Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INISIAL S
Oleh : ammar
Pernahkah kalian menunggu pesanan makanan, menunggu teman minta dijemput tapi belum mandi, menunggu Ibu yang sedang belanja di pasar? berapa lama kalian menunggu 30 menit, 1 Jam, 2 Jam? Tapi pernahkah kalian menunggu seseorang yang dinantikan selama 6 Lahun hampir 7 tahun Bukan waktu yang singkat, tapi begitu sabarnya sampai menunggu selama 6 tahun. Memang bodoh tapi hanya dialah yang mampu menaklukkan hati beku nan kecilku ini.
"Man, ada siswi baru masuk hari ini" wadi tiba-tiba berlari ke arahku. "siapa namanya, dari mana, sebelum sekolah di sini dulu sekolah di mana?" Aku memberikan pertanyaan spontan kepada wadi. "gak tau" Jawaban singhat dari wadi, awalnya aku tidak begitu peduli dengan kepindahannya karena di sekolahku sudah biasa siswa-siswi datang dan Pergi. Pagi itu kelasku, kelas 8 B. riuh dengan kepindahan Siswi satu ini. Sekolah kami memisahkan kelas antara laki-laki dan Perempuan sehingga Jarang bertemu. Ada waktu tertentu laki-laki dan Perempuan bertemu pada saat waktu solat, Jam istirahat dan Jam Olahraga.
Pertemuan Pertamaku dengannya saat solat yang mana niat solatku pata waktu itu untuk menyembah, tertelan niat awalku utuk menyembah kepada tuhan karena kehadirannya tepat di sampingku, seketika langsungku tersentak melihatnya ditambah dengan aroma mukenanya yang membuatku lupa tujuanku ke mushola.
“di, dia siswi baru kata teman teman itu?” tanyaku ke wadi
“iya, dia dulu sekolah SD di dekat SD kita. Cantikkan?” jawabnya singkat
Aku hanya terdiam tanpa menjawab pertanyaan dari wadi bagaikan ada kekuatan magis darinya sehinga pandanganku tak bisa lepas darinya. Terpesonaku pada pandangan pertama membuatku lupa dengan dunia dan halnya. Perlahan dia menghilang dari indra pengelihatanku terlahap oleh batas persenjangan antara dua kelamin.
“nanti pulang sekolah kenalin yaa” kataku pada Irah setelah solat. Kebetulan dia satu sekolah SD dengannya.
“kamu suka” celetuk irah tiba tiba.
“gak lah, cuma mau kenalan doang” kataku respon.
"nanti aku kenalin" jawab irah.
Waktu pulang sekolahpun tiba tapi ku tidak menemukan sosoknya di hadapanku.
Lima hari hari berlalu sejak kejadian itu dan akhirnya tuhan menakdirkam kami bertemu juga dengan perantara Irah yang memperkenalkanku.
"halo" sapaku malu
"hai" balasnya singkat
Suaranya lembut bagaikan kapas yang terbawa angin yang hinggap di hatiku.
"Suaramu begitu indah nona" pujiku
"iiihh" tersipu malu dengan pujianku
"siapa namamu" tanyaku kaku
"inisial S" singkat jawabannya
"inisial S siapa? Kenapa tidak langsung beri tau namamu" tanyaku sangat penasaran
"nanti juga kamu akan tau namaku" jawabnya semakin membuatku semakin penasaran.
Dia langsung pergi dengan teman temannya meninggalkanku yang masih mematung di depan gerbang sekolah. Dunia ini penuh dengan kebetulan dan kebetulan yang paling aku sukai adalah bertemu denganmu. Peluang keberhasilan untuk bertemu denganmu mungkin 0,1% beruntungnya aku bisa merubah persentase yang sangat kecil itu menjadi sebuah kenyataan.
Saat hari kemerdekaan Indonesia aku ditawari untuk menjadi pengibar bendera oleh wadi
“man, kamu mau nggak jadi pengibar bendera tanggal 17 nanti?” tanya wadi Ketika kami berada di kantin pada jam istirahat
“malas ahh ajak aja orang lain” jawabku malas
“tapi salwa ikuk jadi pengibar bendera” katanya langsung membuatku terkejut
“Salwa? Nama murid baru itu?” tanyaku semangat
“iya, kamu belum tau Namanya? Tapi sekarang kamu taukan”
“iya di” jawabku dengan senyuman lebar
Saat itu aku yang semula tak berhasrat menjadi pengibar bendera tiba tiba semangat perjuangan pahlawan yang telah gugur saat memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia merasuki tubuhku.
