Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Drama
Bronze
Jejak Kaki di Pasir yang Terhapus Angin
0
Suka
109
Dibaca

Hari itu, angin berhembus pelan di sepanjang pantai. Laut yang tak pernah lelah berdebur menciptakan simfoni alam yang menenangkan hati. Aksara matahari hampir tenggelam, menyisakan warna oranye keemasan yang mencerahkan langit. Di sana, di ujung cakrawala, ada seorang perempuan berjalan sendirian, seolah-olah melangkah menuju waktu yang sudah terlupakan.

Jejak kaki di pasir itu muncul, satu per satu, terbentuk oleh langkah-langkahnya yang ringan. Setiap jejak menyimpan kisahnya sendiri, kisah tentang kenangan yang tak lagi bisa dia sentuh. Jejak itu adalah bukti bahwa ia pernah ada di sana, pernah meninggalkan sesuatu, meski sekarang semua itu mulai memudar.

Ia berhenti sejenak, menatap jejak-jejak itu dengan tatapan kosong. Angin datang membawa pasir halus, perlahan menghapus jejak kaki yang telah terbentuk. Seperti kenangan-kenangan yang terkubur dalam waktu, yang tak bisa bertahan lama meski pernah ada. Hati perempuan itu terasa berat, terikat pada jejak-jejak yang kini hilang.

"Sama seperti aku," bisiknya, lebih pada dirinya sendiri. "Jejak ini tak akan pernah bertahan. Semua yang kita tinggalkan, akan hilang bersama waktu."

Ada rasa hampa yang sulit dijelaskan. Jejak kaki itu, meski terhapus, seolah-olah meninggalkan sesuatu yang lebih dari sekadar jejak fisik. Ada perasaan yang tak bisa diungkapkan, sejenis kehilangan yang lebih dalam dari sekadar hilangnya jejak kaki di pasir.

Dulu, ada seseorang yang sering berjalan bersamanya di pantai ini. Mereka akan berbicara tentang mimpi-mimpi mereka, tentang masa depan yang cerah. Namun, waktu membawa mereka ke arah yang berbeda. Kini, ia hanya berjalan sendirian, mengenang masa-masa itu.

Kenangan tentang seseorang yang dulu begitu dekat, namun kini terasa begitu jauh, begitu terhapus. Ia ingin meyakini bahwa jejak kaki itu tetap ada, bahwa kenangan itu tetap hidup. Tapi angin terus berhembus, menghapus semua yang pernah ada.

Perempuan itu duduk di pasir, menatap matahari yang hampir tenggelam sepenuhnya. Ada rasa lega yang aneh. Mungkin memang benar, semuanya akan hilang, namun ada kekuatan dalam menerima kenyataan bahwa waktu akan terus bergerak. Jejak kaki yang terhapus angin bukanlah akhir, melainkan bagian dari perjalanan yang tak bisa diulang.

"Setiap langkahku membawa aku pada sesuatu yang baru," gumamnya. "Dan meski jejak ini hilang, aku tahu aku akan terus berjalan."

Seperti pasir yang mengalir, hidup pun akan terus bergulir. Kenangan tak akan pernah benar-benar hilang; mereka akan tetap hidup dalam hati, meski tidak terlihat lagi. Dan seperti angin yang selalu ada, begitu juga dengan harapan—meski sering terhapus, ia akan selalu datang kembali.

Malam pun tiba, membawa keheningan yang lebih dalam. Perempuan itu masih duduk di sana, di atas pasir yang kini lebih dingin, meskipun angin tetap berhembus lembut. Matanya terpejam, seolah berusaha merasakan segala yang telah berlalu, segala yang masih tersisa dalam dirinya.

Tiba-tiba, langkah kaki lain terdengar di kejauhan. Ia membuka matanya, melihat seorang pria mendekat, membawa kenangan yang tidak bisa dia sangkal. Pria itu, dengan rambut sedikit berantakan dan wajah yang masih dikenalnya, berhenti beberapa langkah di depannya. Seperti waktu yang tak pernah benar-benar hilang, perasaan itu pun datang kembali.

“Lama sekali,” kata pria itu, suaranya terdengar agak canggung, namun ada kehangatan yang mengalir dari tiap kata yang diucapkannya.

Perempuan itu hanya tersenyum samar. "Waktu memang sering melupakan kita," jawabnya dengan nada...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp6.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Euphoria
Fitri Lailyah
Novel
Catatan 20 Tahun
Chin Pradigta
Skrip Film
Rancu (screenplay)
Aldi Cendikia Nugroho
Cerpen
Bronze
Jejak Kaki di Pasir yang Terhapus Angin
Rudi Ardi Hamzah
Novel
Bumbu Pecel Terakhir Nenek
Veron Fang
Flash
Bronze
Dilema Wanita 30 Tahun
Mokaciinoo
Cerpen
Bronze
Tetangga Baru
Viola khasturi
Novel
Love In Martial Art
Sri Mulyani
Novel
Dari Cakrawala Kepada Samudra
Mesach Kartika
Skrip Film
Abang
amor
Skrip Film
KERETA
Panca Lotus
Skrip Film
Manusia Kuat
Servita Rachma
Flash
Be yourself
Ika nurpitasari
Cerpen
Bronze
Tarian diatas Kanvas
Siti Aminatus Solikah
Novel
Putri
Cinta Bercerita
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Jejak Kaki di Pasir yang Terhapus Angin
Rudi Ardi Hamzah
Cerpen
Bronze
Lampu Jalan dan Sepasang Mata yang Tak Pernah Lelah
Rudi Ardi Hamzah
Cerpen
Bronze
Hujan di Balik Langit Cerah
Rudi Ardi Hamzah