Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Slice of Life
Harapan Yuna dan Yuni
0
Suka
475
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator


Di sebuah pemukiman padat di tengah ibu kota, hiduplah seorang adik-kakak yang berkehidupan sederhana, panggil saja mereka Yuna dan Yuni. Mereka tinggal di sebuah kontrakan 2 petak yang sudah tua. Ibu mereka bekerja sebagai buruh cuci dan gosok keliling, sedangkan ayah mereka bekerja sebagai ojek online.

Setiap harinya mereka berjualan kue yang dibuat oleh ibu nya sebelum berangkat bekerja. Biasanya, mereka menjual kue tersebut di pinggir stasiun yang berada tidak jauh dari tempat tinggal nya. Banyak para pekerja yang berlalu-lalang di sekitar sana. Jika kue tidak habis pada hari itu, mereka akan menjualnya dengan harga murah berharap tidak ada kue yang akan terbuang mengingat kue yang dijualnya hanya tahan satu hari saja.

Suatu hari ketika mereka sedang duduk menunggu pembeli, tiba-tiba ada sekelompok pemuda yang datang ke arah mereka. Para pemuda itu nampaknya sedang kebingungan mencari transportasi umum. Mereka bertanya kepada kakak beradik itu apakah ada angkutan umum yang biasa lewat sini, namun kawasan tersebut memang jarang sekali ada transportasi umum. Kalaupun ada itu setiap satu jam sekali, sedangkan transportasi umum tersebut baru saja berangkat 15 menit yang lalu. 

Mengetahui hal tersebut, para pemuda itu memilih untuk menunggu sampai transportasi umum selanjutnya datang. Sambil menunggu, salah satu dari pemuda itu bertanya kepada Yuni. Dengan rasa penasaran pemuda bernama Bagas itu bertanya "Apakah kalian yang membuat kue ini?", Yuni menjawab "tidak, ibu kami yang membuatnya". Bagas hanya mengangguk saja pada saat itu, sambil memakan kue yang sudah dia beli bersama teman-temannya. 

Berselang beberapa menit, Bagas dan teman-temannya berbincang tentang hal yang akan mereka lakukan ketika sudah sampai di tujuan nanti. Yuna yang memperhatikan dari kejauhan diam-diam menguping pembicaraan para pemuda itu. Dalam percakapan tersebut, mereka menyebutkan bahwa mereka akan mencari calon peserta didik yang mau bergabung di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang mereka ajar saat ini.

Mendengar hal tersebut, dengan rasa penasaran Yuna bertanya kepada para pemuda tersebut. "Kalau boleh saya tau, apa itu PKBM?", lalu salah satu pemuda itu menjelaskan bahwa PKBM adalah tempat belajar untuk masyarakat yang belum menyelesaikan pendidikan formalnyal. Pemuda itu lanjut menjelaskan bahwa PKBM yang akan mereka promosikan itu bersifat gratis dan ditunjukan kepada masyarakat prasejahtera, untuk metode belajarnya sendiri juga akan diajarkan oleh relawan dari berbagai macam. 

Yuna yang sudah lama memiliki keinginan untuk bersekolah lagi langsung penasaran dengan PKBM tersebut, dengan penuh semangat dia bertanya, "dimana letak PKBM tersebut, apakah orang seperti saya bisa mendaftar kesana?", lalu salah satu pemuda itu menjelaskan "untuk letaknya ada di Bintaro, kamu bisa mendaftarkan diri selagi kamu memiliki semangat untuk belajar lagi". Mendengar hal itu, Yuna yang tadinya merasa lelah karena sudah berjualan dari pagi menjadi bersemangat kembali. 

Tak lama kemudian, bus yang akan mereka tumpangi itu datang. Salah satu pemuda menuliskan nomor teleponnya dan diberikan kepada Yuna, tak lupa juga untuk meminta nomor telepon Yuna supaya bisa menjelaskan lebih mengenai PKBM melalui pesan teks. Dengan semangat Yuna memberikan nomor telepon pemuda tersebut dan menyimpan secarik kertas yang diberikan pemuda itu. 

