Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Slice of Life
Bronze
Izinkanlah Aku Memakan Hatinya
1
Suka
1,146
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Diy, ini sulit. Bagaimana jika kedua kakimu masih ada namun kedua kaki itu tidak dapat digunakan lagi? Apakah seperti ini rasanya? Dapatkah kau merasakan apa yang kurasakan? Ketika semua pengharapan hancur bersamaan tiada tersisa. Benar, aku masih bisa bernafas, namun yang kurasakan hanyalah hampa. Hidup tiada makna ketika yang kulakukan semua sia-sia. Orang-orang yang kusayangi telah tiada. Lalu untuk apa semua ini? Diy, begitu sulit rasanya ketika kau memiliki semua hal namun kau sendiri merasa kosong tiada arah. Hidupku seperti mayat hidup, berjalan tanpa nyawa.

Lamunanku terputus oleh suara pintu yang diketuk dari luar. “Masuk”, kataku singkat sambil berdiri merapikan jasku. “Tuan, semua sudah menanti anda. Podium sudah kami siapkan.” Aku mengangguk tanda mengerti. Segera ia menutup pintu kembali dan meninggalkanku seorang diri diruangan hening ini. Aku membetulkan letak dasiku lalu menyeduh minuman itu untuk yang terakhir kalinya. Kuraih map bahan presentasiku lalu berjalan meninggalkan ruangan. Di sepanjang lorong menuju ruangan konferensi pers, aku dikerumuni banyak wartawan dan mahasiswa. Aku berjalan diiringi dengan lima pengawal sehingga masih memiliki ruang untuk berjalan dengan leluasa. Berbondong-bondong pertanyaan dilontarkan kepadaku namun tak satupun yang kutanggapi. ”Nanti saya akan membahasnya di forum”, jawabku singkat.

Ketika aku mendorong pintu itu, seketika banyak kamera yang menyorot dan memotret kearahku. Dengan langkah sigap aku menuju podium dan mengeluarkan sekumpulan kertas yang sedari tadi aku sisipkan rapi didalam map. Seisi ruangan tampak hening mendengarkan ketika aku mendekatkan bibirku kearah mikrofon.

Entah bagaimana kisahnya hingga aku bisa sampai di titik ini. Semua tampak begitu cepat. Hari berganti minggu. Minggu berganti bulan. Bulan bergilir musim. Musim bergilir tahun, dan seterusnya. Tak terasa usiaku sudah menginjak empat puluh lima tahun. Hai. Perkenalkan, namaku Czarin. Aku hidup seorang diri. Ya, benar, seorang diri. Kau tidak sedang salah baca. Aku kehilangan keluargaku sejak aku masih berusia delapan tahun. Bagaimana aku bisa selamat? Waktu aku dan adikku bermain diluar, orang-orang itu berbondong-bondong menyerbu rumahku. Entah apa yang terjadi, aku dan adikku terus berlari dan berhasil meloloskan diri dengan menyelam di danau yang didalamnya dipenuhi dengan alang-alang hijau. Tetapi mereka tidak berhenti disitu. Mereka terus menembaki kita didalam air dan berharap kita mati. Aku dan saudaraku berenang terus lebih dalam berharap peluru itu tidak dapat menembus volume air. Beberapa peluru nyaris me...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp5,000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@semangat123 : hehe.... memang seperti itu kak ceritanya. Dia diburu oleh ras lain
Judulnya sadis😢😢
Rekomendasi dari Slice of Life
Cerpen
Bronze
Izinkanlah Aku Memakan Hatinya
Nurul Arifah
Cerpen
Bronze
Pahlawan Negeri Sipil
spacekantor
Cerpen
Bronze
KE MANA SI MBAK?
Citra Rahayu Bening
Cerpen
Bronze
Salah Jalan
Fitri Yeni Musollini
Cerpen
Gara-gara Jemuran Tetangga
Ais Aisih
Cerpen
Bronze
Bulan Ulang Tahun yang Terlupakan
Vincentius Atrayu Januar Dewanto
Cerpen
LOVE FROM BROKEN ROLLER COASTER
NUR C
Cerpen
Bronze
Pulang
Lisnawati
Cerpen
Bronze
Mantra Untuk Yunan
N. HIDAYAH
Cerpen
Durakim
Nada Niken Anggraeni
Cerpen
Beli Salah, Tidak Juga Salah
Elsa Ayu
Cerpen
Toko Buku Kecil di Kaki Bukit
Rafael Yanuar
Cerpen
Bronze
Juru Kunci Makam yang Tertangkap KPK
sri wintala achmad
Cerpen
Bronze
Pagar Depan Rumah
spacekantor
Cerpen
Bronze
Submerge
Faisal Susandi
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Izinkanlah Aku Memakan Hatinya
Nurul Arifah
Flash
Panji-Panji Malaikat
Nurul Arifah
Novel
Vampir yang Kesepian
Nurul Arifah
Novel
Bronze
Surga yang Meleset
Nurul Arifah
Cerpen
Bronze
Tetangga Hingga Surga
Nurul Arifah
Novel
Bronze
Laraku Pilumu
Nurul Arifah
Flash
Kami Takkan Pernah DIAM
Nurul Arifah
Flash
Paman itu Dijuluki Abu Ubaidah
Nurul Arifah