Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Romantis
Bronze
Jejak Aroma
0
Suka
665
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Aman tapi tidak nyaman. Sesak nafas di dalamnya. Seperti itukah kita?

Sejak beberapa menit yang lalu, ia telah dengan sengaja membiarkan asap mengepul dari dalam gelas kertasnya. Kini Cappucinno Latte, minuman yang terpaksa menjadi kesukaannya itu telah sedikit dingin. Walaupun rasanya tidak sama dengan kopi di coffee shop tapi paling tidak ia bisa meminum kopi karena tidak ada yang bisa ia mintai tolong untuk nitip. Untuk itulah ia tetap meminumnya, karena dengan minum kopi adalah satu hal yang selalu bisa menolong dirinya disaat dirinya merasa suntuk bekerja. Ia menyeruputnya perlahan dan menikmati kopi tersebut mengalir masuk ke dalam kerongkongannya. Tak berapa lama setelah kopi berada di dalam perutnya, ia mendadak mengerutkan dahinya.

Bukan karena dirinya sakit perut. Tapi karena lagi-lagi karena ia mengingat aroma itu kembali. Dalam mulut yang menghilang tertutupi gelas kertas. Kedua matanya terlihat memicing dari pantulan jendela. Kini ia melihat bayangan dirinya sendiri dengan sangat jelas terlihat. Kemeja putih dengan ID card perusahaan yang bertulisan Achmad Riko, itu terlihat rapi menggantung di lehernya ditambah dengan potongan rambut rapi seperti pekerja kantoran biasanya sudah bukan hal yang luar biasa untuknya. Pikirannya melayang di lima tahun lalu.

Langit membiru. Angin berhembus dengan hangat menerpa kulit Rania Estrarina. Rania benar-benar mencirikan perawakan perempuan Jawa seutuhnya dengan kulit sawo matang dan bermata belo belum lagi berwajah bulat sama seperti yang dimiliki masnya, Riko Adiwiguna. Tentu dengan wajah ikal. Rania terlihat sibuk di dapur bersama ibu, dan kami sedang sibuk membuat sarapan pagi. Seperti biasa sarapan kami adalah bubur ayam beserta dengan telor setengah matang kesukaan Riko. Karena tanpa telor setengah matang, masnya tidak akan mau sarapan pagi. Agak aneh memang kebiasaan yang dimiliki Riko saat sarapan. Tapi hal itu sudah sangat dimaklumi oleh dirinya bahkan ibu. Tidak itu saja, Riko bahkan harus meminum kopi terlebih dahulu sebelum memulai harinya. Hanya saja, kakinya sama sekali tidak berniat untuk ke dapur. Karena matanya masih mengajaknya bermain-main sejenak. Ia masih sangat mengantuk.

“Rania, sana liat masnya udah bangun belum. Kalau belum, bangun. Bilang sarapan bentar lagi jadi..” ibu menyahut sambil memotong batang daun bawang dan juga seledri untuk pelengkap bubur.

“Iya bu,” sahutnya dengan santai sambal menaruh botol kecap asin dan manis di atas meja.

Dan langsung bergegas keluar dari dapur. Namun belum sampai dirinya di kamar mas Riko. Ia sudah melihat Riko sudah duduk dengan tenang di ruangan tengah dengan mata terpejam. Seketika saja langsung muncul ide jail yang dimiliki Rania untuk masnya. Ia langsung menghampiri Riko perlahan lalu menggelitiki pinggang Riko.

Seketika saja Riko langsung terbangun dari tidur setengah sadarnya. Riko tersentak kaget karena ulah adiknya. Kini kedua matanya benar-benar segar. Rasa kantuknya hilang begitu saja. Bersamaan dengan tawa Rania yang begitu besar.

“Hahaahahaahahahahahaa!” Rania tertawa dengan cukup puas.

“Kamu ya!” Riko menyeru dengan sedikit agak kesal pada adiknya. Dan bergerak menyiapi strategi untuk membalas dendam pada Rania.

“Iya, ini aku. Emang kenapa? Lagian nih ya, kalau udah bangun itu mandi kek, ini mah enggak. Malah duduk di sofa mana ngelanjutin tidurnya lagi. Nanti aku bilangin ibu, lho!” Ujar Rania panjang lebar.

Riko mengangguk-angguk sambil menggeserkan tubuhnya mendekat pada Rania. Tak berapa lama Rania mendapatkan pitingan dari Riko.

“Bilang apa kamu? Coba bilang sekali lagi.” sahutnya saat leher Rania berhasil didapatkan olehnya dengan nada gemas.

Karena ia tidak menyangka adiknya kini tidak kalah bawel dari ibunya. Belum lagi dia adalah orang yang paling senang mengadu sama ibu soal apapun yang menyangkut dirinya.

“AAAAaakkk! Seketika saja Rania menjerit, “Ibuuuu buuu, mas nih!” teriak Rania saat lehernya dipiting olehnya.

Tak berapa lama suara ibu ikut terdengar melengking dari dapur, “RIKO! Jangan begitu sama adiknya.” Ibu berteriak pada Riko yang masih melakukan piting memiting leher Rania.

Sementara yang dipiting hanya mampu m...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp1,000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Romantis
Novel
Bronze
ROMANSA LAGU
I Wayan Kertayasa
Novel
Bronze
Mi Bancir Bumbu Cinta
Ariny Nurul haq
Cerpen
Bronze
Jejak Aroma
Alina Fresila
Novel
Kamu Cantik!
Selpimei
Novel
Bronze
Mutiara Dua Semesta
wildasukma
Novel
Kekasih Impian
Michelia Rynayna
Novel
Miracle
Tamara Lutfiana Putri
Novel
Zena Lova
Faray Glad
Novel
My Secret Boyfriend
NyonyahCullen
Novel
Gold
Drama
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
See U Later Boy
Ludiamanta
Cerpen
Bronze
Menua Bersama di Bawah Langit Biru
Purnama Pani Sandra
Flash
Amore Pazzo
Anjrah Lelono Broto
Novel
Bronze
Tentang Hujan
Lila arini
Novel
Bronze
Bulan Madu Ke Semeru
Nilam Cayo
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Jejak Aroma
Alina Fresila
Novel
Bronze
Sang Dewi
Alina Fresila
Novel
Basket Case
Alina Fresila
Novel
Gadis Galaksi
Alina Fresila