Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
“Hei.”
“Hei!”
“Hei!!”
Hah?
Aku menoleh ke belakang, tidak ada seorang pun di sana.
Tapi aku barusan merasa ada orang yang memanggil ku.
“Halo?! Apakah kamu tuli? Kamu juga buta ya?”
Seorang gadis yang seluruh tubuhnya terlihat tembus pandang sedang melayang di samping kepala seorang pria itu.
Gadis itu terus menerus memanggil pria tersebut, sayang sekali pria itu bahkan tidak bisa melihat nya, apalagi mendengar suaranya.
“Bodoh bodoh bodoh! Aku berada di depan mu tahu! Lihat kesini!”
Gadis itu menjadi semakin kesal ketika melihat pria di depan nya malah melihat sekeliling dengan bodoh.
“Aneh. Aku terus merasa ada seseorang yang memanggil ku, tapi di sini sama sekali tidak ada orang lain.”
Pria itu menggaruk kepalanya dengan kebingungan.
Tapi kemudian dia melupakannya begitu saja. Karena ada masalah yang lebih besar yang dia hadapi saat ini, dia baru saja di pecat.
Dia melihat ke arah kejauhan, di sana terlihat sinar-sinar cahaya yang mekar dari setiap rumah.
Gedung-gedung tinggi yang menyala.
Suasana perkotaan di malam hari terlihat sangat jelas dari puncak jembatan gantung ini.
“Aku baru saja di pecat.”
Pria itu berbicara dengan dirinya sendiri.
Ketika gadis yang terlihat berusia 18 tahun itu mendengar kata-kata nya, dia menghentikan apa yang dia lakukan saat ini.
Yah, dia hanya mencoba untuk masuk kedalam kepala pria itu, bukan hal penting,
“Kamu berbicara dengan ku?”
Dia memiringkan kepalanya dan melayang di depan pria itu.
Melihat orang di depan nya masih dalam keadaan seolah dia melihat ke kejauhan, gadis itu membelalakkan matanya.
“Kamu! Kamu menipuku?! Bajingan! Bajingan! Bahkan setelah aku mati, kalian laki-laki masih ingin menipu aku. Karena itulah aku benci laki-laki.”
Mengatakan itu, dia duduk di pembatas jembatan dan melihat ke arah kejauhan. Tempat dimana pria itu terus menatap.
Dia sebenarnya sudah tahu bahwa dirinya saat ini sudah mati. Lagipula, dia masih mengingat dengan jelas bagaimana dia mati.
Dia hanya ingin mencoba berpura-pura tidak menyadarinya.
Mungkin dia masih bisa berinteraksi dengan orang secara normal, bagaimanapun kesadaran nya masih utuh.
Sayang sekali.
“Jadi, apa yang terjadi padamu?”
“Aku di pecat. Pacarku memintas putus. Orang tuaku tidak mau menerima ku ketika aku mengatakan akan pulang.”
“Kamu cukup menyedihkan. Sepertinya wanita juga terkadang cukup menjijikan, hei bukan hak ku dalam situasi ku saat ini untuk mengasihani mu.”
Dia menyandarkan dagunya di tangan dan menatap kota di kejauhan.
Mengingatkan nya ketika dia masih hidup.
Dia sering pergi bermain dengan teman-temannya, terkadang, dia tidak pulang sampai larut malam dan dimarahi.
Tapi, begitulah.
Sekarang dia menjadi seperti ini karena tidak menuruti kata-kata orang tuanya.
“Lalu, apa yang akan kamu lakukan?”
“Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan selanjutnya, bahkan jika aku melamar pekerjaan di tempat lain, dana hidupku mungkin akan habis sebelum aku mendapat pekerjaan baru.”
“Itulah yang terjadi ketika kamu menghabiskan semua uang mu untuk wanita bodoh, kamu sepertinya tidak pandai memilih pasangan.”
