Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Slice of Life
Jangan Mati Dulu, Dong, Bruh
0
Suka
90
Dibaca

“Ting!”

Suara notifikasi di ponsel terdengar lagi. Lebih tepatnya notifikasi dari aplikasi mobile banking. Notif tersebut mengabarkan ada dana yang masuk ke rekening. Belakangan Bruh makin sering menerima kabar gembira tersebut, sehingga bikin dirinya merasa jauh lebih sehat dibanding sebelum-sebelumnya.

“Asyik, ada dana masuk lagi. Gue udah nggak ‘kurang darah’ kayak dulu,” pikirnya.

Bruh, lengkapnya Bruh by Bank Sentral Nusantara, sesuai namanya adalah sebuah aplikasi mobile banking milik Bank Sentral Nusantara. Agar lebih user friendly, ia dipersonifikasikan sebagai karakter kartun menggemaskan berwujud beruang berwarna biru, sesuai brand color dari bank yang bersangkutan, dan didapuk menjadi maskot dari aplikasi mobile banking-nya.

Beberapa tahun lalu ketika kondisi saldo di rekening kering kerontang, tubuh Bruh kerempeng, sehingga penampilannya nampak janggal untuk seekor beruang. Waktu itu sang pemilik rekening baru membuka toko kain di daerah Ciadu.

Seiring berjalannya waktu, toko kain Usmantex makin ramai dikunjungi pelanggan. Kalau di hari kerja umumnya terjadi transaksi partai besar, sedangkan pembelian receh tapi rame berlangsung nyaris di setiap akhir pekan. “Wah, kalau begini terus bisa holidey gue,” pikir Usman si pemilik toko dalam hatinya yang gembira.

Betul saja, dua tahun berselang Usman memesan tiket pesawat buat piknik ke Singapura, kemudian membayarnya menggunakan uang tabungan dari hasil keuntungannya berdagang kain. Sepulangnya refreshing dari Negeri Singa itu dirinya kembali menabung buat bertamasya ke destinasi selanjutnya.

Tahun berikutnya ia terbang ke Vietnam, tahun berikutnya lagi ke Jepang, tahun berikut dan berikutnya lagi negara-negara Eropa. Setiap pulang liburan, Usman kembali memenuhi pundi rekening tabungannya buat ongkos liburan berikutnya.

Di sisi lain, efek dari semakin banyaknya saldo di tabungan bikin tubuh Bruh kelihatan tambah tambun dan perutnya makin buncit. Ia jadi kurang lincah. Usman sendiri sebenarnya mulai merasa aplikasi mobile banking-nya agak-agak lemot belakangan ini, dan problem tersebut juga dialami oleh rekan-rekannya sesama nasabah pengguna Bruh by Bank Sentral Nusantara.

Ya, Usman tidak sendirian. Rekan-rekan dan ribuan bahkan jutaan orang di luar sana punya siklus hidup yang sama: menimbun saldo di rekening untuk nantinya digunakan sebagai pemuas diri, mulai dari sering-sering liburan mahal ke luar negeri, membeli barang-barang branded impor, hingga makan-makan fancy di rantai restoran internasional.

“Ting!” pada satu malam suara notifikasi di ponsel terdengar lagi ketika Usman tengah rebahan di sofa sesampainya di rumah usai menutup toko. Kembali, itu dari aplikasi Bruh by Bank Sentral Nusantara. “Loh, kok, ada notif,” pikirnya, “padahal gue nggak lagi nunggu transferan.”

Dengan sedikit mager (males gerak) tapi penasaran, ia ambil ponsel dari meja di depan sofa, kemudian swipe down layarnya dari tray notifikasi, lantas jarinya men-tap notif yang bertuliskan, “Ada pesan baru.”

Setelah loading sebentar, muncul antarmuka fitur chat. “Selamat malam, Bos Usman. Maaf mengganggu waktu istirahatnya. Saya Bruh, sebut saja saya ikon dari aplikasi Bruh by Bank Sentral Nusantara,” tulis sebuah pesan dalam bubble chat di samping avatar beruang kartun berwarna biru.

“Selamat malam juga, Bruh,” balas Usman melalui ketikannya, “tumben nge-chat gue, ada apa, nih?”

“Gara-gara saldo rekening si Bos yang makin numpuk, badan gue makin tambun dan perut gue makin buncit. Gue jadi nggak sat-set kayak dulu, mau ngapa-ngapain lemot. Tadi aja waktu buka notif pake loading dulu,” keluh Bruh. “Kalau gue sampe mokat gimana?”

“Lah, duit duit gue, rekeningnya juga punya gue. Itu duit mau gue habisin, kek, atau gue simpen doang di rekening ya suka-suka gue, dong. Kenapa jadi lo yang protes?”

“Bukan begitu, Bos, kalau lemot gue makin parah, gue takut error sampai tingkat fatal. Error-nya bisa menjalar cepat ke saldo di pusat data.”

“Masak bisa gitu, Bruh?” tanya Usman agak tidak percaya.

“Harusnya memang nggak begitu. Bug ini jarang terjadi, makanya jarang banget dibahas sama divisi yang nge-develop sistem gue ini. Dan karena merupakan anomali yang langka, mereka kelihatannya jadi males ngurusin juga meski tahu potensi risikonya gede,” jelas Bruh.

“Mmm… risiko terburuknya apa?”

