Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Thriller
Itik Buruk Rupa
0
Suka
6
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Gadis remaja berambut hitam itu selalu berekspresi dengan bibir datar, seperti biasa. Semua orang melempar pandangan jijik padanya. Walaupun ia sebenarnya berasal dari keluarga terhormat, tetapi karena perbuatan kedua orang tuanya dimasa lalu, ia terkena akibatnya. Meski begitu ia sama sekali tidak tahu apa perbuatan mereka yang dimaksudkan itu. Ada yang bilang keluarganya pemuja setan, tapi melihat mereka masih membeli barang dari supermarket keluarganya rasanya rumor itu terlalu aneh. Namun, yang paling menyakitkan adalah katanya ia adalah anak haram keluarganya, itu masih lebih baik dibandingkan gosip bahwa ia sebenarnya adalah anak dari sang paman dengan ibunya yang sekarang pamannya itu entah kemana.

“Anak iblis!”

“Dasar jalang! Pergilah dari hadapanku!”

Hanya cacian dan makian saja makanan kesehariannya, apalagi di sekolah. Menyakitkan. Bahkan kedua kakak lelakinya tak mau mengakuinya sebagai adik. Entah apa alasan mereka membencinya. Mungkin juga karena ibunya meninggal begitu melahirkannya. Ibunya itu juga ibu mereka, istri ayahnya yang tentu saja sangat dicintai. Katanya dia seperti malaikat, tapi rupanya itu tak cukup untuk membuatnya jadi malaikat juga.

Tapi hanya satu orang yang mau berdekatan dengannya. Dia hanya anak jalanan yang urakan. Orang-orang mengatakan, bahwa mereka sangat cocok, cocok menjadi penjahat.

“Toko sebelah sana sepertinya ada barang berharga, mau kesana An?” Tanya anak laki-laki berpakaian hoodie hitam itu.

“Jika kau pikir itu bagus, aku mau melakukannya Sin.”

“Oke!”

Anna dan Sin pun menuju ketoko kelontong dipinggir jalan. Seperti biasa, mereka mengacau dan mengutil tentunya. Setelah peristiwa itu, mereka pulang ke rumah Anna. Sin sedikit takjub dengan isi rumah Anna. Rumahnya seperti istana dan penuh dengan ratusan maid. Yang mebuat Sin bingung adalah mengapa ia mau berteman dengannya, mau mengacau dengannya padahal ia putri dari keluarga Clionett yang terkenal dan sangat terhormat, keturunan bangsawan.

“Heh, aku mau tanya, boleh kan?”

“Boleh, memangnya kenapa?”

“Jika aku membuat suatu pengakuan mengejutkan, maukah tetap menjadi temanku?”

“Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi disini, apapun yang terjadi kau akan menjadi temanku, walau kau sudah menjadi penjahat sekalipun.”

Trek. Sin menaruh gelas minumannya yang gemuk badannya tetapi kurus kakinya di atas meja marmer di depannya.

“Percayakah kau jika tubuh yang kupakai ini adalah tubuh anakku yang sudah mati?” Tanya Sin.

“Tentu aku tahu sejak awal, kau pasti si iblis legendaris itu, kan? kau bisa berganti tubuh, aku tahu semua itu dari caramu bicara yang seperti orang dewasa dan juga kulitmu yang sedingin es seperti hantu.”

“Pintar sekali, kupikir kau terkejut dengan…”

“Ngomong-ngomong aku juga tahu tentang si Alpha teman lamamu itu.”

Sin terkejut dan kembali meletakkan jusnya, “Sepertiya IQ mu diatas rata-rata, kau cukup pintar untuk ukuran bocah seperi dirimu.”

Anna tersenyum bangga, sudah lama tidak ada orang yang memujinya.

Keesokan harinya, seperti biasa mereka mengacau dimana-mana. Wali kelas Anna sudah kewalahan menghadapinya. Sekalipun ia sudah diskors 2 minggu, namun itu tidak akan merubah sikap buruknya.

Setelah bosan mengacau seharian, mereka kembali ke rumah Anna. Gadis kaya raya itu mengajak sahabat karibnya masuk ke sebuah ruangan di sudut rumahnya. Ruangan yang mereka tuju adalah ruangan besar yang penuh buku raksasa dan begitu tebal. Sampul bukunya bermacam-macam dan terlihat kuno tentunya.

