Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Lagi-lagi, punggung seorang gadis kecil bersemayam dalam mimpi Rara.
Kedua bahunya yang kecil terlihat bergetar, namun bergerak naik turun tak teratur. Kedua sikunya terangkat ke samping kiri dan kanan, kesepuluh jarinya berulang kali mengusap wajahnya yang tak terlihat oleh mata Rara. Meski tak ada suara dari gadis itu, sekujur kulit Rara meremang namun dia sendiri tak paham mengapa.
Ingin sekali Rara menghampiri gadis itu, menepuk bahunya untuk menanyakan keadaannya. Kedua kakinya sudah mulai terangkat untuk melangkah, namun tiba-tiba tubuhnya membatu.
“Ibu tak tahan denganmu karena kamu sama kasarnya dengan ayahmu.” Suara Mia menerjang gendang telinganya.
“Mengapa untuk hal seperti ini saja kamu nggak bisa?” Ini adalah suara Mia yang kedua kalinya.
Kedua bola mata Rara memanas. Dia merasakan ada air yang mengisi pelupuk matanya hingga tak menyadari gadis itu lenyap dari hadapannya.
“Mengapa kamu membiarkan aku merasakan semuanya sendirian?” Kali ini Rara mendengar penghakiman yang berasal dari suaranya sendiri.
“Mengapa kamu nggak ikut mati bersamaku saja?”
Pertanyaan itu membuat pandangan Rara mengabur, namun dia melihat warna putih serta garis tipis berbentuk kotak-kotak serta sebuah bola lampu yang terpasang di atas sana. Piyama yang melekat di tubuhnya terasa lengket. Selimut yang menutupi dadanya ...