Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Drama
Bronze
Jaket Merah yang Tak Pernah Dikembalikan
37
Suka
2,955
Dibaca

Bab 1 – Hujan Pertama Tanpamu

Hujan turun dengan lambat pagi itu. Tidak deras, tidak juga gerimis. Seperti langit tahu, ada seseorang yang datang membawa hati yang belum selesai. Di antara batu-batu nisan yang dingin dan basah, seorang perempuan berdiri diam.

Namanya Namira.

Tangannya menggenggam erat sebuah jaket merah yang sudah lusuh di lipatan, tapi masih utuh di ingatan.

Langkahnya lambat, pelan, seolah tanah pun ikut mengingat. Ia berhenti di depan sebuah batu nisan sederhana hanya bertuliskan satu nama:

Rayhan Ardiansyah

1993 – 2015

Tak ada kalimat puitis. Tak ada “yang tercinta” atau “kekasih yang dirindukan.”

Hanya nama, tahun lahir dan mati. Tapi di kepala Namira, puluhan kalimat ingin ia tancapkan ke batu itu.

Kalimat yang tak pernah keluar dari mulutnya.

Kalimat yang ia kubur lebih dulu dari jasad di hadapannya.

Namira tidak menangis. Ia hanya duduk. Meletakkan jaket merah itu di pangkuannya. Mengusap bagian lengannya perlahan.

Masih ada bau hujan di sana, entah nyata atau hanya ingatan yang menipu.

> “Akhirnya… aku kembali. Tapi bukan untuk meminjam, melainkan mengembalikan.”

Ia menatap langit yang abu.

Tidak ada kilat. Tapi hatinya bergemuruh seperti ada petir yang tak jadi dilepaskan.

Delapan tahun.

Sudah delapan tahun sejak Rayhan pergi.

Tanpa perpisahan.

Tanpa sempat tahu bahwa Namira menyimpan sesuatu yang tidak pernah bisa ia ucapkan.

Waktu itu, ia hanya menerima kabar lewat telepon. Kecelakaan. Jalan tol. Subuh.

Rayhan tak pernah kembali dari kota tempatnya pindah.

Jaket itu…masih ada bersamanya. Masih belum sempat ia kembalikan.

Dan sejak hari itu, Namira tak pernah bisa mengenakan jaket itu tanpa merasakan dua hal sekaligus: kehangatan dan kehilangan.

> “Rayhan… kamu ingat nggak, waktu hujan pertama kita?”

“Yang aku lupa bawa payung, dan kamu malah lari-lari ke gerbang sekolah cuma buat kasih jaket ini?”

Ia tersenyum kecil, pahit.

Tangannya menggenggam erat kain tebal berwarna merah tua itu.

“Waktu itu aku nggak bilang terima kasih. Aku cuma bilang jaketmu bau kopi.”

“Tapi hari itu, Ray... aku jatuh cinta. Dan aku nggak pernah pulih dari hari itu.”

Namira menghela napas panjang.

Ia menoleh ke sekeliling. Makam-makam lain sunyi, hanya suara hujan yang samar menyentuh rumput.

Tak ada satu pun yang tahu bahwa seorang perempuan sedang duduk di depan nisan sahabat lamanya membawa cinta yang sudah terlalu lama dibungkam.

Jaket itu basah di bagian ujungnya.

Tapi ia tidak mengelapnya.

Karena ia tahu, jaket itu pernah basah juga dulu saat ia pakai di bawah hujan terakhir yang mereka lalui bersama.

“Setelah kamu pindah, aku nunggu kabar setiap hari. Tapi kamu jarang hubungi aku lagi. Dan aku kira… ya, mungkin emang cuma aku yang nyimpen sesuatu dari pertemanan kita.”

“Ternyata… aku bener.”

Ia mendongak ke langit yang tetap abu-abu.

Tapi tidak ada air mata.

Yang turun hanyalah sesuatu yang jauh lebih perih: penyesalan yang tak bisa dibalas.

Delapan tahun.

Tak ada yang tahu ia masih menyimpan jaket itu.

Tak ada yang tahu, ia masih menulis surat-surat untuk Rayhan, diselipkan di saku jaket itu meski ia tahu tak akan pernah ada yang membacanya.

“Aku tahu, kamu nggak pernah janji. Kamu nggak pernah kasih harapan. Tapi aku juga nggak pernah punya cukup keberanian buat bilang sesuatu.”

“Jadi hari ini... aku mau bilang, meskipun kamu nggak bisa dengar, meskipun mungkin sudah tidak penting lagi...”

Ia berhenti sebentar. Lalu memejamkan mata.

“Aku sayang kamu, Ray.”

Tak ada angin besar.

Tak ada gemuruh.

Tapi dada Namira tiba-tiba lega.

Bukan karena luka sembuh, tapi karena luka itu akhirnya pu...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp1.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (2)
Rekomendasi dari Drama
Novel
How is Your Heart?
Faida Zuhria
Novel
Aku Kehilangan Pulang
Salma Mufidah
Cerpen
Bronze
Jaket Merah yang Tak Pernah Dikembalikan
Muhamad Irfan
Novel
Bronze
Mengejar Mimpi, Menemukan Cinta
Suryaning Bawono
Novel
Aero school
Rain dandelion
Flash
Bronze
Permintaan Maaf
Alfian N. Budiarto
Novel
You Sound Awesome!
Jonem
Skrip Film
A Love Story
Nellamuni
Flash
Lalu Terdengar Suara Parang Ditebaskan
Habel Rajavani
Flash
Di Antara Altar dan Mimbar
Rahmi Azzura
Novel
Bronze
Certainties
S. F. Hita
Novel
My Twenty
qwerty
Flash
Tidak Sah
Dwi Kurnialis
Flash
Bronze
Janji Kosong Nyaring Bunyinya
Shinta Larasati Hardjono
Cerpen
Bronze
Gadis Kecil dan Perawat Tanaman yang Bicara Pada Bunga-bunga
Habel Rajavani
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Jaket Merah yang Tak Pernah Dikembalikan
Muhamad Irfan
Cerpen
Bronze
Tak Terdengar
Muhamad Irfan
Cerpen
Tak Layak
Muhamad Irfan
Cerpen
Bronze
Bunga yang Tak Pernah Ditaruh di Vas
Muhamad Irfan
Cerpen
Bronze
Jejak yang Hilang di Lorong 4
Muhamad Irfan
Cerpen
BISU
Muhamad Irfan
Cerpen
Bronze
Bayangan yang Tidak Pernah Pulang
Muhamad Irfan
Cerpen
Sepotong Roti Hangat di Ujung Hujan
Muhamad Irfan
Cerpen
Bronze
Terlambat
Muhamad Irfan
Cerpen
Bukan Lagi Kita
Muhamad Irfan
Cerpen
Bronze
Bayangan di Meja Sebelah
Muhamad Irfan
Novel
Harapan
Muhamad Irfan