Menurutnya, terlalu bodoh bagi seorang laki-laki terlalu memanjakan pacarnya.
Apalagi seperti pria ini, semua uang nya pasti habis untuk membuat pacarnya senang.
Lagipula, kalian belum tentu akan menikah.
Bahkan jika kalian benar-benar akan menikah, bukankah pria ini bodoh membelanjakan semua uang nya dan tidak menabung sama sekali untuk pernikahan mereka?
Gadis seperti itu tidak pantas sama sekali untuk di jadikan pacar.
Tapi ketika dia berpikir seperti itu, dia tiba-tiba teringat.
Bukankah teman-temannya juga orang seperti itu? Mereka sering menghabiskan uang pacar mereka.
“Apakah kamu memiliki rumah saat ini?”
“Haaah, sepertinya aku harus tidur di taman malam ini.”
“… Dimana kamu tinggal selama ini?”
“Perusahaan telah memecatku, jadi tentu saja mereka mengambil kembali rumah itu. Besok, aku harus mengambil kembali semua barang-barang ku.”
“Setelah kamu mengambil semua barang mu, apa yang akan kamu lakukan? Bukankah orang tuamu melarangmu kembali?”
“Hmm, mungkin kafe internet bisa digunakan sementara. Setelah itu, aku akan mencoba mencari pekerjaan, jika tidak ada perusahaan yang mau menerima ku dalam beberapa hari, mari kita turunkan standar dan bekerja di minimarket atau toko kelontong.”
“… Bukankah kamu memiliki kerabat? Setidaknya tinggallah di sana untuk sementara. Mungkin mereka bisa memperkenalkan sebuah pekerjaan padamu.”
“Bibiku tidak menyukaiku, aku memiliki seorang kakak perempuan, tapi dia sangat jijik padaku dan sering menghinaku. Mereka mungkin malah hanya akan menghinaku, bukannya membantuku.”
“Aku mulai ragu apakah kamu benar-benar keluarga mereka? Bukankah kamu pernah bertanya kepada ibumu, apakah kamu anak kandungnya?”
“Aku juga bertanya-tanya apakah aku benar-benar putra ibuku. Dia selalu memihak pada kakak ku, dan selalu bersikap sangat keras padaku, aku bahkan jarang di beri uang jajan ketika sekolah.”
Ketika gadis itu mendengar hal itu, dia kembali melayang dan mengitari pria tersebut.
Dia menjadi penasaran dengan pria yang begitu menyedihkan ini.
Dia melihat lebih dekat ke wajah pria itu, pada awalnya dia tidak terlalu memperhatikan, tapi saat ini ketika berada kurang dari satu sentimeter dari wajahnya, dia merasa wajah pria itu sedikit familiar.
Seolah dia pernah melihatnya di tahun-tahun yang sangat lama.
Berapa tahun? 1 tahun? 3 tahun? 5 tahun? 10 tahun? 15 tahun?
Perlahan ingatannya mulai muncul kepermukaan, ketika dia hampir mengingat siapa itu, gadis itu mendengar dering ponsel.
Pria itu menjawab panggilan dan sebuah teriakan keluar dari pengeras suara.
“Sawa, ambil kembali semua barang-barang mu!”
“Hah? Bos, apa maksudmu?”
“Apa maksudku? Maksudku semua barang-barang yang ada dirumah mu. ambil semuanya dan berkemas sekarang!”
“Tapi, bos bukankah aku sudah meminta waktu satu hari untuk melakukan nya? Setidaknya aku akan mengambil nya besok.”
“Tidak. Ambil semuanya sekarang!”
“Benar-benar sekarang?”
“Sekarang. Dan satu lagi.”
“Apa?”
“Aku bukan lagi bos mu!”
Telepon di tutup.
Sawa melihat ke ponsel di tangan nya dengan linglung.
“Apa akan kamu lakukan?”
Gadis itu bertanya.
“Apa yang harus aku lakukan setelah ini?”
