Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Romantis
Hujan, Cinta dan Rahasia
0
Suka
16
Dibaca

Oktober 2014

Liza terdiam dalam gamang, sendirian di ruang kelas. Ditatapnya langit yang abu-abu menuju hitam, persis seperti perasaanya yang mulai sendu. Terdengar suara petir yang menggelegar. Mungkin sebentar lagi akan turun hujan….. 

Dan benar saja tetes air mulai turun membasahi bumi, dalam hitungan menit sudah semakin deras, membanjiri halaman sekolah. 

Liza jadi gundah “Bagaimana ia harus pulang?” Semua temannya sudah pulang sejak 20 menit yang lalu. Entah hasrat apa yang membuatnya mampu untuk berlama-lama bertahan di sini. Duduk dan memandangi hujan dari jendela kelas. 

Dan iya, dia tahu… kemana pikirannya berkelana selama ini.

“Dito!”

Nama itu terbesit di benaknya. Teman laki-laki satu angkatannya yang hampir membuatnya gila. Cinta memang bisa membutakan segalanya. Walaupun Liza tahu Dito sudah dimiliki seseorang, tapi tetap saja dia masih memelihara rasa cintanya yang sangat sulit dikontrol ini. 

Perasaan cinta yang sama besarnya, sejak pertama kali berkenalan sampai hari ini. Tahun demi tahun sudah berlalu dan Liza tidak mampu berbuat apa-apa. 

Liza dan Dito pertama kali bertemu lima tahun lalu, saat mereka masuk di bangku SMP. Dito memang mempesona, selain rupawan, dia juga pintar, selalu juara kelas, menang olimpiade matematika, alit bulu tangkis Jadi tidak mengherankan kalau diidolakan oleh siswi satu sekolah. 

Liza tahu dia hanya salah satunya, dan dia bukan siapa-siapa, hanya seorang fans, yang bisa mengaguminya dari jauh, meski perasaan itu pula yang menyeretnya menjadi rajin belajar. Agar bisa setara dengan Dito dan masuk ke SMA favorit yang Dito akan masuki. Kendati mereka berbeda kelas, Dito juara 1 di kelas A dan Liza juara 1 di kelas B. 

Cinta pertama memang sulit dilupakan, tapi Liza tidak menyangka bahwa sulitnya akan separah ini. Bahkan ketika akhirnya Dito punya pacar bernama Aghia, si cantik yang jago modeling. Liza makin yakin, kalau dia bukan tipe laki-laki itu. 

Hujan mulai mereda. Liza menatap lagi jendela yang mulai berembun, dibukanya pelan-pelan. Ada aroma hujan dan khas bau tanah yang membuatnya rindu.

Semilir angin menembus kulitnya, dia merasa cukup kedinginan sekarang. Ditatap lagi kaca jendela yang terlihat putih semua. Tiba-tiba telunjuknya menyentuh kaca, bergerak dan membentuk beberapa huruf. Kata itu di tulis dengan huruf besar semua dan terlihat begitu jelas.

“DITO” bunyi dari tulisan itu. 

Liza tersenyum getir menatapnya, terbayang lagi wajah Dito yang tampan, senyumnya yang begitu mempesona….

Ah Dito, sedang apa ya dia sekarang? Hampir setengah jam kelas bubar, para siswa cepat-cepat pulang karena awan mendung, dan mungkin Dito juga sudah pulang. 

“Hah apa yang aku lakukan?! Tidak ada seorangpun yang boleh tau kalau aku suka sama Dito,” bisik hati Liza resah.

Dengan tergesa Liza segera menghapus tulisan itu, menarik nafas panjang sambil merekatkan jaket birunya.

“Kenapa di hapus, Za?” Sebuah suara mengagetkannya. 

Rasanya Liza sangat hafal dengan suara itu. 

“Dito?” Jantungnya berdegup kencang, tubuhnya menjadi kaku dan kesulitan bergerak.

