Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Ditulis 26 Agustus - 30 September 2025
"Sampai kapan kita mau nyelesaiin skripsi kalau mata udah ijo lihat merah-merah kayak gini?" Tiwi, sahabat senasib seperjuangan. Dari prodi yang sama, satu kamar kos, serta bekerja di bidang yang sama. Bukan cuma itu, nasib kami dalam hal skripsi pun sama. Sama-sama tidak selesai-selesainya.
Beberapa teman yang sudah wisuda bilang kalau kami beruntung bisa bekerja serta cukup sejahtera dalam hal keuangan.
Sebenarnya, gaji kami terhitung standar karyawan kontrak. Hanya saja, kami di untungkan dengan lingkungan kerja yang tidak toxic. Mereka benar-benar baik, tidak ada praktik senioritas. Bahkah beberapa di antara mereka sering membawa puluhan roti, cake dari bakery ternama untuk diberikan kepada teman satu kantor. Aku dan Tiwi bahkah sepakat jika mereka adalah jenis orang kaya yang bekerja karena gabut. Selain karena lingkungan kerja yang sehat, kantor juga memberikan bonus jika pendapatan berlebih. Bonusnya bisa berupa uang atau jalan-jalan. Jika mengingat ini, kami betul-betul merasa beruntung terlebih setelah mendengar curhat-an dari beberapa teman yang mengaku sulit mencari kerja. Jika pun ada, bertolak jauh dari apa yang mereka pelajari. Selain itu, gajinya juga main-main. Sejujurnya pekerjaan yang aku dan Tiwi lakoni pun jauh dari program studi kami. Kami menimba ilmu di jurusan Tata Boga namun bekerja sebagai dubber serial kartun di yang ditayangkan di YouTube dan televisi daerah.
Ucapan teman-teman kami, serta lingkungan kerja yang benar-benar menyejahterakan karyawan membuat kami semakin merasa nyaman dengan pekerjaan hingga berleha-leha dalam menyelesaikan skripsi. Apalagi sore ini kami dapat bayaran.
"Asih! laper nih. Makan yuk!"
Aku menoleh. Menatap Tiwi yang mukanya sudah seperti kertas terlipat.
"Hah! Terus ngobrol skripsinya gimana?"
"Sekalian pas makan kan bisa, Neng! Pliss deh."
"Iya deh," ucapku setuju-setuju saja.
Kami jalan sebentar, menyeberang jalan lalu berhenti di warung nasi padang. Sebuah peraturan tak tertulis bahwa warung padang adalah tempat makan-makan setelah gajian.
"Gimana skripsimu, Wi?" Aku memulai usai dua porsi besar nasi padang lengkap dengan daging, sayur gulai, dan sambal khasnya disajikan pelayan di atas meja.
"Aduh, lagi mau makan juga, jangan bahas skripsi deh. Santai dikit napa, Sih!" celetuknya dengan nada malas.
"Gimana gak bahas? Kita udah masuk tahun ke 6 alias menuju semester ke dua belas. Temen-temen kita beberapa udah pada merit. Beberapa juga ngelanjutin S2," ucapku bersungut-sungut sembari menyendok satu sendok penuh nasi padang yang masih mengepul hangat.
Tiwi menghela napas. Dia meletakkan sendoknya, tak jadi mengambil nasi.
"Gimana ya, Sih! Kita tahu sendiri. Kita sama-sama punya dosen killer. Eh ..., maksudnya satu dosen killer yang sama yang sukanya ngasih waktu mendadak bin tiba-tiba ngilang tanpa kabar. Kita juga sering gak bisa karena terikat kontrak kerja.
"Menurutmu kita harus gimana? Aku khawatir kala...