Pada akhirnya Sawa harus pergi dan mengambil barang-barang nya.
Ketika dia berpikir untuk mengeluarkan uang untuk pergi kesana dan pulang lagi, Sawa semakin sedih.
Gadis itu melihat ekspresi Sawa yang cukup berat.
“Apakah kamu akan tetap pergi?”
“Aku harus pergi.”
Sawa menghela nafas dan memanggil taksi.
“Tuan, ke jalan X komunitas A.”
Perjalanan taksi itu cukup cepat karena saat ini malam hari dan cukup sepi.
Sawa memejamkan matanya, dia ingin melupakan kesulitan nya sejenak di perjalanan ini.
Dia sangat lelah hari ini, semua hal buruk datang satu demi satu.
Gadis itu masih melayang di samping Sawa saat ini, dia terus menerus memandangi wajahnya, ingatan dalam benaknya semakin jelas dan dia hampir bisa mengingat siapa pria di depan nya.
“Siapa kamu sebenarnya?”
“Apakah aku mengenalmu semasa hidupku?”
“Mungkin ketika aku masih kecil?”
“Kenapa ingatan itu sangat kabur. Aku sepertinya tahu siapa namamu, namamu bukan Sawa. Tapi aku tidak tahu siapa kamu. Hei, beri aku petunjuk, mungkin aku bisa lebih mudah mengingat siapa kamu.”
Tidak lama taksi itu sampai di rumah yang pernah di berikan oleh perusahaan padanya, tidak, perusahaan hanya meminjamkan nya pada Sawa.
“Kamu disini. Aku sudah membereskan nya untuk mu, ini sedikit kebaikan terakhir ku. Sekarang, bawa pergi semua ini.”
Ketika Sawa sampai di bawah gedung itu, bos nya sudah menunggu di bawah dengan kumpulan kotak.
Semua barang-barang nya ada di dalam sana.
“Terima kasih, bos“
Sawa membungkukkan badannya dan berterima kasih.
Dia benar-benar berterima kasih dengan tulus kepada bos nya, jika tidak dia harus melakukan semua nya sendiri.
Lagipula, dia tidak bisa menghubungi perusahaan perpindahan karena dia tidak memiliki tempat tujuan.
Dengan hal yang di lakukan bos nya, itu menyelamatkan nya dari banyak masalah.
Melayang di antara kedua orang itu, gadis itu melihat ke arah pria gendut di depan Sawa.
Pria itu terlihat sombong, tapi sebenarnya cukup baik, tapi kata-kata yang keluar dari mulutnya cukup menjijikkan dan kasar.
Mungkin dia merasa memiliki kedudukan.
“Kemana kamu akan membawa barang-barang ini?”
Dia melayang kembali ke atas kepala Sawa.
“Aku bukan lagi bos mu. kemana kamu akan membawa semua ini? Kamu sudah menyewa tempat?”
“Terima kasih, bos. Aku sudah melakukannya .”
Sawa mengangkat kotak-kotak itu ke taksi sebelumnya.
Tidak ada barang yang terlalu besar, jadi satu taksi itu sudah cukup untuk mengangkutnya.
“Bos, aku permisi.”
Sawa sekali lagi menundukkan kepalanya kepada mantan bos nya.
Pria gendut itu hanya melambaikan tangannya dan tidak peduli.
“Hmm, pria sombong.”
Gadis itu melirik dan bergumam.
“Tuan, tolong ke jembatan sebelum nya.”
“Baik.”
Taksi itu tiba di tempat Sawa berdiri tadi dan Sawa menurunkan semua barang-barangnya.
Sekarang dia sedang duduk di tepi jembatan, di kelilingi oleh kotak-kotak berisi barang-barang miliknya.
Sawa tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan, dia berkata akan mencari kafe internet, tapi dengan semua ini dia tidak tahu apakah mereka akan mengizinkan nya.