Benarkah yang dia dengar barusan? 

Padahal Liza merasa benar-benar sendirian di kelas ini dan dia memang merasa tidak bersama siapapun. 

“Gimana ini?” Liza bingung.

Puk….. 

Sebuah tepukan halus menyentuh pundak kanannya. Refleks Liza menoleh. Dan benar saja tepat di belakangnya berdiri seorang lelaki tinggi, berhidung mancung sedang menatapnya tanpa senyum.

“Dito?”

”Sejak kapan kamu ada disini?” Tanya Liza diantara terkejut dan malu.

”Dari lima menit yang lalu!” Jawab Dito tenang. 

”Kok aku nggak sadar kamu di sini?”

“Kamu emang sering nggak peka sama hal-hal di sekitar kamu.”

”Maksud kamu?”

”Udah lama aku merhatiin kamu loh, si kutu buku yang nongkrongnya selalu di perpustakaan, juara satu kelas sebelah….”

“Ah!”

“Selamat ya kamu dapat penghargaan sebagai siswa teraktif untuk kunjungan ke perpustakaan.”

“Makasih…”

“Aku baca cerpen kamu juga di Koran, kata Ibuku, kamu keren banget, baru kelas dua SMA udah jago nulis..”

Ah…. Tersipu malu rasanya.

Liza masih diam menerka, dia berpikir keras apakah ini hanya mimpi? 

Ia mencoba menutup mata lalu membukanya lagi. Tapi ah? Yang dihadapannya masih Dito. 

“Liza, udah lama aku kagum sama kamu.”

“Apa?” hati Liza berteriak.

“Kamu keren, sukses terus ya… Aku pulang dulu..” ucap Dito berlalu.

Liza masih terdiam, ada galau yang mendera hatinya. Dito mengaguminya? Ah… tapi hanya kagum, jika tidak mana mungkin laki-laki itu pergi begitu saja, tanpa kembali menyinggung kenapa harus namanya yang ditulis di kaca yang berembun itu. 

                    ***

Semalaman Liza tidak bisa tidur, memikirkan kejadian kemarin. Malu sekali rasanya, untung Dito, coba kalau siswa lain yang memergokinya? Dia pasti sudah diejek habis-habisan. 

Jujur dia ingin bolos sekolah saja, tapi mana bisa? Dia harus tetap jadi juara kelas, dia tidak boleh izin sembarangan, apalagi hanya gara-gara hal kecil seperti ini.

Akhirnya Liza datang ke sekolah meski nyaris terlambat, gerbang ditutup begitu dia melewatinya, ia berjalan cepat, setengah berlari melewati koridor demi koridor. Lalu menaiki tangga menuju kelasnya di lantai dua. Tapi saking tidak fokusnya, satu anak tangga gagal dia lewati.

”Arrghht” liza terpeleset, untung saja tangannya bisa menggapai pengangan tangga, dan ia selamat dari jatuh ekstrim.

Tapi….. Dia baru sadar, kaki kirinya ternyata sakit sekali. Dia berusaha berjalan tapi rasanya begitu linu. 

Hiks, ingin menangis rasanya.

“Liza kamu kenapa?” Tiba-tiba Dito sudah ada di sini. 

“Dit?”

“Lututmu berdarah loh…” 

***

Liza terduduk lemas di sofa ruang UKS, dilihatnya Dito yang sedang memberikan obat merah ke lututnya yang berdarah.

“Masih sakit?” Tanya Dito memastikan.

“Sedikit…” jawab Liza pelan. 

“Aku nggak mau bilang harusnya kamu hati-hati atau lain kali harus hati-hati karena aku juga punya pengalaman yang sama, aku mau kamu baik-baik aja..”

Liza terdiam, kenapa Dito tiba-tiba jadi perhatian begini. 

“Aku duluan ke kelas ya…” ucap Dito masih sambil menatapnya. 

Liza mengangguk lemas.

“Mau permen?” tanyanya lagi.

