Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Thriller
HIDDEN
2
Suka
58
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Seorang wanita dengan potongan rambut french bob duduk di meja makan. Masih dengan setelan kemeja yang melekat di tubuhnya, ia pandangi surat yang mampu membuat waktu seolah-olah berhenti, bersamaan dengan mata yang terus terbelalak dan nafas yang tercekat. 

Nama yang tertera di depan amplop menjadi alasan Renna tak mampu bergerak dan berkata-kata. 

Jerry Collins 

Nama itu seperti petir di siang bolong sebab Jerry adalah kekasih Renna. Mereka sudah berpacaran sejak kelas satu SMA. Jerry sendiri sudah meninggal satu tahun yang lalu akibat jatuh dari tebing saat mendaki bersama teman-temannya.

Renna buka surat tersebut dengan tangan gemetar dan seketika sekujur bulu kuduknya meremang karena setiap huruf disana terlihat mirip dengan tulisan tangan Jerry. 

– *Untuk Renna Hadjo*

*Di sini, waktu berjalan begitu cepat. Tapi tenang saja, karena pikiranku akan selalu tertambat padamu.*

*Hidupmu pasti tak mudah tanpa kehadiranku, Tapi meskipun begitu, aku tetap bangga padamu, bahkan ketika aku tak lagi di sisimu.*

Alih-alih terharu, Renna semakin merasa takut. Ia bahkan tak sadar bulir-bulir air mata membasahi pipinya. 

Renna terus membaca ulang setiap kata. Mencoba memahami bagaimana caranya Jerry yang sudah lama pergi tiba-tiba saja menulis surat untuknya. 

Dengan hati-hati, ia lipat kembali sepucuk surat tersebut menjadi lipatan kecil. Renna memejamkan matanya dan terus mengatur nafas secara perlahan. 

"Tenang Renna, ini sudah pasti orang jahil yang ingin menjahilimu." Gumam Renna. Setelah meyakinkan diri, ia berdiri lalu membuang surat tersebut keluar jendela apartemen dan melanjutkan langkah kaki ke kamar untuk istirahat.

Tapi ternyata semua tidak sesuai keinginan. Semakin hari, surat-surat itu terus datang. Semuanya bertuliskan kalimat cinta dan kalimat rindu dengan tulisan yang sama. Bahkan beberapa kali, lembaran yang ada di dalam amplop tak hanya sepucuk surat, tetapi terdapat juga beberapa foto ketika Renna tengah menjalani aktivitas sehari-hari dengan kalimat *aku akan terus memperhatikan dan manjagamu dari jauh* yang mampu membuat Renna semakin ketakutan. 

Renna juga mulai merasa selalu diawasi ketika pulang dari kantor, seolah sepasang mata selalu mengikutinya. 

Akhirnya, Renna yang sudah tidak tahan lagi meminta Joe selaku teman satu kantor yang berteman baik dengannya untuk berangkat ke kantor bersama sekaligus mengantarnya pulang. 

"Memang tidak ada yang kamu curigai?" tanya Joe ketika mereka tengah berada dalam perjalanan pulang dari kantor. 

Renna menggelengkan kepalanya, "Tidak ada sama sekali. Aku berteman baik dengan siapapun. Mau itu teman sekolah atau teman kantor."

Joe menganggukkan kepalanya pelan. Jika Renna sendiri tak memiliki petunjuk atau ciri-ciri dari pelaku yang itu bagaimana ia membantu Renna mencari pelakunya.

Setelah sampai apartemen, Renna berterima kasih pada Joe yang sudah repot mengantar jemputnya setiap hari. 

Bayang-bayang air hangat di dalam bathup dengan wangi lavender yang menyeruak di dalam kamar mandi membuat Renna tak sabar untuk segera rehat dari segala kerjaan kantor dan masalah surat-surat anonim yang akhir-akhir ini menghantuinya. 

Tapi, semua angan-angan itu buyar ketika ia masuk ke dalam kamar lalu mendapati seseorang dengan pakaian serba hitam lengkap dengan topi dan masker warna senada yang tengah memasang kamera di sudut kamar.

Renna tak bisa menahan teriakannya. Ia terus meminta tolong dan sesekali meneriaki nama Joe, berharap laki-laki itu mendengarnya. Bagai air di daun talas, usaha Renna tak membuahkan hasil apa-apa. 

Laki-laki itu pun ikut terperenjat, segera ia berlari ke arah pintu untuk keluar. 

Renna tangkap pergelangan tangan laki-laki itu ketika hendak melewatinya. Sayang, tenaganya tak mampu menahan karena laki-laki memiliki tenaga yang lebih besar.

Dengan cepat, Renna tarik masker hitam yang sedari tadi menempel di wajah laki-laki itu.

Betapa terkejutnya ia ketika mendapati wajah familiar yang kini berada di hadapannya. 

"Saga..." gumamnya pelan. 

Saga bukanlah orang asing bagi Renna. Dulu, mereka sering bertemu di SMA karena Renna dan Saga masuk di eskul yang sama. 

Segera laki-laki benama Saga itu tersenyum lalu menghempaskan tangan Renna yang masih tergugu di tempat. Dengan gegabah, ia berlari keluar kamar dan menjatuhkan sebuah gulungan dari kantung jaketnya. 

