Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Religi
Jejak Sujud dan Lantunan Doa Anak-anak Surau
3
Suka
19
Dibaca

"Anak-anak itu main apa saja senang, padahal waktu itu mereka belum mengenal Tuhan dan berdoa minta bahagia. Tapi kenapa setelah dewasa, mau bahagia saja kok rumit?" Sebuah pemikiran kritis yang menukik dalam benakku, saat rintik hujan sore tadi telah usai, menyisakan aroma tanah basah yang menenangkan, seolah bumi pun ikut bertasbih memuji kebesaran-Mu, ya Allah.

Cahaya mentari yang mulai meredup memancarkan keemasan di antara sisa tetesan air yang bergantung di dedaunan, sebuah lukisan alam yang Engkau ciptakan dengan Maha Indah. Dengan penuh penghambaan kuhaturkan puji dan syukur kehadirat-Mu, ya Rabb, yang telah melimpahkan kesejukan di hati dan kedamaian dalam setiap langkah. Di bawah langit, karya-Mu yang sangat sempurna, suasana beranjak teduh, kukendarai motorku menyusuri Gang Sumatra yang tenang. Di bagasi belakang, bertumpuk nasi kotak dan sebuah berkas penting berisi catatan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab Pak Handoko. Beliau, hamba-Mu yang setia, berhalangan hadir dalam acara karena tugas lain yang Engkau amanahkan di tempat yang berbeda. Mungkin saat ini ia baru kembali dan tengah beristirahat karena lelahnya bekerja. Tugas sederhana ini kulaksanakan dengan penuh khidmat, menyadari bahwa setiap kepercayaan adalah bagian kecil dari keagungan-Mu.

Tatkala mentari yang Engkau ciptakan dengan segala keindahannya mulai bersembunyi di balik cakrawala, empat sosok kecil dengan sepeda listrik menghampiriku. Mereka baru saja kembali dari rumah-Mu, surau, tempat mereka mendekatkan diri kepada-Mu. Wajah-wajah polos mereka memancarkan ketenangan setelah menyebut nama-Mu dalam setiap doa. "Cari alamat siapa, Om?" tanya salah seorang di antara mereka, suaranya riang bagai alunan tasbih yang tak putus. Kuperhatikan oboralan anak-anak itu hanya ada kata-kata yang nyaman di dengar.

"Mencari alamat Pak Handoko," jawabku dengan lembut, anak-anak itu berhak atas sikapku yang ramah, menyadari bahwa segala pertemuan dan percakapan adalah atas kehendak-Mu. "Mau mengantarkan nasi kotak titipan acara beserta berkas penting. Beliau berhalangan hadir, ada tugas lain yang harus beliau selesaikan." Anak-anak itu tampak berpikir sejenak, mencoba memahami percakapan. Mereka ingin membantu, namun tampak bingung dengan alamat yang kusebutkan. Sambil menanti kabar dari Pak Handoko, yang mungkin sedang disibukkan dengan urusan lain, terjalinlah obrolan kecil. "Om dari mana?" tanya yang lain, rasa ingin tahu terpancar dari matanya. "Om sudah punya pacar belum? Om kan ganteng," celetuk salah seorang di antara mereka, sebuah pertanyaan polos yang seketika membuatku terkejut, beruntung aku teringat bahwa segala pujian hanyalah milik-Mu. Anehnya justru senyumku mungkin lebih lebar dari mereka.

Kutarik senyum tipis, "Belum, Dik. Tapi sedang berusaha," jawabku jujur menghormati pertanyaan sebelumnya. Segali menyerahkan segala upaya kepada kehendak-Mu, jawaban mereka membuatku gemas, "Semoga berhasil, Om!" sahut mereka serempak, tanpa beban, ucapan sederhana yang Engkau ilhamkan bagai sentuhan lembut dari semesta ciptaan-Mu. Di tengah perjuangan menaklukkan hati seorang wanita, kalimat polos itu bagai jawaban yang tak terduga, seolah menjadi jawaban dari-Mu. Ya Allah Yang Maha Pemurah, hati dan pikiraku meminta untuk terus berjuang dengan doa, sabar dan ikhtiar.