“Boleh…”

Dito memberikan sebuah permen, permen KISS rasa Cherry. 

“Terima kasih..”

“Sama-sama,” ucap Dito berlalu. 

Saat hendak membukanya, tak sengaja Liza melihat belakang bungkus permen itu, dadanya bergetar tiba-tiba. 

Ada tulisan "I love you" .

Apakah ini kebetulan? Atau hal yang ingin Dito sampaikan kepadanya. 

Liza gelisah, belum selesai menuntaskan gundah karena kejadian kemarin, sekarang ditambah lagi dengan kejadian ini. 

“Sebenarnya ada apa sih ini?”

                                          ***

“Jangan coba-coba deketin Dito, dia itu milik gue,” ucap Aghia tajam, sesaat setelah Liza keluar dari pintu toilet.

“Hmm, oke..” jawab Liza malas. Ini hal yang dia takutkan selama ini, berurusan dengan Aghia.

“Bilang sama Dito hal buruk akan terjadi, kalau dia berani macam-macam,” ucapnya lagi. 

“Mhhh?” Liza hanya bergumam.

“Awas kalau lo berani deketin dia lagi,” Aghia kembali mengancam, lalu pergi.

Liza menggeleng-gelengkan kepalanya, Aghia anak kelas sebelah itu, memang cantik, tapi jutek sekali. Meski punya pacar yang berprestasi seperti Dito, hal itu tidak membuatnya jadi ikut pintar. Maklum, Aghia anak pengusaha kaya, ayahnya sibuk, Mamanya sudah lama pergi dari rumah, sehingga dia terlantar dan begitu manja. Liza sendiri sampai heran, kenapa Dito memilih perempuan yang seperti ini untuk jadi kekasihnya? 

Apakah karena cantik? Ya, katanya laki-laki lebih suka wanita cantik ketimbang perempuan pintar. Cantik enak dilihat, kalau pintar mau apa? Diajak berdebat?

Hah……. Terserah Dito saja, sepertinya dia juga salah, karena tidak bisa move on.

Move on Liz…. Move on!” bisik hatinya lagi, jujur Liza sampai bosan, dari dulu dia juga sudah berusaha move on tapi selalu gagal, karena diakui atau tidak, Dito sudah menjadi bagian dari identitasnya, inspirasi bahkan seseorang yang membuatnya bertransformasi. Jujur Liza tidak berharap banyak, karena melihat Dito dari jauh saja sudah membuatnya bahagia. 

                                              ***

Liza masih mengemasi buku-bukunya ke dalam tas, sebelum pulang. Sambil masih memikirkan tentang Hayam Wuruk, Gajah Mada dan Dyah Pitaloka yang tadi dibahas oleh Pak Arif, guru sejarah. 

“Kasihan sekali Gajah Mada harus kehilangan cintanya,” ucap Liza dalam hati sambil menyambungkannya dengan kehidupan nyata. 

“Liza…”

Suara itu, datang lagi.

“Dito?”

“Kamu pulang sekolah ke mana? Nonton yuk!” tawar Dito.

“Aghia gimana?”

“Biarin aja… Aku capek..”

“Loh?”

***

Hari ini, sesuatu yang bahkan tidak pernah berani Liza bayangkan itu datang. Dia dan Dito nonton bareng, bukan film romantis tapi film horror.

“Suka banget kalau udah nonton horror, bikin deg-degan hehe…” ucap Liza mengalir. 

“Samaa….. semoga nggak cuma hari ini ya kita bisa nonton kayak gini..” ucap Dito, ada nada kesedihan di sana. 

Liza terdiam…. Bingung.

Setelah nonton film mereka sempat makan chicken fries dan Dito mengantarkanya pulang. 

“Semoga kamu nggak benci sama aku ya, apapun yang tejadi.”

“Gimana? Aku nggak ngerti.”

“Nggak usah dipikirin, aku pulang dulu… Liza..”

“Iya hati-hati di jalan Dito..”