“Kau tahu? Aku mendapatkan semua informasi tentangmu disini.”

Sin memandang takjub tempat yang sedang dilihatnya, kemudian ia memuji Anna, “Entah kenapa aku semakin menyukaimu sobat. Biasanya hanya orang dewasa kesepian yang meminta bantuanku, tapi kau klien remaja pertama.”

“Aku seperti itik buruk rupa, dan sejak aku berteman denganmu, aku semakin dibenci orang, tapi itulah takdirku yang selalu dibenci orang.”

“Tapi kau senang, kan?”

“Tentu saja, walau sekarang aku jahat, tapi kaulah satu-satunya orang yang mau mendengarkanku.”

“Bagus sekali, sepertinya kita akan menjadi Partner in Crime selamanya, dan siapa sangka bila itik buruk rupa ini sebenarnya elang yang perkasa.”

Mereka berdua terdiam diantara buku-buku raksasa yang cukup sakral. Ruangan tersebut adalah ruangan rahasia milik keluarga Clionett. Semua orang yang ada di rumah itu tidak mengetahui adanya ruangan tersebut kecuali satu orang yaitu ayah Anna saja, namun ia mengetahuinya dengan tidak sengaja saat ia bermain.

“Mengapa kau tunjukkan ini padaku? Jelas-jelas aku ini bukan seorang Clionett.” Sin memandang heran.

“Ini tempat yang aman untuk bicara, para maid mulai menggosipkan kita dan aku benci itu.”

“Oh, oke-oke, jadi selebritis kita ini tidak suka dibicarakan.”

“Kau bisa saja Sin hahaha..”

Entah sudah berapa lama ia tidak tertawa sekeras itu. Urat-urat wajahnya yang kaku kembali melemas karena tertawa. Selama ini ia hanya menyeringai saja bukan tertawa.

“Sin, bagaimana kalau kita bersenang-senang.”

“Apa yang kau punya?”

“Sedikit, hanya pisau lipat, tongkat baseball, linggis, dan sedikit dendam.”

“Baik jika itu maumu, nanti malam jam 11:30, aku tunggu di sekolahmu.”

Malam itu bulan terlihat indah, namun tak lagi indah tatkala dua bayangan pengacau mulai terlihat. Pisau di saku celana Sin sedikit menyembul keluar. Linggis di tangannya terlihat berkilat ditimpa cahaya bulan purnama. Tongkat baseball di tangan Anna terlihat sangat kuat untuk mengancurkan property sekolah. Malam itu mereka berdua mulai beraksi. Mula-mula mereka mengancurkan pintu belakang dengan linggis.

“Kau pasti dikeluarkan An.”

“Biar saja, aku lebih memilih mengacau daripada sekolah.”

“Baiklah.”

Mereka mulai merusak property kelas 10 terlebih dahulu. Meja kursi dihancurkan oleh tongkat baseball Anna. Buku-buku paket disobek menggunakan pisau lipat.

“Bawa korek?”

“Tentu, tapi bakarnya diluar saja, jangan sampai gedung ini terbakar, aku masih ingin bersenang-senang.” Anna memandang kekacauan tersebut dengan muka puas.

Sin dan Anna melakukan hal yang sama dengan kelas lainnya. Satpam sekolah tidak mengetahui hal ini karena Anna tahu satpam pemalas itu akan pergi ke klub malam, bermain dengan itu tentunya.

Sampailah mereka pada bagian loker. Sin dan Anna merusak loker dengan tongkat baseball dan linggis. Saat di ruang olahraga mereka mengempeskan bola basket dan bola sepak, membakar kostum Cheer, dan membakar pom-pom mereka.

Terakhir ruang guru yang penuh arsip dan piala pengahargaan.

“Kau pasti ingin kepala sekolahmu mati ya?”

“Tentu saja, tapi aku masih belum puas tahu!” Anna menunjukkan muka penuh kebencian.

“Lalu?”

“Aku mau pakai pisaunya, aku ingin balas dendam.”

“Sama siapa?”

“Natalie, Grace, dan Eva, nyawa mereka akan hilang sekarang.”

“Engkau memang iblis.”

“Kau juga.”

Sudah lewat tengah malam, dan Anna mendapat korban pertama, Grace. Anna melihat Grace keluar hotel bersama seorang pria yang cukup berumur dengan tertawa.