“ oke, nanti sore di lapangan kita kumpul untuk latihan perdana” wadi memberikan informasi kepadaku
Aku yang masih tersenyum membayangkan bertemu dengannya lagi di lapangan sampai sampai gorenganku pegang saja takku makan.
Dari semua siswa yang Latihan sore itu hanya dia yang ku perhatikan dari awal sampai selesai. Aku coba beranikan diri untuk berbicara dengannya tapi keduluan dengan laki laki lain sialan umpatku dalam hati. 17 Agustus pun tiba, aku dan dia sama sama menjadi pengerek bendera.
“wa, sudah sarapan gak?” tanyaku setelah selesai upacara
“sudah di rumah tadi pagi” jawabnya lemas karena Lelah berdiri
“ mau minum gak?” sekali lagi aku menawarinya
“makasih nanti bisa beli sendiri” dan sekali lagi menolak
Mungkin dia tidak mau merepotkan orang lain atau memang dia tidak mau denganku, entahlah kita hanya melakukan rencana dari si perencana. Siapa sangkan percakapan singkat dengannya waktu itu menjadi yang terakhir sebelum kami kertemu Kembali.
Saat acara kelulusan tiba aku hanya bisa memandangu belakang ppunggungnya saja. Ingin sekali rasanya mengucapkan selamat kepadanya tapi kuurungkan niatku karena tak berani lagi aku mengajaknya berbicara. Kami melanjutkan ke SMA yang berbeda, setelah saat itu aku kehilangan semua informasi tentangnya. kukira aku bisa melupakanmu dengan bertemu teman baru, ternyata tak segampang itu melupakan wangimu.
“man, tau gak salwa sudah punya pacar” wadi yang menjadi teman SD sampai SMA memberi tauku
Bagaikan tersengat Listrik bertegangan tinggi aku hanya bisa mematung tanpa menjawab wadi. Banyak Wanita yang mendekati dan kudekati tapi anehnya taka da satupun diantara mereka yang membuat perasaanku sama saat bertemu denganmmu sampai hari kelulusan SMA. Tak ada romantic, cinta yang kudapad di sana hanya gundah gulana yang menyelimuti hati tanpa reda.
Sampai pada dunia perkuliahan, aku mendapat kabar bahwa di satu fakultas beda prodi denganku. Tapi apalah artinya yangku dapatkan hanya luka lara yang masih menganga yang belum sembuh sepenuhnya.
Duniaku berubah sejak pertengahan semester enam. Kala itu aku sedang nongkrong Bersama teman-temanku, kebetulan atau sebuah takdir salah satunya adalah keluarganya.
“san, salamun saya ke salwa” waktu aku mengatakannya penuh harapan pesanku tersampaikan kepadpanya.
“besok aku salamin ke dia” jawabannya singkat tapi sangat kuharapkan
“minta nomor whatsappnya sekalian” pintaku
Langsung dia kirimkan kepadaku tapi hamper sebulan kumengumpulkan keberanian hanya untuk menanyakan keadaannya. Pada malam itu kuberanikan diri sebuah pesan singkat untuknya, dan ternyata semua ekspektasiku salah besar. Mulanya dari pesan singkat menjadi pesan yang sangat serius, kuberanikan diri mengajaknya pergi ke took es krim, di sana dia menceritakan semua hal yang ingin ditanyakan kepadaku. Mulai dari kenapa aku menghilang waktu itu? Pas dia menghilang kenapa aku tidak mencarinya? Kenapa?? Dia juga menceritakan hubungan toxic dengan mantan pacarnya dulu, semua keluh kesahnya dia ceritakan kepadaku. Aku hanya bisa mendengarkan dan menenangkannya memberikan Solusi walaupun pada saat itu aku tak punya pengalaman sedikitpun tentang perasaan.
Seminggu setelah kejadian itu dibarengi dengan usaha, aku beranikan diri untuk mengajaknya berpacaran dan menerimaku. Sulit dibayangkan betapa senangnya diriku. Ingin sekali rasanya aku terbang karena terlalu senangnya. Jujur dia adalah pacar pertamaku. Tapi ada hal yang selalu mengganjal dan masih banyak pertanyaan yang aku masih tidak yakin dengannya. Semoga saja dengan berjalannya waktu semua keraguanku terjawabkan, ssupaya tiada dusta diantara kami, tiada hal yang harus ditutup-tutupi. Aku sudah kasih somua cintaku padamu, misal kamu bukan orangnyanya mungkin aku tak bisa merasakan jatuh cinta lagi karena kaulah cinta terakhirku.
TAMMAT