Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Misteri
Bronze
Jejak Pulang Yang Berdarah
1
Suka
3,993
Dibaca

Bab 1: Bayangan di Pinggir Kota

Angin malam menusuk tulang Arka yang kedinginan, menyapu helai-helai rambutnya yang lengket oleh peluh. Di hadapannya terhampar jalanan sepi, gelap gulita kecuali di bawah pendar rembulan yang samar. Sebuah bisikan serak menampar telinganya, "Mereka sudah mati." Arka mengerjap, mencoba fokus. Tangannya terasa lengket, basah, dan kental. Dia mengangkatnya, melihat cairan merah pekat yang menutupi kulitnya—darah. Panik seketika menyerbu, jantungnya berpacu bagai genderang perang di dalam rongga dadanya. Di depannya, tergeletak lima sosok tak bernyawa, berserakan di aspal. Siluet mereka membaur dengan kegelapan, namun Arka mengenali mereka. Wajah-wajah familiar itu, yang seharusnya mengisi hari-harinya, kini membeku dalam kebisuan abadi. Ayahnya, dengan kemeja flanel kesukaan. Ibunya, dengan senyum lembut yang kini pudar. Kakak perempuannya, adiknya, dan si bungsu… mereka semua ada di sana, tanpa bergerak.

"Tidak... tidak mungkin," gumam Arka, suaranya tercekat di tenggorokannya. Ia mencoba meraih salah satu dari mereka, tangannya gemetar hebat. Namun, sebelum sentuhan itu terjadi, pandangannya kabur. Siluet-siluet itu menghilang, lenyap seperti embun di bawah terik matahari. Arka terhuyung mundur, napasnya tersengal. Jalanan itu kembali kosong, aspalnya kering, tidak ada noda darah, tidak ada mayat. Hanya dia, berdiri sendirian di tengah keheningan mencekam.

Ini bukan yang pertama kali. Halusinasi seperti ini telah menghantuinya selama beberapa bulan terakhir. Awalnya hanya bayangan samar, bisikan-bisikan aneh yang menghilang saat ia mencoba menangkapnya. Namun, belakangan ini, ilusi itu semakin nyata, semakin detail, semakin mengerikan. Ia bisa merasakan dinginnya aspal di bawah telapak tangannya, bau amis darah yang menusuk hidungnya, bahkan kebekuan yang memancar dari tubuh-tubuh tak bernyawa itu. Setiap kali, ia terbangun dengan napas terengah-engah, tubuh bermandikan keringat dingin, dan perasaan bersalah yang menghimpit dada.

Arka mencoba meyakinkan dirinya bahwa ini hanyalah mimpi buruk. Sebuah produk dari pikirannya yang lelah, mungkin stres, atau kurang tidur. Dia bekerja sebagai desainer grafis lepas, sering begadang menyelesaikan proyek, dan jadwalnya memang tidak teratur. "Ini cuma mimpi, Arka. Sadar," bisiknya pada dirinya sendiri, mencoba mengusir sisa-sisa kengerian itu. Namun, kata-kata itu terasa hampa, tak mampu menembus ketakutan yang mengakar.

Di siang hari, Arka mencoba menjalani hidup normal. Ia pergi ke kedai kopi langganan, menyapa barista, duduk di sudut favoritnya dengan laptop. Ia berusaha fokus pada pekerjaannya, pada desain-desain yang harus ia selesaikan. Namun, di tengah-tengah garis vektor dan palet warna, bayangan-bayangan itu mulai muncul. Sekilas, ia melihat bayangan ibunya melintas di kerumunan, atau mendengar tawa adiknya dari balik meja di seberang. Ia akan meno...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp10.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Misteri
Cerpen
Bronze
Jejak Pulang Yang Berdarah
Christian Shonda Benyamin
Novel
99
Dianikramer
Cerpen
Bronze
SENDAKALA
Iena_Mansur
Cerpen
Bronze
Menjemur Kopi di Malam Hari
Ron Nee Soo
Cerpen
Bronze
Fatal Curve
Fuseliar
Flash
Bronze
Lambat Bukan Berarti Tak Berguna
Syafira Muna
Novel
Bronze
Sentinel of Truth
Maquia
Novel
Bronze
The Motive
IyoniAe
Cerpen
Undressed
Ida Ayu Saraswati
Cerpen
Bronze
Hukuman Violet
PrincessSheraphine
Flash
Bronze
Sssstttt!
mahes.varaa
Flash
Coffee
Wuri
Flash
Bandara
Elisabet Erlias Purba
Flash
(Bukan) Rumahku Istanaku
Rexa Strudel
Novel
Gold
Digital Fortress
Mizan Publishing
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Jejak Pulang Yang Berdarah
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Streamer Yang Tragis
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Cermin Di Kamar Kost
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kaca Retak
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Dia Bukan Bayi Ku
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Jurnal Kosong
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bayangan Di Sudut Mata
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bayang - Bayang Senja
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Petak Umpet Maut
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Main Di Tengah Malam
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Senandung Lukisan
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Dinding Tertawa
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bunker Jepang
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Simfoni Terlarang
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bayangan Di Balik Kaca
Christian Shonda Benyamin