Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Drama
Hujan di Musim Panas
1
Suka
3,795
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator


Namaku Helios. Nama perempuan yang kusuka adalah Euria. Kami masuk PTN yang sama dari SMA yang sama. Dua tahun sudah berlalu sejak kami saling mengenal satu sama lain.

 Setiap orang punya cerita dan ini adalah ceritaku. Ceritaku adalah mencoba menerima dirinya yang bahkan belum selesai dengan masa lalunya. Pernahkah kalian mengalami cerita seperti itu? Jika tidak, aku harap kalian tidak akan pernah mengalaminya. Karena ini sangat menyakitkan sampai rasanya aku ingin mati saja.

Langkahku terhenti tepat dibelakang bayangannya. Wajah sayunya menoleh kearah luar jendela. Cahaya oranye Matahari yang menerpa wajahnya membuat keindahan yang ia meliki mencapai titik maksimal. Matanya yang indah sedang mengunci tatapannya kepada satu orang, Rayden, sang mantan pacar yang membuat perempuan didepan ku ini menutup akses pintu hatinya untuk lelaki lain, sekalipun untuk ku yang sekarang sudah berstatus pacarnya.

“Lagi?” gumam ku. Tanganku bergerak memakaikan jaket, karena suhu udara makin turun.

Tangannya menepis halus. Menolak untuk dipakaikan jaket. “Sudah kubilang ini tidak akan berhasil. Kamu bodoh jika terus ingin meneruskan hubungan ini.”

Ucapannya barusan lumayan menusuk hatiku. Maksudku, kita baru beberapa bulan menjalin hubungan, bukankah masih banyak waktu dan kesempatan untuk kedepannya?

Matanya kembali menatap lelaki itu. Padahal sudah jelas lelaki itu kini tertawa lepas bersama perempuan lain. Bukankah pacarku ini malah terlihat lebih bodoh? Ah, lupakan. Dalam kasus ini kami sama-sama bodoh, mungkin.

“Ayo pulang.” Tanganku terangkat ingin menggandeng tangannya. Sekali lagi, tangannya menepis dengan halus.

“Pulang saja duluan. Aku ingin pulang sendirian.”

“Pulang sendirian lalu menangisi laki-laki itu kan? Jika kau melakukan itu, kau akan terlihat bodoh dimatanya.”

“Ya, seperti kamu yang terlihat bodoh dimataku.”

“Sampai kapan? Sampai kapan kamu akan terus menaruh hati padanya?” Aku berucap setenang mungkin. Tetapi mata merahku nampaknya tidak bisa berbohong untuk masalah emosi kali ini.

Euria menghembuskan napasnya dengan sedikit frustasi. “Sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan. Sudah kubilang menyerah saja! Bahkan jika kamu berjuang sampai matipun ini tidak akan ada hasilnya!”

“Kalai begitu beritahu aku bagaimana caranya aku mencintai orang lain selain kamu? Tidak peduli berapa kali musim berganti, pada akhirnya aku akan jatuh kepada mu.”

Euria membuang wajahnya. Ia terus menghindar dari tatapan mataku. “Setidak ingin itukah kamu melihatku? Lalu kenapa kamu menerima ajakan kencan dengan ku waktu itu?”

“Maaf. Aku hanya kasihan pada mu waktu itu. Aku akan pulang duluan.”

Langkah kaki dan bayangannya perlahan meninggalkan ku diruangan yang sepi ini. Kini hanya aku, dan luka hatiku, yang tertinggal diruangan yang tenggelam dalam kegelapan.

Aku menatap dua kaleng kopi yang sudah kosong. Malam ini aku terjaga, sambil terus bergelud dengan segala macam pikiranku. Aku terus bertanya-tanya apakah aku harus terus menjadi bodoh untuk memperjuangkannya atau benang layangan ini harus kulepas? Membiarkannya terbang bebas, akan tetapi membuatku terbelenggu dalam rasa tanpa balas.

Aku tahu, hubungan ini terlihat sangat aneh dimata orang-orang, akan tetapi bagiku, bisa memilikinya adalah sebuah kebahagiaan tersendiri. Setiap kali aku memilih jalan yang berbeda, kenapa aku tetap berakhir mencintai dirinya? Walaupun aku tahu aku tidak akan pernah dicintai olehnya, bahkan jika hanya aku laki-laki yang tersisa dibumi ini.

Sebaiknnya aku segera tidur. Pikiranku mulai kacau. Ingat teman-teman, mencintai dia yang jelas-jelas tidak mencintai kita juga butuh tenaga. Selamat tidur diri ku. Selamat tidur Mawar hati ku. Kuharap kau menjadi bunga tidurku malam ini.

Ini hari tercerah yang pernah kutemui. Musim panas kali ini, Mataharinya sangat terik. Semoga kulitku tidak terbakar. Aku bertemu dengan Euria didepan gerbang kampus. Aku mengajaknya untuk masuk kedalam bersama-sama, namun tidak dipedulikan olehnya. Lagi-lagi aku hanya bisa berjalan dibelakang bayangannya.

