Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Misteri
Jiwa yang Terkutuk
1
Suka
16
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Desa itu bernama Suka Jaya, tempat di mana matahari selalu tampak pucat, seolah takut menyaksikan penderitaan di bawahnya. Dua tahun lalu, wabah misterius merenggut nyawa ratusan orang. Ilham, seorang pemuda biasa dengan tangan penuh luka bakar dari pekerjaan sebagai pandai besi, menjadi pahlawan. Dengan keberanian yang tak dimengerti, ia menemukan sumber wabah—sumur tua yang diracuni oleh jamur aneh—dan menghancurkannya. Malam itu, di tengah sorak warga, seorang pendeta tua mendekatinya, meletakkan tangan di dahinya, dan berbisik, “Kau dipilih untuk menyembuhkan.” Sejak saat itu, Ilham bisa menyembuhkan luka apa pun hanya dengan sentuhan. Tapi setiap kali ia melakukannya, napasnya terasa lebih pendek, pandangannya lebih buram. Ia tak tahu: itu bukan anugerah, melainkan kutukan.

Di sudut lain Suka Jaya, Jihan, seorang tabib berambut panjang yang selalu mengenakan syal merah, dikenal sebagai penyembuh ajaib. Pasiennya, dari anak-anak hingga orang tua, sembuh dari penyakit yang tak bisa dijelaskan. Namun, di balik senyumnya yang lembut, ada rahasia kelam. Setiap malam, di gubuk kecilnya, ia berlutut di samping ranjang Ilham—kekasihnya yang sekarat—dan berdoa. Jihan bukan penyembuh biasa. Ia mencuri sisa umur pasiennya, memindahkannya ke Ilham melalui ritual kuno yang ia temukan di kitab usang. Ia tak tahu bahwa setiap detik yang ia berikan justru mempercepat kutukan yang menggerogoti Ilham.

Ilham dan Jihan bertemu setahun lalu, saat Ilham terluka parah akibat ledakan di bengkelnya. Jihan menyembuhkannya dengan sentuhan, dan sejak itu, cinta mereka tumbuh seperti api yang tak terkendali. Ilham tak pernah curiga mengapa Jihan selalu lelah, atau mengapa pasiennya sering meninggal tak lama setelah sembuh. Baginya, Jihan adalah malaikat. Namun, di balik semua itu, ada Yuda, sopir ambulans desa yang diam-diam mencintai Jihan. Yuda adalah penyelamat di mata banyak orang, selalu tiba tepat waktu untuk membawa korban kecelakaan ke dukun terdekat. Tapi malam ketika ia menyelamatkan Ilham dari kecelakaan kereta kuda, rahasia kelamnya terungkap: dialah yang menyebabkan kecelakaan itu. Diperintah oleh kultus bawah tanah yang memuja dewa kuno, Yuda ditugaskan untuk menjaga Ilham tetap hidup—bukan untuk kebaikan, tapi karena kutukan Ilham adalah kunci ritual mereka.

Dea, adik Yuda, adalah gadis buta huruf yang hidup dalam bayang-bayang kakaknya. Setelah kecelakaan yang nyaris merenggut nyawanya, ia tiba-tiba bisa membaca, menghitung, dan memahami hal-hal yang tak pernah ia pelajari. Kultus yang sama yang memanipulasi Yuda telah memodifikasi otak Dea, menjadikannya satu-satunya yang bisa membaca ramalan kuno tentang kutukan Ilham. Di buku tua yang ia temukan di gudang kultus, tertulis: “Pahlawan yang menyembuhkan akan menjadi pembawa malapetaka. Sat Reilly satu-satunya cara memutus kutukan adalah mengorbankan yang paling dicintainya.”

Malam ketika wabah baru menyerang Suka Jaya, semuanya runtuh. Yuda, yang mulai memahami kebenaran tentang kutukan Ilham, ingin memperingatkan Jihan. Ia mencintainya, tapi tahu bahwa Jihan hanya mencintai Ilham. Sebelum ia bisa bicara, kultus menculiknya, mengurungnya di kuil bawah tanah di pinggir desa. Di sana, ia bertemu Dea, yang telah kabur dari rumah setelah menemukan buku ramalan. Bersama, mereka menyusun rencana untuk menyelamatkan Ilham dan menghentikan kultus.

Jihan, yang mulai curiga pada kekuatannya sendiri, menemukan buku catatan di gubuknya—catatan tentang ritual yang ia gunakan untuk mencuri umur. Ia tersadar: setiap pasien yang ia “sembuhkan” kehilangan tahun-tahun hidup mereka, dan umur itu ia berikan pada Ilham. Ketika ia menghadapkan Ilham dengan kebenaran, Ilham marah. “Kau bukan penyembuh, Jihan! Kau pembunuh!” teriaknya, mengusir Jihan dari hidupnya. Hati Jihan hancur, tapi ia tahu Ilham tak akan pernah memaafkannya.

