Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Tidak banyak yang tahu, tapi setiap pukul 03.30 pagi, lonceng tua di atap sekolah dasar yang telah terbakar itu berdentang pelan. Suaranya tidak nyaring, bukan seperti lonceng upacara Senin yang membangunkan semangat. Dentangnya berat, lambat, dan anehnya—berulang tiga kali saja.
Pak Winarno tidak pernah bercerita tentang hal ini kepada siapa pun. Ia hanyalah seorang penjaga sekolah tua yang menolak pindah, meskipun sekolah tempatnya bekerja telah hangus oleh api lima tahun lalu. “Aku sudah terlalu tua buat pindah,” katanya pada siapa pun yang bertanya. Tapi alasan sebenarnya jauh lebih dalam dari itu.
Malam itu, angin mengiris kulit. Udara dingin menggigit jari-jari meski sudah diselimuti sarung tangan wol. Jam tua di dinding rumahnya berdetak pelan, menunjukkan pukul 03.29. Ia tahu yang akan terjadi berikutnya. Dan benar saja—dentang… satu kali.
Dentang… dua kali.
Dentang… tiga kali.
Pak Winarno menutup matanya. Ada sesuatu dalam suara itu yang membuat bulu kuduknya berdiri. Seolah-olah, suara itu memanggil… bukan hanya mengingatkan waktu.
---
Tiga hari s...