Liza melihat punggung laki-laki itu dengan perasaan campur aduk, sebelum menghilang di balik tikungan jalan. 

Ingin bahagia tapi rasanya ada yang mengganjal, Dito…. Kan masih pacar Aghia?

***

Suasana sekolah rasanya ada yang berbeda, Liza masuk ke dalam kelas yang sudah begitu ramai.

“Liz buka grup coba,” ucap Arindi.

“Cepetan ih buka..” tambah Putri.

Liza menghela nafasnya sesaat, di sepanjang jalan dia keasikan melamun sampai tidak mengecek ada apa di grup.

Di grup ramai, di grup angkatan kelas Aghia mengirimkan sebuah video, hanya berdurasi satu menit, tapi sudah cukup membuat seisi sekolah gempar.

Sebuah video yang menunjukkan Aghia sedang berhubungan dewasa dengan Dito, sesuatu yang tidak masuk akal.

Dito? Bukankah dia laki-laki yang terlalu baik untuk melakukan hal semacam itu? Lagi pula mereka belum genap berusia 17 tahun, ini sama sekali tidak pantas.

Shock!

“Nggak nyangka banget ya, si Aghia sih emang gila, lah kok Dito ikutan…” komentar Alfian.

“Pasti ini mereka putus jadi si Ghia kirim begini di grup kelas…” tambah Ardi.

“Nggak mikirin masa depan apa yah, aib dibongkar sendiri…” ucap Anis.

“Siap-siap DO mereka berdua!” timpal Fikri.

Liza hanya terduduk diam, Dito? Bagaimana bisa? Laki-laki yang tampan, baik, berprestasi harus punya skandal seperti ini? 

Ingin sekali Liza menghubungi Dito. Tapi Ah… Liza tidak berani… dan video itu memang sampai juga kepada guru dan kepala sekolah. Seluruh siswa diminta untuk tidak menyebarkan video tersebut karena akan mencemarkan nama baik sekolah.

Hingga sore, Aghia dan Dito memang tidak datang ke sekolah, tentu saja mereka malu, tapi kan Aghia sendiri yang menyebarkan video itu, bukan orang lain!

Sedih sekali rasanya hati Liza, semoga Dito akan baik-baik saja. 

***

Sudah seminggu sejak kejadian yang menggemparkan itu, kabarnya Dito dan Aghia sudah di DO dari sekolah. Seberprestasi apapun Dito, perbuatannya berisiko besar mencemarkan nama sekolah dan tindakan tersebut bukan hal yang bisa ditoleransi. 

Sudah seminggu juga Liza tidak melihat Dito, ada sesak juga kesedihan. Saat semua orang mencemooh, Liza tahu, pasti ini tidak sesederhana seperti apa yang orang lain pikirkan.

“Dito apa kabar? Kamu baik-baik aja?” pesan itu akhirnya Liza kirimkan juga.

Tidak menunggu lama, handphonenya bergetar.

“Tentu saja tidak, pulang sekolah kamu free? Ada yang ingin aku ceritakan..” tulis Dito.

“Oke..”

“Aku jemput di rumah ya.”

“Jangan, taman sebelum masuk komplek rumah aku aja.”

“Oke.”

***

”Ghia itu temen SD aku, dari dulu dia kejar-kejar aku, tapi aku nggak suka, meski dia memang cantik, tapi dia itu genit, posesif dan ganggu. Untung waktu SMP dia sempat sekolah dan pindah ke luar negeri. Sampai ternyata dia satu SMA lagi sama aku, awalnya aku tolak buat jalan berdua sama dia, tapi suatu hari dia minta diajarin mata pelajaran Kimia, yaudah aku ke rumahnya,” ucap Dito bercerita ketika mereka duduk di coffee shop. 

Liza masih menyimak.

