Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Aksi
Bronze
I Have Nothing
4
Suka
1,099
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

“Satu …!”

Wasit tinju menepuk-nepuk matras di depan wajahku, aku sudah tersungkur akibat pukulan telak di bagian wajahku.

Tidak kusangka di awal karirku, aku akan langsung bertanding dengan seorang petinju andalan yang terkenal sudah banyak membuat lawan KO. Tubuhku memang besar, otot menonjol di mana-mana, tapi pada saat wasit berteriak menghitung, napasku sudah di ujung.

“Dua …!”

Wasit terus menghitung, jujur saja aku sudah tidak kuat, penglihatanku sudah mulai kabur, sulit untuk melihat dengan jelas. Sorakan-sorakan semakin bergemuruh, lawan sudah merasa di atas angin, dan sudah berlari-lari mengelilingi ring tinju merayakan lebih awal kemenangannya, bersama pendukung-pendukungnya.

“Tiga …!”

“Bangun, Brent!” teriakan seseorang di luar arena.

Aku tidak bisa meresponsnya, jantungku berdebar, adrenalin terpacu dengan begitu ganas, menyebabkan napasku tersengal-sengal. Pertandingan ini berlangsung sangat panjang, aku juga tidak mengira akan bertahan hingga detik ini.

“Brent, nasib kami ada di tanganmu!” teriakan lainnya.

“Brent, kau bisa!” teriakan laki-laki yang amat kukenal terdengar, membuat aku sedikit termotivasi lagi untuk bangkit dan melanjutkan pertandingan.

“Brent, ingatlah negara ini membutuhkanmu!” teriakan lainnya terdengar, membuat aku teringat tentang tujuanku naik ke atas ring ini.

Negaraku di ambang kebangkrutan, katanya aku menjadi satu-satunya pilihan untuk menarik minat negara lain. Karena itu, aku langsung bertanding dengan lawan yang sulit ditumbangkan, mereka bilang aku si kuda hitam. Terdengar egois memang, tapi aku tidak bisa menolak, karena dengan kata lain, aku sejatinya memang asuhan negara, setelah orangtuaku dengan keji membuangku di tempat sampah.

“Empat …!”

Orang-orang semakin melompat-lompat, siap merayakan kemenangan dari lawanku, aku masih saja tertungkup di bawah. Dari awal pun, semua orang sudah banyak yang skeptis dengan pertandinganku, karena menurut mereka, aku sudah pasti bukan lawan yang seimbang, tapi aku berhasil membungkam mereka dengan memenangkan poin di awal pertandingan.

“Lima …!”

“Brent, ini kesempatan bagus! Kau harus bangun, kau berjanji padaku, kau berjanji untuk melawan semuanya! Ini kesempatan bagus! Ini jalanmu, Brent ayo bangun!” teriakannya lagi.

“Enam …!”

Baiklah, ini untuk negara dan masa depanku, aku mulai mencari sisa tenagaku, dengan susah payah aku mencoba bangkit. Perlahan-lahan aku berdiri, memukulkan tanganku yang berlapis sarung tinju berwarna hitam, kesukaanku.

“Bagus, Brent! Tumbangkan dia! Kau bisa!”

Aku kini bisa melihat semua orang, termasuk lawanku yang kembali berhadapan denganku. Wasit mendekatiku, bertanya, apa aku masih kuat untuk bertanding lagi atau tidak, aku menganggukkan kepala sebagai jawaban, aku tidak bisa menjawab secara langsung, mulutku terhalang dengan karet pelindung gigi.

Suasana semakin panas, keriuhan di dalam ruangan menggetarkan arena, bahkan juri yang duduk di bawah ring, berdiri melihat aku yang kembali berdiri. Aku siap, jika ini menjadi pertandingan terakhirku aku tidak akan menyesal, karena aku sudah berjuang mati-matian, meskipun, pastinya satu negara akan kecewa kepadaku.

“Hadirin sekalian, pertandingan akan dilanjutkan setelah bel dibunyikan!”

“Ayo, Brent! Lanjutkan, kau pasti menang! Abaikan semua kekhawatiranmu!”

Aku ingat semua teknik-teknik yang aku pelajari saat latihan yang hampir membunuhku. Lawanku memang kuat, tapi stamina yang ia miliki tampaknya sudah mulai menurun, ini jadi kesempatan bagus untukku yang mendapat tenaga baru, yang entah dari mana datangnya.

“Bagus, Brent! Pertahankan!”

Aku maju mengejar, pukulan-pukulan samping mengenai tubuhnya, juga wajahnya, lawanku terdorong mundur, aku berlari, ini kesempatan emas bagiku. Lawanku sudah terpojok, tinggal mencari celah, aku perhatikan baik-baik, hingga aku melihat satu celah yang janggal, kemudian…

Bugh!

Satu pukulan keras melayang padanya, lawanku tersungkur, dan berakhir terlentang, wajahnya babak belur sama sepertiku. Napasku tersengal-sengal, tapi aku senang melihat lawanku tak berdaya. Aku masih memburu tubuhnya, tapi wasit segera memisahkan kami.

Pendukungnya seketika diam, tak perca...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp3,000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Aksi
Cerpen
Bronze
I Have Nothing
Yutanis
Novel
Patih Nyasar!
Syarif Hidayatullah
Novel
Bronze
The Story of Jawata: Manusia Setengah Peri
JWT Kingdom
Flash
Adzan Maghrib
Mahmud
Novel
Bronze
MUDRA
Mega Yohana
Flash
Youth
Yaz
Cerpen
TARUNG
Maldalias
Flash
Bronze
Tropis Membeku, Subtropis Terbakar
Karlia Za
Flash
Ketika Gerimis Bermula
Cheri Nanas
Flash
Kesaksian Langit
Alita
Flash
Bronze
The Amazing Sock Squad
Viona fiantika
Novel
Gold
Catwoman
Mizan Publishing
Novel
Bronze
RAJAPATI
Robby Kusumalaga
Novel
Kisah Para Penyamun dan Tujuh Pemberani
Dirman Rohani
Novel
Kavga
priamula
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
I Have Nothing
Yutanis
Flash
Hukuman Paling Berat
Yutanis
Flash
Masih Pantaskah Kau Kupertahankan
Yutanis
Flash
TERDAKWA
Yutanis
Flash
Laras Hebat!
Yutanis
Novel
Bronze
EGOIS
Yutanis
Cerpen
Bronze
Balada Tempat Sampah
Yutanis
Cerpen
Bronze
REKAM
Yutanis
Novel
BANDUNG TERUNGKAP
Yutanis
Flash
Masih Pantaskah Kau Kupertahankan
Yutanis
Flash
Tolong Lihat Aku
Yutanis
Flash
Masih Pantaskah Kau Kupertahankan
Yutanis
Flash
Masih Pantaskah Kau Kupertahankan
Yutanis
Flash
Kejar Woi, Kejar!
Yutanis