“Gue belum tahu. Dan gue nggak tahu, risikonya belum pernah terjadi atau pernah tapi dirahasiakan,” jawabnya.

“Lagian ngapain juga, Bos, nimbun harta sampai segitunya?” ia melanjutkan. “Duit itu bagusnya kayak darah, mengalir, biar sehat. Kalo sebagian mau disimpan ya secukupnya aja. Buat biaya pendidikan, kek, dan kesehatan, misalnya. Mau buat liburan juga oke, tapi bukan berarti keseringan, segala pake alesan healing, lah, demi mental health, lah.”

“Kok, duit yang ngalir bikin sehat? Tongpes iya!” tolak Usman.

“Pertama,” Bruh menyanggah, “sederhananya, kalo kita alirkan, belanjakan duit secukupnya untuk kebutuhan, artinya duit itu nggak hilang tapi terkonversi jadi barang-barang kebutuhan kita.”

“Dan,” sambungnya, “Kalau kita belanjakan duit di pedagang-pedagang kecil, ada nilai sedekahnya juga, tuh. Selebihnya, makin bagus lagi sebagian duit kita alirkan buat pure sedekah. Malah, dengan sedekah, kan, duit kita bukan hanya nggak hilang tapi akan Allah kembalikan dengan berlipat ganda. Itu janji Allah, yang maha menepati janji.”

“Tapi, Bruh,” sela Usman, “gue sebentar lagi liburan ke Slovenia, nih, terus dari situ nyambung keliling Skandinavia.”

“Ting!” belum sempat Bruh menjawab, sebuah notifikasi kembali datang, nyaris berbarengan dengan masuknya pesan di aplikasi WhatsApp.

Pesan dari salah seorang rekan bisnis tersebut tersebut bilang, “Pak Usman, saya setuju untuk membayar lebih asalkan orderan kain saya didahulukan. Barusan sudah saya transfer uangnya, dan ini saya lampirkan bukti transfernya.” Usman membuka file berupa screen capture bukti transfer yang dimaksud, kemudian kembali ngobrol dengan ikon aplikasi mobile banking-nya.

“Wah, duit masuk lagi, Bruh, berbonus pula, bakalan makin meriah liburan gue!”

Chat room memunculkan status “typing….” pada sisi Bruh.

Tapi besan paru tidak juga muncul.

Usman nyaris menulis pesan lagi, ketika sebuah pesan dari Bruh akhirnya muncul.

“Bos,” kemudian hening lagi sejenak.

“Maaf, badan gue rasanya nggak enak,” dan kembali hening.

Usman pun kembali menunggu. Hanya saja kali ini tidak muncul-muncul lagi pesan baru.

“Waduh, jangan-jangan…., jangan mati dulu, dong, Bruh,” Usman berkata dalam hati.

Tidak lama kemudian muncul pesan, tapi kali ini dalam wujud kotak pesan error:

SYSTEM ERROR

KORBAN: BRUH

DIAGNOSA: KELEBIHAN BERAT BADAN DAN HIPERTENSI (TEKANAN DARAH TINGGI)

 

Sempat kaget, otak Usman kemudian memutar ulang percakapannya tadi dengan Bruh, dan ia buru-buru mengecek saldo rekeningnya.

Tapi yang muncul lagi-lagi kotak pesan error bertuliskan “SYSTEM ERROR.”

Mulai dihinggapi rasa panik, Usman menghubungi layanan customer service bank Bank Sentral Nusantara dengan tangan gemetaran.

“Selamat malam, dengan Bank Sentral Nusantara di sini. Ada yang bisa saya bantu?” tanya suara di ujung sana.

Tidak sampai lima menit kemudian, Usman jatuh tersungkur dari sofa dengan tangan kiri mencengkeram dadanya, sedikit ke bagian kiri. Dalam hitungan detik, cengkeraman itu mengendur dan tubuhnya terkulai tanpa detak jantung.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Slice of Life
Cerpen
Jangan Mati Dulu, Dong, Bruh
Ryan Esa
Cerpen
Bronze
Utas Rupa Manusia
Shinta Larasati Hardjono
Cerpen
Bronze
Taman Kanak-Kanak
Achmad Afifuddin
Cerpen
Liburan Juga Bermanfaat
LISANDA
Cerpen
Terra Valley Rise of The Golem Empire
Tourtaleslights
Cerpen
Janu Kara
rdsinta
Cerpen
Bronze
Ini tentang Cinta; Mati
Andriyana
Cerpen
Bronze
Sakit Kiriman
Intan Andaru
Cerpen
Bronze
Restaurant Jang Kie
Muram Batu
Cerpen
Rumah Tangga Tetangga
Priy Ant
Cerpen
Sekolah Orang Dalam
Putri Rafi
Cerpen
Bronze
Keluarga bahagia dibalik senyum sederhana
Ryan Wijayanto
Cerpen
Titik Balik di Halte Bus
Niam Muhammad
Cerpen
Tuan Oh Tuan
Jie Jian
Cerpen
Narasi Perempuan
Meilisa Dwi Ervinda
Rekomendasi
Cerpen
Jangan Mati Dulu, Dong, Bruh
Ryan Esa
Cerpen
Pembunuhan di Indomarket
Ryan Esa
Cerpen
Insta Story Harga Mati
Ryan Esa
Cerpen
Royadi dan Jin Ifrit dari dalam Kendi
Ryan Esa