Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Drama
INNOCENT
0
Suka
1,224
Dibaca

Tuhan berkata manusia diciptakan dari tanah. Tapi mengapa sesama tanah bisa saling menyakiti? Aku bukan manusia yang tegar menjalani hidup ini. sudah berapa banyak manusia yang salah paham hanya melihat wajah ini?

Aku tidak bermaksud apa-apa. Mereka yang melihatku marah-marah dan kurasa moodnya sedang buruk. Bukan kemauanku memiliki wajah seperti ini. aku hanya diam, dan semua orang badmood karenaku. Bukan hanya orang lain, bahkan orang tua sendiri pun juga begitu.

Tiap badmood, ia marah-marah dan berkata “kamu tahu? Ibu tidak suka dicemberutin orang.”

Kalau aku bisa berkata, akan aku jawab, “aku juga tidak suka dilahirkan seperti ini. memangnya aku mau membuat orang lain salah paham hanya karena wajahku? Memangnya aku mau membuat semuanya membenciku? Aku pun tak ingin ini terjadi. Mengapa ibu tidak menyalahkan tuhan saja? Tuhan telah mengkaruniaimu anak berupa aku. Namun ketika bentuknya tak sesuai dengan yang kau inginkan, kau mengatakan hal yang seolah menggambarkan bahwa kau menyesal telah memiliki anak sepertiku.”

Namun aku hanya diam, menelan semuanya dalam diam dan berlalu di hadapan ibu.

Gerimis hari ini mengundang tangis seseorang yang telah dilanda kelelahan. Rasa sakit dipaksa untuk bangkit seolah diri ini adalah seonggok manusia yang tak berguna.

Hari itu berjalan seperti biasa. Aku menyesap cappucino di sebuah cafe. Menjadi Penulis membuat Aku bisa berjalan-jalan tanpa memikirkan pekerjaan yang ditinggalkan. Di sini Aku menemui seorang dokter Bedah. Ia teman lamaku. Aku sengaja membuat janji dengannya. Aku ingin menanyakan beberapa hal dengannya.

“Hai Tommy, apa kabar?” salamku saat bertemu dia.

“Hai Ge, makin hari makin oke aja nih.”

“hahaha, bisa aja.”

btw ada apa nih? Kok tumben banget ngajak ketemuan.”

“Aku mau operasi plastik. Tapi aku ga mau merubah wajahku. Kamu sanggup ga?”

“Hah? Emang kamu mau merubah apa? Merubah kelamin?”

“Aku ingin wajahku jadi ga judes lagi. bagaimanapun caranya, tapi aku ga mau merubah wajahku.”

“Ko, nanggung ya? Orang lain oplas biar cantik, lah elu biar ga dikatain judes aja? Yakin?”

“Yakin. Kalo lu ga mau oplas-in gue juga gapapa, gue mau suntik mati aja.”

“Sorry-sorry aja nih ya, kalo lu udah putus asa buat hidup, ga usah ngajak-ngajak gue. Lagian pemberian tuhan itu lebih baik kok. lu ga perlu frustasi kalo dikatain judes. Percuma, kalo bukan ajal lu, lu juga ga bakalan mati sekalipun lu udah suntik mati, Ge.”

Perkataan Tommy menamparku. Mungkin memang lebih baik aku menghindari semua orang. Mulai besok, aku akan menabung uang untuk kepindahanku ke kota lain, kalau perlu ke negara lain saja. Aku harus lebih bekerja keras untuk itu.

Aku membuat wishlist di catatanku :

  1. Aku ingin pindah kota alias transmigrasi ke provinsi lain.
  2. Aku tidak ingin menikah untuk mencegah membuat orang salah paham.
  3. Aku ingin hidup sendiri.

Pilihanku yang terakhir mungkin termasuk pilihan yang sangatlah berani. Manusia mana yang sanggup hidup sendirian?

Aku menghela nafas panjang. Aku sudah yakin atas pilihanku ini. untuk itu, aku harus menghubungi pacarku terlebih dahulu.

“Hallo sayang, kamu lagi sibuk?”

“ ... ”

“Kita ketemuan di tempat biasa ya.”

“ ... ”

Tut!

Belum sempat ia melanjutkan kata-katanya, aku sudah mematikan telfonnya. Setelah ini pasti ia marah-marah.

Keesokan harinya,

Aku bertemu dengannya. Tanpa basa-basi, aku langsung mengatakan kalau aku ingin putus dengannya. Ia tak terima dan menahan tanganku.

“Perasaan kita ga ada masalah apa-apa, Ge. Kenapa sih harus putus begini?”

