Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Malam kian larut dan Hendrik belum bisa terpejam barang sejenak, bukan karena kopi yang ia habiskan di jam tiga sore dalam diskusi bersama rekan-rekannya dari Venatoria[1] untuk menyusun rencana perburuan di Cikepuh, daerah berburu favoritnya, bukan juga karena alkohol yang ia tenggak bersama para tentara di pesta dansa De Harmonie[2]; dia sudah terbiasa akan hal itu. Ini semua berkat mimpi buruk yang sama menghantuinya nyaris setiap malam. Dalam mimpinya, ia tengah berlari tanpa henti di hutan dan diserang sekumpulan gagak hitam. Dukun pribumi yang ia temui atas paksaan kawannya menerangkan bahwa kemalangan akan segera menimpanya.
Godverdomme! Lelaki itu tertawa geli. Ia heran kenapa ia sekarang mempercayai takhayul layaknya pribumi. Lagi pula, perang itu sudah lama berlalu dan ia sama sekali tidak asing dengan hal-hal semacam itu, walau pun dia hanya seorang fotografer.
Hendrik kemudian mengambil arlojinya yang tergeletak di nakas. Jam dua belas malam lebih tiga belas menit.
Di kamar yang remang-remang, dia turun dari ranjang dan menyambar kotak rokok dari meja kerja, lalu berjalan menuju jendela. Kain gorden abu-abu yang berat dan tebal ia singkap. Daun jendela ia buka lebar. Anjing-anjing penjaga menyalak-nyalak bersamaan ...