Kebimbangan sempat menyelimuti hati, kekhawatiran tentang nasi kotak yang mungkin mendingin menggelayuti benak, dan berkas penting yang harus segera sampai ke tangan Pak Handoko. Namun, di tengah kegelisahan, seorang bapak paruh baya melintas, bagai utusan yang Engkau kirimkan atas izin-Mu, ya Allah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu. "Rumah Pak Handoko? Oh, itu di sana, Nak. Yang pagarnya hijau," tunjuknya dengan ramah, sebuah pertolongan yang Engkau hadirkan tepat pada waktunya.

"Tuh kan, benar!" seru salah satu anak dengan nada kemenangan kecil, menyadari bahwa segala petunjuk datang dari-Mu. "Pak Handoko itu anaknya Wak Ardi!" Mereka dengan sigap menunjukkan rumah yang dimaksud. Namun, di sinilah keraguan kembali menghampiri, menyadari bahwa segala prasangka buruk harus kujauhi karena Engkau Maha Mengetahui isi hati. Pak Handoko adalah atasanku di tempat kerja. Sungkan rasanya bertamu tanpa pemberitahuan, takut mengganggu waktu istirahatnya setelah menyelesaikan tugas yang Engkau berikan, apalagi sampai menimbulkan prasangka buruk, dituduh mencari perhatian. Esensi dari tugas ini adalah menyampaikan amanah, bukan mencari muka, menyadari bahwa segala niat hanya Engkau, ya Allah SWT, yang Maha Menilai.

Maka, dengan kerendahan hati, kukatakan sebuah permohonan kepada anak-anak itu, memohon pertolongan kepada sesama hamba-Mu. "Adik-adik baik, bisa tolong Om sampaikan nasi kotak ini kepada Pak Handoko? Ada berkas penting juga di dalamnya." Ada alasan lain yang lebih mendasar, sebuah kebaikan Pak Handoko yang telah Engkau gariskan dalam hidupku selama ini. Aku tidak ingin menambah beban budinya, apalagi mengganggu istirahatnya setelah menyelesaikan tugas dari-Mu. Memberi dengan tulus, tanpa mengharapkan balasan, apalagi sampai Pak Handoko merasa berhutang budi. Bagiku, tanpa hutang budi pun, kebaikan Pak Handoko sudah terukir dalam hati, sebagai wujud kasih sayang-Mu melalui hamba-Mu.

Anak-anak itu mengangguk dengan wajah bersemangat, hati mereka Engkau gerakkan untuk berbuat kebaikan. Setelah memastikan jumlah mereka ada empat, kukeluarkan selembar uang dua puluh ribu rupiah, rezeki yang Engkau titipkan melalui tanganku. "Ini untuk kalian, bagi berempat ya," ujarku. Mata mereka berbinar-binar menerima rezeki tak terduga itu. Mereka menyadari bahwa segala rezeki datang dari-Mu. Ucapan terima kasih tulus mengalir dari bibir mereka, disusul doa-doa baik untukku, semoga rezekiku lancar dan segera dipertemukan dengan tambatan hati, segala urusan hanya Engkau, ya Allah, yang Maha Mengatur.

Kutarik senyum lebar, sebuah harapan yang akhir-akhir ini sering kupanjatkan dalam setiap sujud kepada-Mu. Melihat keriangan polos keempat anak itu, tiba-tiba terngiang nasihat seorang sahabat, sebuah renungan yang Engkau hadirkan dalam benakku. "Anak-anak itu main apa saja senang, hujan-hujan, main bola, padahal waktu itu mereka belum mengenal Tuhan dan berdoa minta bahagia. Tapi kenapa setelah dewasa, mau bahagia saja kok sulit? Kita loh sekarang sudah mengenal Tuhan. Harusnya kita lebih bahagiakan!" Sebuah pemikiran kritis yang menukik dalam benakku. Mungkin, kebahagiaan sejati salah satunya terletak pada kesederhanaan memberi, tanpa mengharap kembali, sebuah rasa syukur yang tak terlukiskan, kepuasan batin yang mendalam setelah berbagi dengan ikhlas, semata-mata karena Engkau telah menggerakkan hati.