Sekarang dia benar-benar kehilangan semua tujuan nya.
Dia tidak memiliki teman dan tidak ada tempat baginya untuk meminta tolong.
Sawa benar-benar sendirian saat ini.
Hanya seorang gadis yang tidak bisa dia lihat dan ajak bicara yang menemani nya.
“Hubungi ibumu. Bukankah dia seorang ibu, sebanyak apapun dia membencimu aku yakin dia tidak akan tega meninggalkan mu sendirian.”
“Aku harus menghubungi ibu.”
Mengambil ponsel nya, dia melihat nomor telepon ibunya dan tidak mengambil tindakan untuk waktu yang lama.
Pada akhirnya Sawa mengumpulkan keberanian dan menghubungi ibunya.
Gadis itu melayang dan menempelkan telinganya ke ponsel Sawa.
“Halo?”
“Halo bu, aku ingin mengatakan sesuatu padamu.”
“Ada apa? Katakan dengan cepat.”
“Perusahaan sudah mengeluarkan semua barang-barang ku dari properti milik mereka … aku tidak tahu lagi harus kemana saat ini. Bu, aku akan pulang besok.”
“Apa? Katakan sekali lagi! Aku tidak mendengar nya dengan jelas.”
“Aku-“
“Ya… sejujurnya aku tidak peduli. Dengar, bukankah sudah kukatakan padamu sejak awal, Sawa? Setelah kamu lulus dari universitas, semua tanggung jawab ku… semua tugas ku sudah selesai. Seperti yang kubilang, aku tidak lagi peduli apa yang terjadi padamu di luar sana, jangan pernah melibatkan aku lagi. Tidak peduli apa yang terjadi padamu, bahkan jika kamu meninggal di jalanan saat ini, itu bukan lagi urusan ku. Lagipula, sejak awal itu semua ide ayahmu, dia yang ingin mengambil mu dari pinggir jalan pada saat itu… sekarang ayahmu sudah tidak ada lagi di dunia. sudah cukup bagiku untuk terus mengalami kesulitan karena mu. Jadi, sawa apapun yang terjadi jangan pernah menghubungiku lagi setelah ini. selamat tinggal.”
Telepon di tutup.
"Menjijikkan! Menjijikkan! Menjijikkan! Aku belum pernah melihat orang yang begitu menjijikkan dalam hidupku."
Gadis itu melayang kesana kemari di udara dengan kesal.
Dia benar-benar marah saat ini, dia berharap bisa menjadi seperti Sadako, merangkak melalu kabel jaringan, pergi ke seberang telepon itu dan mencekik wanita itu.
Bahkan setelah panggilan berakhir, Sawa masih juga belum sadar.
Dia masih terpana di tempat nya saat ini.
Panggilan itu hanya berlangsung sesaat.
Ibunya bahkan tidak memberikan kesempatan baginya untuk menjelaskan.
Tiba-tiba Sawa tersadar dan berkata dengan linglung.
“Tidak, dia bukan ibuku. Aku adalah seorang anak yang di pungut di pinggir jalan. Dia tidak pernah menginginan aku, aku hanya memiliki ayahku, tapi… ayahku sudah meninggal. “
“Aku... siapa orang tuaku?”
“Kenapa aku di tinggalkan? Apakah orang tuaku masih hidup?”
Sawa berdiri dan berjalan dengan pandangan kosong.
Dia tidak lagi peduli dengan pemandangan kota di malam hari.
Sinar yang datang dari lampu mobil yang lewat tidak bisa membuat mata Sawa berkedip.
Mata nya menjadi gelap, hatinya juga sudah berubah menjadi hitam.
Dia tidak berubah menjadi seorang penjahat, tapi hati nya sudah membusuk.
Hidupnya tidak pernah mengalami sedikitpun kebahagian sejak dia kecil.
Kakaknya selalu menindas, memukulinya, dan menghinanya.
Ibunya tidak pernah memberikan perhatian dan kasih sayang padanya.
