Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Misteri
Bronze
Jejak Pulang Yang Berdarah
1
Suka
1,602
Dibaca

Bab 1: Bayangan di Pinggir Kota

Angin malam menusuk tulang Arka yang kedinginan, menyapu helai-helai rambutnya yang lengket oleh peluh. Di hadapannya terhampar jalanan sepi, gelap gulita kecuali di bawah pendar rembulan yang samar. Sebuah bisikan serak menampar telinganya, "Mereka sudah mati." Arka mengerjap, mencoba fokus. Tangannya terasa lengket, basah, dan kental. Dia mengangkatnya, melihat cairan merah pekat yang menutupi kulitnya—darah. Panik seketika menyerbu, jantungnya berpacu bagai genderang perang di dalam rongga dadanya. Di depannya, tergeletak lima sosok tak bernyawa, berserakan di aspal. Siluet mereka membaur dengan kegelapan, namun Arka mengenali mereka. Wajah-wajah familiar itu, yang seharusnya mengisi hari-harinya, kini membeku dalam kebisuan abadi. Ayahnya, dengan kemeja flanel kesukaan. Ibunya, dengan senyum lembut yang kini pudar. Kakak perempuannya, adiknya, dan si bungsu… mereka semua ada di sana, tanpa bergerak.

"Tidak... tidak mungkin," gumam Arka, suaranya tercekat di tenggorokannya. Ia mencoba meraih salah satu dari mereka, tangannya gemetar hebat. Namun, sebelum sentuhan itu terjadi, pandangannya kabur. Siluet-siluet itu menghilang, lenyap seperti embun di bawah terik matahari. Arka terhuyung mundur, napasnya tersengal. Jalanan itu kembali kosong, aspalnya kering, tidak ada noda darah, tidak ada mayat. Hanya dia, berdiri sendirian di tengah keheningan mencekam.

Ini bukan yang pertama kali. Halusinasi seperti ini telah menghantuinya selama beberapa bulan terakhir. Awalnya hanya bayangan samar, bisikan-bisikan aneh yang menghilang saat ia mencoba menangkapnya. Namun, belakangan ini, ilusi itu semakin nyata, semakin detail, semakin mengerikan. Ia bisa merasakan dinginnya aspal di bawah telapak tangannya, bau amis darah yang menusuk hidungnya, bahkan kebekuan yang memancar dari tubuh-tubuh tak bernyawa itu. Setiap kali, ia terbangun dengan napas terengah-engah, tubuh bermandikan keringat dingin, dan perasaan bersalah yang menghimpit dada.

Arka mencoba meyakinkan dirinya bahwa ini hanyalah mimpi buruk. Sebuah produk dari pikirannya yang lelah, mungkin stres, atau kurang tidur. Dia bekerja sebagai desainer grafis lepas, sering begadang menyelesaikan proyek, dan jadwalnya memang tidak teratur. "Ini cuma mimpi, Arka. Sadar," bisiknya pada dirinya sendiri, mencoba mengusir sisa-sisa kengerian itu. Namun, kata-kata itu terasa hampa, tak mampu menembus ketakutan yang mengakar.

Di siang hari, Arka mencoba menjalani hidup normal. Ia pergi ke kedai kopi langganan, menyapa barista, duduk di sudut favoritnya dengan laptop. Ia berusaha fokus pada pekerjaannya, pada desain-desain yang harus ia selesaikan. Namun, di tengah-tengah garis vektor dan palet warna, bayangan-bayangan itu mulai muncul. Sekilas, ia melihat bayangan ibunya melintas di kerumunan, atau mendengar tawa adiknya dari balik meja di seberang. Ia akan meno...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp10.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Misteri
Cerpen
Bronze
Jejak Pulang Yang Berdarah
Christian Shonda Benyamin
Novel
Justin & Misteri Puding Merah (bagian 1)
Arzen Rui
Novel
Bronze
Persinggahan Mistik
Tira Riani
Cerpen
Identitas Kedua Sang Master
Syafira Muna
Novel
Pasar Malam Terkutuk
Yaraa
Flash
Bronze
Niskala
Bakasai
Novel
PELANGI : Dendam yang diwariskan
Luki Darmawansyah
Novel
Frekuensi
Tira Riani
Flash
Kama
Khairunnisa
Cerpen
Bronze
Misteri Raja Ampat
Bang Jay
Novel
Gold
Bird Box
Noura Publishing
Cerpen
Bronze
Saksofonis Buruh Tani
Silvarani
Cerpen
Bronze
Jejak Kebaikan yang Tak Berujung
Ron Nee Soo
Flash
Bronze
BURUNG PUTIH YANG TIDAK KEHILANGAN WARNANYA
Mu Xuerong
Novel
Mind vs. Machine
Kiara Hanifa Anindya
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Jejak Pulang Yang Berdarah
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kutukan Ranjang Antik
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Catatan Tua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Insomnia
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Tak Ada Percaya Pada Ku
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Pusaka Naga Hitam
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Arah Kompas
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Raina
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Penunggang Kuda Hitam
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Mereka Ingin Menyakitiku
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Penjara Abadi
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Harmoni Kegelapan
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Cermin Di Kamar Kost
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Aku Yakin Ini Nyata
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Retak
Christian Shonda Benyamin