Dengan hati yang ringan dan penuh penghambaan kepada-Mu, ya Allah SWT, kukendarai motorku meninggalkan Gang Sumatra. Sore itu, bukan hanya nasi kotak dan berkas penting yang kuantarkan secara tidak langsung, tetapi juga sebentuk keikhlasan dan rasa syukur yang mendalam, menyadari bahwa setiap kebaikan dan kemudahan adalah atas izin-Mu. Segala puji bagi-Mu, ya Rabb, atas segala nikmat dan karunia-Mu.

Kini, setelah menunaikan amanah melalui perantaraan anak-anak yang Engkau kirimkan, hatiku terasa lebih lapang. Ada kebahagiaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata, sebuah kepuasan batin karena telah berusaha melakukan yang terbaik sesuai dengan kemampuan. Aku percaya, Engkau melihat setiap niat dan usaha hamba-Mu. Semoga Pak Handoko menerima titipan ini dengan baik dan segala urusannya senantiasa Engkau mudahkan.

Perjalanan singkat di Gang Sumatra sore ini telah mengajarkanku banyak hal. Kecerian dan kepolosan anak-anak itu adalah bagaian dari skenario yang Engkau tuliskan. Aku bersyukur atas setiap pelajaran yang Engkau berikan, menyadari bahwa setiap interaksi dan peristiwa memiliki hikmah yang lebih mendalam. Kebaik-kebaikan kecil yang kupelajari itu terhubung, ia akan sampai pada terjawabnya doaku.

-Tamat

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Religi
Cerpen
Jejak Sujud dan Lantunan Doa Anak-anak Surau
Ron Nee Soo
Novel
Dalam Naungan Cinta
Nova
Novel
Gold
195 Pesan Cinta Rasulullah untuk Wanita
Noura Publishing
Novel
Gold
Dari Allah Menuju Allah
Noura Publishing
Flash
Habitat
Lady Mia Hasneni
Novel
Catatan Langit; Bumi, muda, sedia.
Ao
Novel
Gold
A Tribute
Mizan Publishing
Novel
Bronze
A Miracle (Luka Hati Faris)
Zainur Rifky
Novel
Bronze
Dari Syukur Hingga Syakur
Sukma El-Qatrunnada
Novel
Imam untuk Tante Vania
Rahmawati
Novel
Dia yang Menumpang
Bunga Alfi Firdausy
Cerpen
Penjara Suci Tempat Menempa Diri
LISANDA
Flash
BATAS SUCI
Muhammad Yunus
Novel
Bronze
Sekolah SMA Za-Za
tettyseptiyani02
Novel
9
Syauqi Sumbawi
Rekomendasi
Cerpen
Jejak Sujud dan Lantunan Doa Anak-anak Surau
Ron Nee Soo
Cerpen
Sebuah Doa yang Bertabrakan
Ron Nee Soo
Cerpen
Jangan Mencinta Terlalu Dalam
Ron Nee Soo
Flash
Nyanyian Kode
Ron Nee Soo
Flash
Ekspektasi
Ron Nee Soo
Cerpen
Jejak Kebaikan yang Tak Berujung
Ron Nee Soo
Flash
Alasan Pria Mudah Lelah
Ron Nee Soo
Flash
Sabar adalah Sungai, Senyumanmu adalah Muaranya
Ron Nee Soo
Cerpen
Setiap satu sendok bumbu kacang adalah satu kesempatan yang hilang
Ron Nee Soo
Cerpen
Bronze
Sttt... Jangan berisik. Kebenaran Bersembunyi dalam Sunyi
Ron Nee Soo
Cerpen
Sukma Artis Figuran
Ron Nee Soo
Cerpen
Ketika Musik Box Berhenti Bernyanyi
Ron Nee Soo
Cerpen
Kenapa Dia tak Pernah Datang?
Ron Nee Soo
Flash
Sebuah Cinta dan pesan yang tidak pernah dibalas
Ron Nee Soo
Flash
Operator Madrasah Galau
Ron Nee Soo