Karena tidak memiliki pulsa dan paket data, Yuna dan Yuni memutuskan untuk menghubungi pemuda tersebut ketika mereka sudah di rumah. Biasanya mereka meminjam WiFi milik tetangga nya sebentar untuk keperluan tertentu. Sambil menunggu malam tiba, mereka melanjutkan berjualan di stasiun. 

Setibanya di rumah, Yuna dan Yuni bergegas membereskan dagangan mereka dan membersihkan diri mereka. Tak lama kemudian, Yuna pergi keluar rumah untuk mendatangi tetangga nya supaya dia bisa meminjam WiFi tetangganya itu. Yuna dengan semangat membuka aplikasi pesan teks dan berharap ada pesan masuk dari pemuda tadi sore, tapi setelah di cek ternyata tidak ada pesan dari kontak baru di hp nya.

Yuna berpikir, "apa aku hubungi duluan pemuda yang tadi? Mungkin dia lupa mengabariku karena dia tidak sempat tadi". Segera ia keluarkan secarik kertas yang diberikan pemuda tadi dan mulai menghubungi nya. Untungnya, setelah dia kirimkan pesan tersebut pemuda itu langsung merespon. 

Pemuda itu bernama Andri, dia menjelaskan lebih lanjut mengenai PKBM tersebut. Yuna menanggapi pesan tersebut dengan penuh semangat, sampai lupa kalau ternyata waktu sudah hampir larut. Setelah menyelesaikan percakapan dengan pemuda itu, Yuna kembali ke rumahnya. Dengan penuh semangat dia menceritakan hal ini ke kedua orang tua. 

Mendengar hal tersebut, orang tua nya hanya diam dan tidak memberikan respon apapun. Yuna dan Yuni bingung, lalu Yuna memutuskan untuk bertanya, "Ayah, Ibu, apakah kami boleh bersekolah lagi?". Orang tua mereka hanya saling memandang seolah melempar tanggung jawab untuk menjelaskan hal ini kepada Yuna dan Yuni. 

Pada akhirnya, sambil menarik napas ibu mulai berbicara "Nak, kalian tau kan kalau ekonomi kita tidak baik? Bagaimana cara kami membayar biaya sekolah kalian, sedangkan untuk membayar kontrakan dan listrik kita sudah pas-pas an". Mendengar hal tersebut, Yuna dan Yuni terdiam dan saling pandang seakan merasa bersalah. 

Yuna lanjut menjelaskan, bahwa sekolah ini tidak memungut biaya dari setiap murid nya. Mereka memanggil relawan untuk mengajar setiap murid, jadwal belajar nya juga hanya hari Sabtu dan Minggu saja. Untuk kesana bisa menggunakan kereta karena lokasi belajar nya dekat dengan stasiun. Yuna berharap sekali bisa bersekolah lagi. 

Akan tetapi ibu tetap memaksakan supaya mereka tidak pergi ke sekolah itu, supaya mereka bisa tetap berjualan kue setiap hari nya. Mendengar hal tersebut, Yuna dan Yuni merasa sedih karena tidak dapat mengambil kesempatan ini. Mereka lanjut bergegas untuk tidur dengan rasa sedih dan bersalah karena sudah meminta untuk bersekolah lagi tapi tidak disetujui oleh kedua orang tua nya. 

Keesokan hari nya, mereka tetap berjualan seperti biasa di stasiun dekat rumah nya itu. Mereka tidak terlalu bersemangat hari ini karena kejadian semalam. Yuna terus memikirkan tentang sekolah itu, dia ingin sekali melanjutkan pendidikan nya supaya dia bisa bekerja dan mengangkat derajat keluarganya agar bisa hidup lebih layak kedepan nya. Tapi apa daya, orang tua tidak menyetujui nya. 

Sambil menunggu orang membeli kue mereka, Yuna dan Yuni melihat kearah kereta yang datang dari kejauhan. Tak disangka-sangka, mereka melihat para pemuda yang kemarin datang turun dari kereta. Tak lama kemudian para pemuda menghampiri Yuna dan Yuni. Mereka bertanya apakah Yuna dan Yuni tertarik untuk bergabung ke PKBM ini. 