“Sepertinya Grace tak sesuci yang ia akui.”

Anna langsung mencegat mobil si pria dan langsung mengeluarkan Grace, sementara Sin mengurusi si pria.

“Anna! Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!”

Anna menyeringai, “Tak itu, aku mau membalasmu, masih ingatkah kau waktu memotong rambutku? Sekarang aku ingin menyiksamu!”

“Lepaskaaann!!”

Grace berteriak kesakitan tatkala Anna menjambak rambutnya. Anna memotong rambut Grace dengan tidak rapi.

“Rasakan itu!”

“Kyaaaaa…..!!!”

Crash! Anna memotong urat nadi Grace hingga putus. Darahnya mengenai jaket Anna, begitu juga tangannya. Anna mencabik-cabik tubuh Grace dengan sadis. Ia menguliti wajah gadis itu hingga tak berbentuk. Bola matanya ia cabut perlahan, sentuhan akhir untuk karyanya adalah merobek perutnya dan mengeluarkan isinya. Sementara Sin melakukan tugasnya di gang gedung sebelah mereka.

“Kejam juga kau, tapi karya yang bagus.”

Anna menatap dingin pada mayat Grace, senyumnya terangkat dan wajahnya yang penuh cipratan darah menampakkan ekspresi paling menakutkan yang pernah ada, “Kita ke tempat lain Sin.”

Jam mulai menunjukkan pukul 00:30. Udara pagi mulai menusuk tulang. Hembusan angin dan suara burung malam membawakan lagu kematian. Burung hantu takut keluar dari sarangnya karena ada dua pengacau malam. Anna sedikit menjilat darah Grace yang berada di sudut bibirnya, sementara Sin hanya diam dengan ekspresi datar. Pisau lipat yang ditangannya penuh darah.

“Sudah lama berjalan, tapi dimana korban keduaku?”

“Bagaimana dengan gadis yang disana itu?” Sin menunjuk kearah telepon umum, terlihat gadis berambut pirang dan penampilan feminim dengan baju pinknya.

“Ah, Natalie rupanya, dia orang yang kumaksud Sin.”

 “Kita tunggu sampai dia selesai bicara.”

Samar-samar terdengar suara Natalie yang sedang bicara.

“Ayah, bisakah kau bawakan hadiah untukku? Sungguh? Terimakasih Ayah.”

Mendengar suara Natalie yang begitu bahagia, Anna hanya tertunduk sedih. Ia rindu orang tuanya. Ia begitu iri dengan Natalie.

“Dia membuatku sakit hati.”

“Mengapa?” Sin mengeluarkan rokok dan menyalakannya di ujung bibir.

“Dia mengatakan bahwa orang tuaku tidak menyayangiku, katanya mereka membuat dosa besar agar aku kena imbasnya.”

“Mereka berdua tidak sengaja.”

“Natalie itu miskin, lihatlah Sin menelepon ayahnya saja harus memakai telepon umum.”

“Lihat! Dia selesai, lakukan apa yang kau harus lakukan.”

Anna mendekati Natalie dengan cepat. Tap, tap, tap. Suara kaki misterius membuat Natalie membalikkan badan. Kemudian wajah Natalie berubah begitu sadar kedua orang di depannya berlumuran darah.

Jleb! Sin menusuk perut Natalie dengan cepat.

“Aaaaa!!!”

"Membosankan tahu." Sin menendang Natalie hingga terjatuh ke atas rerumputan.

Anna menikmati tangisan tersebut sejenak. Namun, entah mengapa ia memutuskan untuk segera pergi dari sana. Mereka akhirnya meninggalkan Natalie yang sekarat sambil memegangi perutnya. Tanpa sadar mereka melakukan satu kesalahan yang fatal.

Anna dan Sin berjalan dibawah tiang lampu jalanan. Karena semalaman tak tidur, Anna sampai memiliki kantung mata tebal dibawah matanya. Sin yang terbiasa bergadang hanya menghela napas saat melihat penampilan Anna sekarang.

“Sin, aku ingin pulang.”

“Kenapa?”

“Aku tidak biasa bergadang.” Katanya setengah sempoyongan.

“Bagaimana dengan Eva?”

“Aku bisa mengurusnya nanti.”