Sementara itu, wabah baru menyebar lebih cepat. Warga Suka Jaya berbondong-bondong meminta Ilham menyembuhkan mereka. Setiap sentuhan membuat tubuh Ilham semakin lemah, rambutnya memutih, dan kulitnya mengerut. Dea, yang berhasil kabur bersama Yuda, menemukan Ilham di tengah kerumunan di alun-alun desa. Dengan suara gemetar, ia membacakan ramalan: “Kau harus mengorbankan Jihan, atau kutukan ini akan menjadikanmu monster yang menghancurkan desa.”

Ilham menolak. Meski marah pada Jihan, ia masih mencintainya. Tapi ketika wabah merenggut nyawa anak-anak di depan matanya, ia tak punya pilihan. Dengan sisa tenaganya, Ilham menyembuhkan seluruh desa dalam satu malam. Cahaya emas memancar dari tubuhnya, menyapu wabah dari Suka Jaya. Tapi saat cahaya itu padam, Ilham jatuh ke tanah, tak bernyawa.

Jihan, yang menyaksikan dari kejauhan, tak bisa menerima kematian Ilham. Di kuil tua di hutan, ia menemukan ritual terakhir dalam kitabnya: memindahkan seluruh umurnya ke seseorang. Tanpa ragu, ia melakukan ritual itu, menusukkan pisau ke dadanya dan berbisik, “Hidup, Ilham. Aku tak bisa kehilanganmu.” Darahnya mengalir, membentuk lingkaran merah di lantai. Di saat yang sama, tubuh Ilham di alun-alun desa mulai bergerak. Ia membuka mata, tapi pandangannya kosong. Ia hidup kembali, tanpa ingatan tentang Jihan, kutukan, atau penderitaan yang telah ia alami.

Namun, Jihan tak benar-benar pergi. Jiwanya terperangkap sebagai hantu, terikat pada Ilham. Ia mengikuti Ilham ke mana pun, menyaksikan pria yang dicintainya hidup tanpa tahu siapa dirinya. Setiap malam, Jihan berbisik di telinga Ilham, berharap ia akan mengingat. Tapi Ilham hanya merasa angin dingin, lalu melanjutkan langkahnya.

Yuda dan Dea, yang selamat dari kekacauan itu, memilih untuk menghapus ingatan mereka dengan ramuan dari dukun desa. Mereka tak ingin hidup dengan beban kebenaran. Tapi suatu hari, Dea menemukan coretan di bukunya, ditulis oleh tangannya sendiri sebelum ingatannya hilang: “Jangan percaya pada penyembuh.” Ia menatap tulisan itu, merasa ada yang hilang, tapi tak tahu apa.

Suka Jaya kembali damai, tapi desa itu menyimpan luka yang tak terlihat. Ilham hidup sebagai pandai besi biasa, tanpa tahu bahwa setiap langkahnya diawasi oleh bayangan Jihan. Warga memuji Ilham sebagai pahlawan, tapi tak ada yang tahu pengorbanan yang telah ia dan Jihan lakukan. Kultus bawah tanah lenyap, tapi kitab ramalan mereka masih tersimpan di suatu tempat, menunggu pahlawan berikutnya.

Di nisan Jihan yang kosong di tepi desa, hanya ada satu tulisan: “Aku menyembuhkanmu dengan cara yang salah.” Ilham meletakkan bunga, lalu pergi. Sesosok bayangan memeluknya dari belakang—tapi ketika ia menoleh, tidak ada siapa-siapa.