 Aku berjalan melintasi lorong-lorong kampus yang diisi berbagai macam mahasiswa/i. Tanganku membawa dua botol minuman. Aku berniat memberikan Euria salah satu minuman yang ada ditangan ku. Aku terus berjalan sambil berharap dalam hati kecilku Euria mau menerima ini, namun apa yang kulihat didepanku saat ini? Euria yang sedang berpelukkan dengan Rayden. Ah, kenapa lelaki itu muncul lagi sekarang? Aku melangkah mendekati mereka dan menarik Euria menjauh dari pelukan lelaki itu.

“Kupikir ini tidak sopan. Kau memeluk perempuan yang sudah mempunyai pacar.” Ucap ku.

“Aku hanya ingin mengambil kembali Euria. Anggap saja kalian sudah putus sekarang. Jadi bisa kau lepaskan tanggannya? Sepertinya Euria kesakitan.”

“Aku tidak akan melepaskan tangannya.”

Tiba-tiba Euria menghempaskan tanganku dan membuatku terkejut. Dia tidak pernah sekasar ini bahkan jika dia sedang marah denganku.

“Kita berakhir Helios. Aku akan kembali kepada Rayden. Terimakasih dan aku meminta maaf untuk semua perlakuanku selama ini.” Euria berjalan kearah Rayden, dan memegang tangannya.

“Kau benar-benar akan pergi dengan laki-laki yang pernah mencampakkan mu? Euria jangan bertindak bodoh!” Emosiku sedikit tidak terkontrol kali ini. Nada bicaraku terdengar sedikit membentak Euria.

“Aku memang bodoh, tapi jangan lupa kalau kau lebih bodoh. Jadi ayo hentikan semua hal bodoh ini! Aku bahkan tidak pernah tertarik dengan mu, Helios. Ayo akhiri semua ini sampai disini.” Euria berbicara dengan suara yang bergetar. Rayden yang berada disampingnya langsung mendekap Euria kedalan pelukkannya.

Setelah kupikir lagi, mungkin memang harus berakhir sampai disini. Aku melangkah meninggalkan tempat itu. Mataku rasanya sakit. Aku menangis tanpa suara. Setelah semua perjuanganku, kenapa malah berakhir seperti ini? Tuhan, maaf, kali ini aku tidak percaya apa yang orang-orang katakan bahwa usaha tidak akan mengkhianati hasil, nyatanya sekarang aku dikhianati oleh hasil itu sendiri.

Aku akan tetap mengingat semua tentang dirinya. Tawanya, tangisnya didepan seseorang yang bukan aku. Saat ia bersandar dibahu orang lain. Sore dimana aku meilhatnya menangis untuk pertama kalinya. Bahkan pagi hari saat ia menatap sayu kepada mantan kekasihnya saaat itu, aku akan selalu mengingat itu semua. Aku juga akan selalu mengingat bahwa ia pernah mengisi sudut terdalam ruang hati ku.

Terimakasih telah singgah. Walau singgahmu hanya seperti hujan dimusim panas. Kedatanganmu bergitu menyejukkan, walaupun kepergianmu membuatku kesakitan.

 

Ayo kenalan sama penulis cerpen ini!

 

           Rayna Noor Azizah, lahir di Jelapat pada 01 Maret 2001. Anak kedua dari tiga bersaudara. Ia adalah alumni dari MAN 1 Hulu Sungai Tengah dan sekarang tercatat sebagai mahasiswi di STMIK Indonesia Banjarmasin. Motto hidupnya adalah, “Lebih baik menyesal karena mencoba dari pada menyesal karena tidak mencoba.”

           Ia mempunyai hobi yang beragam. Seperti membaca novel, manga, menonton anime, film, drama korea-Jepang-China, mendengarkan musik dan main game. Hobi-hobinya tersebut mendukungnya untuk mulai menuangkan kratifitasnya dalam sebuah cerita pendek ini. Dengan dibuatnya cerita pendek yang menurutnya masih banyak kekurangan ini, ia harap dirinya akan terus berkembang dan belajar.

 

 

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Novel
Orang Orang Di Atas Angin
Yovinus
Flash
Masih Pantaskah Kau Kupertahankan
Yutanis
Cerpen
Hujan di Musim Panas
kecoa writer
Novel
Pilihan Peran
Heri Prabowo
Novel
Cabe Rawit Beracun.
Maina Zegelman
Cerpen
Well-being for all is not a dream. It is possible, realizable, owing to all that our ancestors have done to increase our powers of production. We know, indeed, that the producers, although they constitute hardly one-third of the inhabitants of civilized
Miftahudin
Novel
Bronze
Binder Biru
Erica Agustina
Novel
Bronze
KEDUA KALI
Novya
Novel
BENANG TAKDIR
Ira A. Margireta
Novel
Unmeasured Bread
zeytanzil
Cerpen
Umi Kalsum
Deasy Wirastuti
Flash
Bronze
Let's Go, Mango!
Silvarani
Novel
LAUT DAN UDARA
ajitio puspo utomo
Novel
Pelangi Merah Putih
Fevyannin Kivlanella Fathiaz
Novel
Bronze
16 Km
Risna Pramesti
Rekomendasi
Cerpen
Hujan di Musim Panas
kecoa writer
Novel
Bloody Embrace
kecoa writer
Cerpen
Suara untuk Bintang
kecoa writer
Novel
Trustful
kecoa writer