Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Misteri
Bronze
Jejak Pulang Yang Berdarah
1
Suka
3,642
Dibaca

Bab 1: Bayangan di Pinggir Kota

Angin malam menusuk tulang Arka yang kedinginan, menyapu helai-helai rambutnya yang lengket oleh peluh. Di hadapannya terhampar jalanan sepi, gelap gulita kecuali di bawah pendar rembulan yang samar. Sebuah bisikan serak menampar telinganya, "Mereka sudah mati." Arka mengerjap, mencoba fokus. Tangannya terasa lengket, basah, dan kental. Dia mengangkatnya, melihat cairan merah pekat yang menutupi kulitnya—darah. Panik seketika menyerbu, jantungnya berpacu bagai genderang perang di dalam rongga dadanya. Di depannya, tergeletak lima sosok tak bernyawa, berserakan di aspal. Siluet mereka membaur dengan kegelapan, namun Arka mengenali mereka. Wajah-wajah familiar itu, yang seharusnya mengisi hari-harinya, kini membeku dalam kebisuan abadi. Ayahnya, dengan kemeja flanel kesukaan. Ibunya, dengan senyum lembut yang kini pudar. Kakak perempuannya, adiknya, dan si bungsu… mereka semua ada di sana, tanpa bergerak.

"Tidak... tidak mungkin," gumam Arka, suaranya tercekat di tenggorokannya. Ia mencoba meraih salah satu dari mereka, tangannya gemetar hebat. Namun, sebelum sentuhan itu terjadi, pandangannya kabur. Siluet-siluet itu menghilang, lenyap seperti embun di bawah terik matahari. Arka terhuyung mundur, napasnya tersengal. Jalanan itu kembali kosong, aspalnya kering, tidak ada noda darah, tidak ada mayat. Hanya dia, berdiri sendirian di tengah keheningan mencekam.

Ini bukan yang pertama kali. Halusinasi seperti ini telah menghantuinya selama beberapa bulan terakhir. Awalnya hanya bayangan samar, bisikan-bisikan aneh yang menghilang saat ia mencoba menangkapnya. Namun, belakangan ini, ilusi itu semakin nyata, semakin detail, semakin mengerikan. Ia bisa merasakan dinginnya aspal di bawah telapak tangannya, bau amis darah yang menusuk hidungnya, bahkan kebekuan yang memancar dari tubuh-tubuh tak bernyawa itu. Setiap kali, ia terbangun dengan napas terengah-engah, tubuh bermandikan keringat dingin, dan perasaan bersalah yang menghimpit dada.

Arka mencoba meyakinkan dirinya bahwa ini hanyalah mimpi buruk. Sebuah produk dari pikirannya yang lelah, mungkin stres, atau kurang tidur. Dia bekerja sebagai desainer grafis lepas, sering begadang menyelesaikan proyek, dan jadwalnya memang tidak teratur. "Ini cuma mimpi, Arka. Sadar," bisiknya pada dirinya sendiri, mencoba mengusir sisa-sisa kengerian itu. Namun, kata-kata itu terasa hampa, tak mampu menembus ketakutan yang mengakar.

Di siang hari, Arka mencoba menjalani hidup normal. Ia pergi ke kedai kopi langganan, menyapa barista, duduk di sudut favoritnya dengan laptop. Ia berusaha fokus pada pekerjaannya, pada desain-desain yang harus ia selesaikan. Namun, di tengah-tengah garis vektor dan palet warna, bayangan-bayangan itu mulai muncul. Sekilas, ia melihat bayangan ibunya melintas di kerumunan, atau mendengar tawa adiknya dari balik meja di seberang. Ia akan meno...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp10.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Misteri
Cerpen
Bronze
Jejak Pulang Yang Berdarah
Christian Shonda Benyamin
Novel
Bronze
Halaman Sembilan
verlit ivana
Novel
Bronze
Raungan Di Sebuah Villa
Mfathiar
Flash
Bronze
Kamar Nomor 10
Onet Adithia Rizlan
Novel
Crombolonely
Melia
Novel
Gold
KKPK Asyiknya outbound
Mizan Publishing
Flash
Kehidupan Kedua
AnotherDmension
Cerpen
Firasat
adinda pratiwi
Cerpen
Bronze
Rumah dari Yang Mulia
Aruna Mufida
Skrip Film
The Partner
Rheza Noerbangga Haikhal Achmada
Novel
Rodan Rodin
HAA
Novel
Bronze
Pintu Rahasia Sang Ibu
Randy Arya
Novel
Gold
Sherlock Holmes: Locked Rooms
Mizan Publishing
Cerpen
Bronze
Terlambat
Muhamad Irfan
Novel
Rawa Pasir
Ahmalia Azmi
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Jejak Pulang Yang Berdarah
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kata Terlarang
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Sahabat Ku Maafkan Aku
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kamera Tua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Main Di Tengah Malam
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Jurnal Kosong
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Boneka Bobo
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bayangan Di Cermin Kedua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Rig Minyak
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Mereka Nyata Dan Bercerita
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Cermin Di Kamar Kost
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kuncup Bunga Ungu
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kabut Asap Pelabuhan
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bunker Jepang
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Suara Terompet
Christian Shonda Benyamin