Dengan rasa tidak bersemangat, mereka menceritakan bahwa orang tua mereka tidak mendukung nya. Karena jika mereka tidak berjualan, mereka tidak bisa membayar uang sewa rumah. Selain itu mereka tidak memiliki uang lebih untuk biaya transportasi ke sana, mengingat untuk makan sehari-hari saja mereka pas-pas an. Mendengar hal tersebut, para pemuda itu ikut merasa sedih. Ternyata ada masyarakat yang mau belajar, tapi terhalang keadaan ekonomi keluarganya. 

Salah satu dari mereka bertanya, "Apabila kalian tetap berjualan dan membawa dagangan nya ke rumah belajar, apakah akan diizinkan? Kebetulan ada banyak peserta didik yang lain yang mungkin akan membeli dagangan kalian nantinya. Untuk biaya transportasi biar kami yang berikan, kami akan memberikan kartu kereta yang bisa digunakan dan akan mengisikan saldo nya setiap bulan nya." 

Mendengar hal tersebut, Yuna dan Yuni merasa kembali bersemangat setelah dari pagi tadi mereka cemberut dan sedih. Mereka yakin jika seperti itu, orang tua mereka akan memberikan izin. Para pemuda tersebut juga ikut senang mendengar hal tersebut, mereka berinisiatif untuk mendatangi kedua orang tua Yuna dan Yuni untuk meminta izin secara langsung supaya mereka diizinkan untuk melanjutkan sekolah nya. Yuna dan Yuni segera merapikan dagangan nya dan beranjak pulang bersama para pemuda itu. 

Sesampainya di rumah, orang tua Yuna dan Yuni merasa bingung karena mereka pulang lebih cepat dan membawa orang asing ke rumah mereka. Mereka bertanya sambil berbisik ke Yuni, "mereka ini siapa?". Yuni menjawab "mereka yang mengajak kami untuk bersekolah lagi bu". Tak lama kemudian para pemuda itu mengobrol untuk meminta izin supaya anak-anaknya dapat melanjutkan sekolah mereka yang sudah tertunda. 

Mendengar penjelasan yang sudah dijelaskan oleh para pemuda itu, orang tua Yuna dan Yuni yang awalnya tidak setuju menjadi setuju dengan keputusan itu. Mereka merasa anak-anaknya memang harus melanjutkan pendidikan mereka yang sempat tertunda karena masalah ekonomi keluarganya. Mereka berharap supaya anak-anaknya kelak bisa sukses dan bahagia di kehidupan mendatang. Mereka tidak mau meneruskan rantai kemiskinan yang terjadi di keluarga mereka.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
waaaaaah......
mulia sekali kalian
Rekomendasi dari Slice of Life
Cerpen
Harapan Yuna dan Yuni
Mutia Ramadhanti
Cerpen
Bronze
Mutasi
Nadya Wijanarko
Cerpen
Bronze
INSOMNIA
Intan Andaru
Cerpen
Obral Obrol Tetangga
Lovaerina
Cerpen
MINE & YOURS
Racelis Iskandar
Cerpen
Ini tentang Cinta; Mati
Andriyana
Cerpen
Hilang Akal
Yuli Harahap
Cerpen
Selembar Dunia
Rafael Yanuar
Cerpen
Bird (Burung)
Celica Yuzi
Cerpen
Bronze
Kembalikan Senyum Ibu
Anggrek Handayani
Cerpen
Beli Salah, Tidak Juga Salah
Elsa Ayu
Cerpen
Kisah Aksara
Alda Kusmono
Cerpen
Bronze
PRADUGA
Lirin Kartini
Cerpen
Bronze
Memecat Bos
Ravistara
Cerpen
Bronze
Sang Penghianat
LSAYWONG
Rekomendasi
Cerpen
Harapan Yuna dan Yuni
Mutia Ramadhanti