Pagi berikutnya, warga Suka Jaya terbangun dengan ketakutan. Langit yang biasanya pucat kini dipenuhi awan hitam yang berputar seperti mata raksasa, dan sumur tua yang pernah dihancurkan Ilham tiba-tiba muncul kembali, penuh dengan jamur yang berdenyut seperti jantung. Ilham, yang kini hidup tanpa ingatan, merasa sakit kepala hebat setiap kali mendekati sumur itu, seolah ada suara dalam kepalanya yang memerintahnya untuk menyentuh air beracun. Warga mulai menjauhinya, bisik-bisik menyebar bahwa ia bukan lagi pahlawan, melainkan pembawa malapetaka yang diramalkan. Di malam hari, bayangan Jihan muncul di dekat Ilham, tapi kali ini wajahnya ditutupi darah, dan tangannya memegang benang hitam yang melayang, mencoba menyentuhnya.Kultus bawah tanah, yang dikira lenyap, ternyata bersemayam di dalam gua tersembunyi di hutan. Pemimpin mereka, seorang wanita tua dengan tato spiral di wajah, melakukan ritual baru dengan darah Yuda yang masih segar. Mereka memanggil dewa kuno untuk membangkitkan kekuatan kedua dari kutukan Ilham: kemampuan untuk menyebarkan wabah hanya dengan napasnya. Dea, yang ingatannya hilang, mulai bermimpi tentang altar dan benang kutukan, hingga suatu malam ia terbangun dengan tangan penuh goresan spiral, seolah tubuhnya sedang dikendalikan dari jauh.Yuda, yang juga kehilangan ingatan, mulai merasakan luka aneh di lehernya—bekas tali benang kutukan yang hampir membunuhnya. Ia menemukan jejak darah menuju gua, dan tanpa sadar dipandu oleh insting, ia masuk ke dalam. Di dalam, ia melihat patung dewa kuno dengan mata bercahaya, dan suara Jihan bergema, “Lari, atau kau akan menjadi bagian dari kutukan ini.” Tapi kakinya terpaku, dan benang-benang hitam mulai melilit tubuhnya, menariknya ke arah altar. Di saat yang sama, Ilham, di desa, mulai batuk, dan asap hitam keluar dari mulutnya, membuat warga jatuh sakit satu per satu.Dea, yang panik melihat goresan di tangannya, berlari ke alun-alun untuk mencari Ilham. Ia menemukan Ilham duduk di tengah kerumunan yang terbaring lelet, dengan mata merah menyala dan tangan gemetar memegang bunga yang diletakkannya di nisan Jihan. Tiba-tiba, tanah bergetar, dan dari sumur tua muncul tangan raksasa berlumut, menarik Ilham ke dalam. Dea berteriak, tapi suaranya tenggelam oleh jeritan warga dan tawa dewa kuno yang kini terdengar jelas, mengumumkan bahwa kutukan ketiga akan segera tiba—kebangkitan malapetaka yang akan menelan seluruh desa.Bayangan Jihan, kini lebih jelas dan penuh amarah, melayang di atas sumur, benang kutukan di tangannya bergetar dengan liar. Ia menatap Ilham yang tenggelam, lalu berbalik ke Dea, bisikannya dingin, “Hentikan ini, atau semua akan hilang.” Dea, dengan buku ramalan yang tiba-tiba muncul di tangannya, membaca kalimat terakhir: “Hanya pengorbanan terbesar dapat memutus rantai ini.” Di kejauhan, Yuda terbangun di altar, tubuhnya penuh luka, tapi matanya penuh tekad. Ketegangan memuncak saat desa tenggelam dalam kegelapan, dan suara jamur berdenyut semakin keras, menandakan akhir yang tak terelakkan mendekat.

Tamat

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Misteri
Cerpen
Jiwa yang Terkutuk
Ron Nee Soo
Flash
Bronze
Ombak
Febby Arshani
Cerpen
Roro Wirenggeni
JWT Kingdom
Cerpen
Bronze
SANG EMBAH
Yasin Yusuf
Skrip Film
Sumpah Setia - Script
Deandrey Putra
Novel
SANG PELAHAP JIWA
Emma Susanti
Novel
Fraud, Unleash The Truth
Gilang Riyadi
Flash
RUN!
Alviona Himayatunisa
Skrip Film
Little Women
Manna wa Salwaa
Cerpen
Bronze
Tragedi yang Indah
Adnan Fadhil
Novel
GHAMABETA
Titon Adrinanto
Cerpen
Bronze
LOVE is LINTRIK
Citra Rahayu Bening
Cerpen
Bronze
Kucing itu Merebut Kekasih Nina
Cicilia Oday
Novel
[true-story] Misteri Telaga Pelangi
Firdaus
Cerpen
Kemusnahan
godok
Rekomendasi
Cerpen
Jiwa yang Terkutuk
Ron Nee Soo
Cerpen
Kehendak Ronan
Ron Nee Soo
Flash
Bronze
Regulator Gas Elpiji
Ron Nee Soo
Flash
Menangkap Senyum
Ron Nee Soo
Cerpen
Laut yang Menyimpan Kenangan
Ron Nee Soo
Cerpen
Payung Hujan dan Teh Ajaib
Ron Nee Soo
Cerpen
Bronze
Jejak Kebaikan yang Tak Berujung
Ron Nee Soo
Flash
Lontong Sayur
Ron Nee Soo
Cerpen
Kenapa Dia tak Pernah Datang?
Ron Nee Soo
Cerpen
Bronze
Ketika Musik Box Berhenti Bernyanyi
Ron Nee Soo
Cerpen
Bronze
Sekiranya Aku adalah Menantunya
Ron Nee Soo
Flash
Bronze
Nyanyian Kode
Ron Nee Soo
Cerpen
Ranger Rigies Forest
Ron Nee Soo
Cerpen
Kata Terakhir
Ron Nee Soo
Cerpen
Bayang
Ron Nee Soo