofa
Shabrina Farha Nisa
Novel
EVIL GREEN
Rudie Chakil
Flash
Gadis di Dalam Cermin
Irma Susanti Irsyadi
Novel
Gold
Fantasteen Ghost Dormitory in Tanzania
Mizan Publishing
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Joni
Xavier Benedick
Cerpen
Bronze
Interviu
Xavier Benedick
Cerpen
Bronze
Amnesia
Xavier Benedick
Cerpen
Bronze
Mikhaila
Xavier Benedick