“Setahun lalu… kejadiannya, dari belajar bareng tiba-tiba dia ajak aku ke kamar dan khilaf itu kejadian, kayaknya dia sudah merencakan semuanya makannya divideo, dan dia jadikan itu buat mengancam aku. Karena aku nggak mau ada masalah, akhirnya aku turutin kemauan dia untuk jadi pacarnya, berhenti berteman dengan perempuan lain dan meladeni semua drama-drama yang dia buat. Jujur aku capek!”

Liza tidak tahu harus menjawab apa.

“Aku suka sama kamu dari SMP, Liza. Tapi kita kan masih terlalu muda, kita harus belajar yang rajin supaya punya masa depan yang cerah. Aku juga nggak pernah terpikir akan pacaran sebelum lulus SMA. Sampai Aghia membuat semuanya jadi kacau,” pengakuan Dito membuat dada Liza bergetar, dia baru tahu cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. 

“Tapi kamu masih juara satu dan berprestasi, Dit..” komentar Liza.

“Karena aku punya mimpi jadi dokter, aku harus belajar sebaik-baiknya, tapi sekarang aku udah nggak sanggup, aku mau hidup tenang, aku tanggung konsekuensinya, aku juga udah cerita sama Bapak dan Ibu, mereka marah, tapi mereka paham kalau aku terus pacaran sama Aghia, mental aku bisa kena.”

Liza menghela nafasnya panjang.

“Aku bakal lanjut sekolah di Singapura sekalian lanjut kuliah di sana.”

“Oh iya?”

“Maafin aku ya Liza…”

“Maaf buat apa sih?”

“Maaf kalau aku nggak sebaik seperti apa yang kamu pikirkan.”

“Nggak ada manusia yang sempurna….”

“Kamu nggak marah atau jijik sama aku?”

“Bagaimanapun kondisinya, kamu adalah orang yang membuat aku juga termotivasi untuk semangat belajar, bikin aku punya rangking yang sama dengan kamu, dan aku mau mengucapkan terima kasih.”

“Aku lega mendengarnya…. Aku pamit ya Liz, semoga kita bisa jumpa lagi setelah lulus sekolah.”

“Iya Dit, kamu hebat bisa bertahan di situasi separah ini…”

“Makasih buat supportnya, boleh aku rangkul kamu sebagai perpisahan?”

Liza mengguk, dan Dito merangkulnya.

Tanpa mereka sadari ada Aghia yang diam-diam mengawasi dan memotret mereka dari jauh.

***

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Romantis
Novel
Sementara
Mega Rohayana
Cerpen
Hujan, Cinta dan Rahasia
Tiwi Kasavela
Novel
Gold
17 Tahun itu Bikin Pusing!
Mizan Publishing
Novel
SAPUTANGAN TANDA CINTA
KH_Marpa
Novel
Bronze
GRAHANA
Kagura Lian
Skrip Film
IZINKAN AKU MEMILIKIMU
Sufaat pranduwinata
Skrip Film
Silent Whispers
Imam faqih
Cerpen
Bronze
After 1550 days
Rahmi Azzura
Flash
Bronze
The Idol
mahes.varaa
Cerpen
Figure Skating
godok
Novel
Rasa
lovinggyu
Novel
Pragma
Elva Lestari
Novel
Bronze
Me and this Pandemic
Eunike Mariyani
Novel
You Are My Flaky
Luca Scofish
Flash
Melepas Pergi
C R KHAN
Rekomendasi
Cerpen
Hujan, Cinta dan Rahasia
Tiwi Kasavela
Novel
Gejolak Sepi
Tiwi Kasavela
Novel
Terbakar Delusi
Tiwi Kasavela
Cerpen
Dalam Kebisuan
Tiwi Kasavela
Novel
Serpihan Hasrat
Tiwi Kasavela
Cerpen
TERBAWA HASRAT SESAAT
Tiwi Kasavela
Novel
Utopia Gila
Tiwi Kasavela
Cerpen
Fajar Pulanglah
Tiwi Kasavela
Novel
Gulana Rindu
Tiwi Kasavela