“Dengerin aku, kita memang ga ada masalah apa-apa. Kita baik-baik aja. Aku rasa, kamu bisa dapetin cewe yang lebih baik dari aku. Bye, aku tuh sayang banget sama kamu. Tapi aku rasa lebih baik kamu bersama yang lain daripada sama ku. Biar kamu makin bahagia. Oh iya, tabungan nikah kita, udah aku transfer ke kamu semuanya. Aku minta maaf udah mutusin kamu secara tiba-tiba. Jodoh kamu tuh bukan aku. Aku bukan manusia yang baik untuk kamu. Kamu bisa ....”

“Kamu bisa ga sih dengerin aku sebentar aja? Aku tuh ga peduli sama perempuan lain. Yang aku peduliin tuh kamu. Cuma kamu. Kapan sih kamu ngertinya?”

“Tapi aku cape, Sam! Bukan Kamu yang jadi masalahnya. Tapi aku yang jadi masalahnya. Kamu ngerti ga sih?!”

Dia terdiam, sedangkan Aku hanya berlalu begitu saja tanpa melihat ke arahnya lagi. Aku harap dia baik-baik saja. Di tengah lautan lepas, aku harus melepasnya.

Dia yang membuatku yakin untuk bersanding dengannya, namun semuanya seakan runtuh dengan apa yang telah menimpaku. Wajah judesku ini tak akan menyenangkannya ketika ia telah menjadi suamiku. Aku tahu itu. mungkin lebih baik aku putuskan sejak awal, dia lebih baik bersama yang lain saja. Dalam usahaku ini, besok aku akan pergi ke sulawesi. Tanpa memberi tahu ibu, ayah serta adikku. Aku hanya berkata “aku harus melakukan riset di sulawesi. Mungkin baliknya ya sesudah selesainya novel ini.”

“Hati-hati,” ucap Ibuku.

Aku hanya menganggukkan kepala. Tak menjawabnya sedikitpun, dan mulai mencari Kos serta pekerjaan tetap disana. Aku tak akan kembali lagi. aku akan kembali jika Tommy mau untuk membuat wajahku tak judes lagi.

Ibu menelfonku, aku hanya melihat notifikasi itu tanpa berniat untuk mengangkatnya.

Setelah dering kedua, aku mengangkatnya.

“Hallo, Assalamualaikum.”

Waalaikumsalam. Kamu udah nyampe Kosan?”

“Iya, Bu. Alhamdulillah. Ibu udah makan belum?”

“Udah, kamu?”

“Udah dong.”

“Bu, kalau aku cari kerja sambil Riset di Sulawesi gimana menurut Ibu?”

“Boleh-boleh aja sih. Tapi emang bikin novel selama itu ya? Biasanya kamu cuma butuh waktu sebulan doang deh.”

“Kali ini lebih lama Bu, harus konsisten. Penerbitnya minta seratus bab buat novel kali ini.”

“Semoga cepat jadi ya, Nak. Ibu tutup dulu. Assalamualaikum

Tut!

Aku meneteskan air mata. Hatiku ini tak mengizinkanku untuk jujur pada Ibu. Aku pikir, mungkin harus pelan-pelan. Aku harus berkeliling cari kerja atau Aku jualan saja disini. Biar ada alasan kalau disuruh pulang lagi.

Aku memutar otak, akhirnya Aku memutuskan untuk berjualan saja. Jualan baju mungkin oke juga. Aku punya keterampilan jahit, mungkin lebih baik Aku jualan baju kemudian mendesainnya supaya laku.

Pada hari pertama, jualanku lumayan laku, selama sebulan Aku sudah untung banyak dari jualan baju. akhirnya, Aku memberanikan diri untuk mendesain baju. selama setahun, karyaku akhirnya di pamerkan dalam sebuah talkshow.

Sesudah acara talkshow, Aku mampir ke sebuah rumah makan padang. Aku menemukan Sam, mantanku setahun yang lalu. Ia duduk didepan seorang wanita muda, yang Ku taksir ia adalah kekasihnya.

Aku duduk membelakangi Sam. Aku harap Sam tidak melihatku. Namun takdir berkata lain. Sam melihatku. Ku lihat matanya berkaca-kaca. Aku hanya tersenyum.

“Sam, apa kabar?”

“Kamu Ge kan?”

“Iya.”

“Kamu makin bahagia ya sekarang,” sapaku. Meski Aku tengah menahan tangis juga melihat Sam berkaca-kaca seperti ini.

“Kamu salah, aku tidak bahagia tanpa kamu.”

“Kamu kapan nikah?” tanyaku.

“Aku tidak akan nikah kalau tidak bersamamu,” sahut Sam. Namun seorang Wanita menginterupsi percakapan kita.

“Sam sayang, kata Mama, besok kita fitting baju pernikahan loh. yuk makan terus pulang, besok kita fitting baju.”

“Semoga bahagia, Sam. Jodoh itu ga kemana ya mbak. Hehe. Aku turut bahagia kalau Kamu bahagia juga. Jangan lupa undangannya ya? Aku diundang ga?” sahutku.