“Baiklah, dan sepertinya kau sudah tidak kuat berjalan, lihatlah kau seperti orang mabuk.”

“Bisa gendong aku?”

“Ya, tentu saja.”

Dengan sigap Sin menggendong Anna. Jaket Anna yang berlumuran darah mengotori jaket Sin,tapi itu tidak masalah baginya. Menurut Sin ia seperti bayi yang polos, mudah dibohongi.

“Baiklah bayi yang manis, tidurlah dan bersiaplah untuk menanggung akibatnya.”

Anna kemudian terbangun dan matanya melihat sekeliling, ia memegangi kepalanya yang sakit. Ia ternyata ada dikamarnya.

“Semalam itu mimpinya panjang sekali, ya.”

Anna pergi kearah gantungan baju. Ia memeriksa jaket hitamnya. Dan ia menemukan sesuatu yang mengejutkan.

“Oh, tidak!”

Anna menjatuhkan jaketnya, ia ketakutan, “I..ini nyata! Bukan mimpi!”

Dok! Dok! Dok! Anna menoleh dengan ketakutan.

“Jangan bergerak! Kami tahu kau disana!”

Krieet! Pintu kamar Anna terbuka, dan terlihat diluar sana ada banyak polisi dengan senjata teracung.

“Angkat tangan!”

“Ada apa?”

“Anda kami tangkap terkait pembunuhan dan penyerangan.”

“Tapi kau juga harus menangkap Sin.”

“Sin? Kau hanya beraksi sendiri nona! Tangkap dia!”

Anna tidak melawan saat ditangkap, ia hanya merasa aneh. Mimpinya semalam terasa begitu nyata. Dan itu memang nyata.

Seorang pria tua berkimono tidur mahal melihat ke arahnya, “Maaf pak, dia sedikit sakit jiwa, setiap hari hanya mengigau soal mengacau dan Sin.”

“Kakek! Jangan usir aku, aku masih waras kek! Dan Sin itu benar-benar ada!” Anna meraung keras.

“Maaf Anna, sepertinya kau harus pergi, aku telah salah membawamu ke rumah.”

“Tidaaakkk! Kakek! Jelaskan pada orang-orang ini aku tidak gila! Kakeekk!!”

Anna terus meronta saat akan dibawa ke rumah sakit jiwa. Ia terus menangis dan mengatakan bahwa ia tidak gila.

Ruangan serba putih itu hanya diisi satu orang saja, Anna. Sedari tadi ia hanya marah pada Sin sambil mencakar ranjangnya.

“Mencariku?”

Suara ini.

“Anna.”

“Sin! Kau gila!”

“Kau yang gila, lihatlah siapa yang masuk rumah sakit jiwa?”

“Kupikir kau temanku.”

“Teman? Tak sadarkah bila aku menipumu selama ini?”

Mata Anna terbelalak melihat kenyataan ini.

“Ketahuilah, aku hanya bersenang-senang, dan hanya memperalatmu.”

“Apa?!”

“Dan aku sebenarnya hanya khayalanmu saja, disini aku tidak nyata, hanya kau yang mampu bicara denganku.”

“Kau!”

Ruangan serba putih itu hening sekejap. Sunyi, hanya suara burung gagak yang menghiasi suasana. Anna menggertakan giginya dan langsung mengambil vas bunga dimejanya. Ia membuang bunga di dalamnya yang masih segar kelantai.

“Sepertinya aku sedikit bodoh, ya? Bunga ini seperti otakku yang tidak berguna, dan vas bunganya adalah aku.” Anna tertawa miris.

“Benar sekali, bagus jika kau sudah menyadarinya.”

Prang! Anna membenturkan vas itu ke meja. Terlihat vas itu pecah dan menampakkan sisi tajamnya. Wajah Anna yang manis berubah menjadi monster dalam sekejap. Sambil mengacungkan vas rusak itu, ia berjalan menuju Sin dengan wajah garang.

“Vas ini adalah aku yang rusak, dan aku akan membunuhmu!”

“Sayang sekali kau terlambat.” Sin tersenyum mengejek.

“Aku belum terlambat.”

Anna mengarahkan vas bunga itu ke jantung Sin. Tetapi, bayangan Sin memudar dan berganti dengan susternya.

“Nona Clionett jangan! Akhhkk….”