Renna segera mengejar Saga keluar, tapi setelah dicari ke setiap sudut ruangan ia tak mendapati laki-laki itu dimanapun.

Dengan cepat ia berlari ke kamar untuk menghubungi siapapun yang bisa membantunya. 

Sebuah gulungan kertas menyita pandangannya. Renna ambil gulungan itu dan membukanya. 

Matanya terbelalak, mulutnya ternganga membaca kalimat yang tertulis di gulungan kertas yang tak hanya satu.

Kertas-kertas itu adalah lembaran demi lembaran dari buku sejarah milik Jerry saat masih berada di bangku sekolah dulu. 

Terjawab sudah bagaimana tulisan-tulisan di dalam surat yang selama ini menghantuinya bisa menyerupai tulisan tangan Jerry. 

Renna segera menghubungi Joe dan polisi untuk menangkap Saga di kediamannya karena ia tahu dimana laki-laki itu tinggal. 

Syukurlah, polisi menerima laporannya dengan cepat dan segera meluncur ke kediaman Saga. Renna berangkat dengan Joe yang segera menjemputnya.

Ketika sampai, polisi segera mengapit pelaku yang tengah memasak di dapur rumahnya. "Apa benar beliau adalah orang yang anda maksud?" tanya salah satu polisi yang mengapit pelaku.

Rena mengangguk dengan cepat, "Benar, pak. Dia orang yang selama ini menguntit dan meneror saya. Pakaiannya pun hitan-hitam, persis seperti saat terakhir kali saya lihat." 

"Apa-apaan ini?! siapa kamu? kenapa kamu menuduh sembarangan? sedari tadi aku berada di rumah." Ia terus memberontak, tetapi perlawanan yang dilakukan sia-sia karena kedua polisi tersebut bertubuh tegap dan besar. 

"Anda kami tangkap atas dugaan penguntitan. Anda bisa menjelaskannya di kantor polisi dan di pengadilan nanti." Ujar salah satu polisi sambil menyeretnya keluar dari rumah. 

Joe segera memeluk tubuh Renna yang bergetar. "Tenang, Renna. Pelakunya sudah tertangkap, jadi semua akan baik-baik saja." 

Saga ditahan untuk sementara waktu dan akan menjalani proses hukum di pengadilan minggu depan.

Renna tersenyum lega. Ia tak lagi takut ketika tidur, ia tak lagi takut ketika keluar apartemen, ia tak lagi takut dipotret dimanapun ia berada.

Keesokan malamnya, Renna mendapati sebuah buket bunga merah dengan secarik amplop di depan pintu apartemen. 

Renna masuk ke dalam kamar dan membuka amplop yang berada di tengah buket. Di dalamnya terdapat kertas berwarna putih dengan beberapa noda warna merah seperti kerak darah. 

Matanya membeliak karena ternyata, selain kertas dengan bau amis itu, terdapat satu foto dimana Renna tengah berada di parkiran apartemen tadi pagi. 

Renna alihkan atensinya pada kertas putih dan membaca isinya dengan tangan yang gemetar dan pandangan yang mengabur. 

Rennaku ceroboh sekali. Aku pikir kamu sudah cukup mengenalku dengan baik selama kita berada di eskul yang sama. Alih-alih aku, kamu justru menangkap Gara, kembaranku. Maaf, kamu gagal menangkapku, jadi bersembunyilah dengan baik karena aku akan selalu tahu dimana Rennaku berada,

Seluruh bulu kuduk Renna meremang saat hawa dingin tiba-tiba tiba menyelimutinya. Rasa takut mengerayapi tubuhnya, membuat napasnya tersengal.

Cekrek! Bunyi jepretan kamera terdengar dari balik punggungnya, suaranya begitu dekat hingga ia bisa merasakan kehadiran seseorang di sana. Renna tidak berani menoleh, tapi dia tahu pasti siapa yang berdiri di belakangnya.

Sosok itu, dengan senyum dingin yang yang siap menghabisinya saat itu juga".

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Thriller
Cerpen
HIDDEN
WAN NURATIKA ZAHRA
Flash
Sedalam Cintamu Padaku
Fitri F. Layla
Novel
RICK: KETIKA MONSTER MEMILIKI CINTA
Khairun Nisa
Novel
Bronze
Perempuan yang Menari dengan Kepala Tertikam
Katarina Retno Triwidayati
Flash
Rencana Pembunuhan
eko s
Flash
All is Over
Trippleju
Flash
TERAPIS
N.A. Pertiwi
Novel
Janji Nusantara
simson rinekso
Novel
The Guy Brody
Huang Wiwin
Novel
Labirin 101
Aulia Mumtaza
Cerpen
Bronze
Game Over_
Rama Sudeta A
Cerpen
Salah yang Tumbuh
Fazil Abdullah
Novel
Bronze
WAR-TEL 89
Rizal Syaiful Hidayat
Skrip Film
El Jamal : Kota, Darah, & Kejahatan Di Dalamnya
Bruno
Novel
Bronze
SURAT DARI BENGAWAN
Magnific Studio
Rekomendasi
Cerpen
HIDDEN
WAN NURATIKA ZAHRA