“Ehm, aku baru liat wajah kamu. Kamu ini temennya Sam ya?” tanya Wanita itu

“Dia itu ma ....”

Sebelum Sam menyahut, Aku potong ucapannya.”Iya saya temennya Sam, mbak.”

“Ya udah kalau gitu, besok habis fitting baju, kita ketemuan ya. Kita ketemuan lagi disini. Bye mbak. Saya udah selesai makan. Saya pulang dulu ya”

“Hati-hati.”

Aku hanya menggelengkan kepala ketika mendengarnya. ‘Bilangnya ga bakalan nikah, tapi fitting baju pengantin. Sejak putus, dia makin aneh.’ Pikirku.

Hari ini aku mempersiapkan diri untuk bertemu dengan klien. Saat talk show kemarin, ternyata ada yang tertarik dengan desain bajuku. Jadi ia menghubungiku untuk memintanya menjadi desainer baju pengantinnya.

Pukul sembilan tepat Klienku datang, dan yang kutemui adalah Sam dan Tunangannya.

Aku tahu mereka berdua pasti kaget. Namun Aku hanya tersenyum. Luka lama belum pulih dan ditambah luka lagi. aku hanya menertawakan diriku sendiri.

“Selamat pagi, mbak. Wah, kita ketemu lagi ya”

“Ohh, hai. Ternyata kamu ya desainernya. Aku ga ngeh banget deh.”

“Hai Ge, Kamu makin sukses sekarang.”

“Terima kasih Sam, ini berkat Kamu juga kan?”

Sam hanya tersenyum. Tak berkata apa-apa.

Kita berbincang lama seputar pernikahan, kemudian, anne, Tunangan Sam pamit ke toilet.

Sam menatapku dengan pandangan penuh rasa salah.

“Ge, aku bisa jelasin ini.”

“Apa yang mau di jelasin Sam? Aku sudah memperkirakan semuanya. Aku sudah bilang dari awal, kamu ga salah, tapi Aku yang jadi masalahnya. Kamu ga perlu menjelaskan semuanya karena semuanya salah Aku.”

“Ge, dengerin Aku. Semuanya bukan salah Kamu. Itu takdir, Ge. Kamu ga perlu berpikir sejauh itu.”

“Saat itu, Aku berfikir tentang semuanya. Semuanya yang terjadi di hidup Aku. Mulai dengan bullying yang Aku alami, hingga ujaran kebencian dari orang yang paling aku sayangi. Ge sayang Sam, tapi kita lebih baik seperti ini saja. Seorang Istri harus mampu menyenangkan Suaminya. Namun, Aku tidak akan mampu melakukan hal itu dengan wajah yang aku miliki. Karena itu Aku melepasmu.”

Sam terdiam. Ia terperangah mendengar alasanku. Hal yang tak pernah Ia perkirakan akan meluncur dari mulutku.

“Sam maunya sama Ge, bukan sama anne. Anne adikku, Ge. Tidak mungkin Ia akan menikah denganku. Kamu sudah lupa dengan Anne?”

“Anne?”

Sejenak aku lupa dengan Anne. Namun yang pasti Sam sangat berusaha untuk meyakinkanku selama setahun ini. bahkan Ia mulai meyakinkanku juga untuk pulang.

Dua tahun tak pulang membuatku rindu. Aku menginjakkan kaki dirumah bersama dengan Sam. Ibu menyambutku sewaktu menginjakkan kaki dirumah. Rasanya adem. Tak ada kesunyian yang Aku katakan. Sam benar, senyaman-nyamannya Rumah adalah Rumah Ibu. Akhirnya, enam bulan kemudian, Aku menikah dengan Sam.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Novel
Ranum
Merta Merdiana Lestari
Cerpen
Bronze
Tarian diatas Kanvas
Siti Aminatus Solikah
Cerpen
INNOCENT
Momo hikaru
Skrip Film
The Good Friend
DENKUS
Cerpen
Bronze
Proposal Hati (Series 3)
Airun Atnis
Komik
Pristine Spring
Izumi
Skrip Film
Amelia is Dead
Talitha Desena Darenti
Cerpen
Bronze
Kado Spesial
Syauqi Sumbawi
Skrip Film
Diary untuk Arland (Script)
Rika Kurnia
Flash
Re-Send
Momo hikaru
Flash
Nirleka
Yosephine Syah
Flash
Delana
Donny Setiawan
Novel
Saf Belakang
Adelia Silmi Rambe
Flash
Chandramaya
Donny Setiawan
Novel
Gold
Perfect Purple
Mizan Publishing
Rekomendasi
Cerpen
INNOCENT
Momo hikaru
Flash
Re-Send
Momo hikaru
Flash
CAKRAM
Momo hikaru
Cerpen
Millboy
Momo hikaru
Novel
BUNGA TANPA AKAR
Momo hikaru