Darah segar dari perawat itu mengucur deras ketangan Anna. Ia tak percaya ini.

“Apa? Apa yang kulakukan?” Anna menjatuhkan perawat itu dilantai.

Seorang perawat masuk ke ruangan itu, “Irene apa yang.. oh! I..Irene?”

“Ma..maaf, aku tidak sengaja, maafkan aku.” Anna bergetar.

“Ada ribut-ribut apa ini? Oh! Apa yang terjadi? K..kau pembunuh!” Seorang dokter memandang tak percaya dengan peristiwa ini.

“Aku bukan pembunuh! Aku tidak sengaja.”

Dokter itu tidak mendengar Anna, ia langsung membius Anna. Ia pun pingsan ditempat. Anna dibawa keruangan serba putih oleh para perawat.

Beberapa menit setelah kejadian itu Anna terbangun dengan tangan terikat diranjang. Anna menangis ketakutan. Tiba-tiba terdengar suara yang Anna kenal.

“Kau sudah kalah An.”

“Aku belum kalah Sin!”

“Aku sudah memasukkan racun kedalam suntikan itu.”

“Kau bohong, aku belum mati.”

“Racun yang kuberikan hanya akan bereaksi saat kau sadar, seperti sekarang.”

Anna merasa seluruh sel tubuhnya sakit luar biasa. Tubuhnya seakan-akan disiksa di neraka. Ia merasa seperti dikukus hidup-hidup, wajahnya merah keunguan. Nafasnya tersengal-sengal. Dan ia mulai tidak bernapas sekarang.

“Misi balas dendam selesai, aku akan mengutuk keluarga Clionett yang telah mengurungku.”

Sin masih ingat saat salah seorang gadis Clionett jatuh cinta padanya dimasa lalu. Dan disaat keluarganya tahu, mereka mengurungnya dalam penjara yang pedih. Sejak saat itu, ia membenci keluarga Clionett. Semenjak keluarganya mengurung Sin, gadis itu merasa dirinya tidak berharga, suatu hari ia mati dengan mengenaskan. Sejak itu, semua keluarga Clionett yang merasa dirinya tidak berharga akan didatangi Sin. Mereka semua memiliki akhir yang buruk.

Sin menatap dengan datar wajah sang Clionett. Wajah putih Sin seakan tersamarkan oleh ruangan putih itu, hanya rambut pirang dan baju hitamnya yang terlihat di ruangan putih itu. Siapa kali ini yang akan didatanginya?

Tamat

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Thriller
Cerpen
Itik Buruk Rupa
Noer Eka
Novel
Bronze
WAR-TEL 89
Rizal Syaiful Hidayat
Novel
Tania!
Rakha Adhitya
Flash
Penggemar
Fitri F. Layla
Novel
Bronze
Di Balik Tirai Bursa
Hadi Hartono
Novel
Bronze
Sekelam Dendam Abraham
Randy Arya
Novel
NOW OR NEVER
Tuan Typo
Novel
Bronze
Antara Darah Dan Hati 2: Dream Reality Seri 1
Fahlevi Anggara Fajrin
Novel
POST-WAR
Andika purnomo
Novel
AIMER - The Night Watcher
Hazsef
Flash
Malang Tak Berbau
Fianaaa
Cerpen
Pengantin Bara
Vanillanil
Flash
Bronze
Sajadah yang Ternoda
Bakasai
Flash
Astaghfirullah
Hermawan
Novel
JEBAKAN MAYA
YUYUN BUDIAMAN
Rekomendasi
Cerpen
Itik Buruk Rupa
Noer Eka
Cerpen
Tragedi Berak
Noer Eka
Cerpen
Menggantikan Tukang Takjil
Noer Eka
Cerpen
Telepon Iseng!
Noer Eka
Cerpen
Beruntungnya
Noer Eka
Cerpen
Tentara Yang Sendirian
Noer Eka
Flash
Two Killers
Noer Eka
Cerpen
LARI!
Noer Eka
Flash
Hantu Kesepian
Noer Eka
Cerpen
Insomnia
Noer Eka
Cerpen
Penguasa Lautan
Noer Eka
Cerpen
Malam Itu
Noer Eka
Cerpen
Menunggu Hukuman Mati
Noer Eka
Cerpen
Masculine Woman
Noer Eka
Flash
Blog Misteri
Noer Eka