Kerabatnya tidak pernah menyukainya.
Dia tidak memiliki teman.
Ayahnya yang merupakan satu-satunya orang yang mencintainya hanya kembali sekali setiap tahun nya.
Dia awalnya mengira semua itu hanya karena sikap nya yang pendiam dan tidak suka bergaul, karena itu keluarga dan kerabat nya tidak menyukainya.
Tapi tidak pernah sekalipun terbesit dalam pikirannya bahwa alasan dari semua tindakan mereka, adalah karena dia tidak memiliki hubungan darah dengan orang tua dan keluarganya.
“Aku… aku … apakah aku tidak pernah diinginkan? Apakah kelahiranku di dunia ini merupakan sebuah kesalahan? Mungkin, orang tua asliku juga tidak pernah menginginkan ku, karena itulah mereka membuangku.”
Sawa mendongak dan melihat langit yang terbentang luas.
Bintang-bintang yang bersinar membentuk gugusan dan saling berdekatan.
Seakan mereka saling berpelukan dan saling menghangatkan. Saling merangkul.
Mereka seperti sebuah keluarga.
Keluarga yang bahagia.
Di sekitar nya ada teman-teman dari anaknya, paman nya, bibinya, kakek, nenek, dan kerabat lain nya. Berkumpul bersama.
Dia mengalihkan pandangan nya dan mencari bintang biduk, dia pernah mendengar bintang biduk adalah satu-satunya bintang yang selalu sendirian.
Mungkin seperti dirinya. Tapi ketika dia melihat bintang tersebut, dia melihat bintang biduk yang memiliki sinar paling besar itu berdiri diam dilangit.
Di kelilingi oleh bintang lainnya.
Semua itu hanya rumor dan legenda.
Hanya dia satu-satunya yang benar-benar sendirian di dunia ini.
“Tidak!! Kamu memiliki orang tua! Kelahiran mu tidaklah tidak diinginkan! Kamu memiliki keluarga! Kakak, kamu masih memiliki orang tua yang menunggumu di rumah!”
Ketika pikiran nya sedang berada di titik paling dasar, Sawa tanpa sadar mengarahkan pandangan nya pada pembatas jembatan.
Tapi sebelum pikiran tidak masuk akal itu datang padanya, sesuatu seperti meledak di dalam kepalanya yang membuat dia tersadar.
Ada sesuatu yang sepertinya memukul kepalanya.
Gadis yang tubuhnya transparan itu saat ini wajahnya sedang bercucuran air mata.
Dia melayang di atas kepala Sawa, dialah yang memukul Sawa sebelumnya.
Dia tidak tahu kenapa dia bisa menyentuh Sawa saat ini, tapi dia tidak lagi peduli pada hal itu.
Saat ini dia akhirnya tahu kenapa dia merasa pria di depannya sangat familiar.
Pria ini adalah kakak nya.
Anak yang menghilang belasan tahun yang lalu.
Anak yang selalu di tunggu dan dicari oleh orang tuanya.
Kakak laki-lakinya yang selalu menyayanginya.
Anak yang dulu menghilang. Kini berdiri di depannya penuh dengan aura keputusasaan.
Tidak.
Dia harus melakukan sesuatu.
Dia tidak bisa membiarkan kakak nya melakukan tindakan nekat di tempat ini.
Pertama, tempat ini sangat berbahaya bagi pria putus asa seperti nya.
Ketika dia berpikir, sepertinya barusan dia bisa menyentuh kakaknya.
Mungkin dia bisa menakut-nakuti kakaknya dan membuatnya pergi dari sini.
Kemanapun selain di sini.
Dia melayang ke arah kotak yang sudah cukup jauh dari kakak nya.
Ketika gadis itu menyentuh kotak itu, dia benar-benar bisa melakukannya.
Gadis itu mengangkat salah satu kotak dan mengayunkan nya di udara.
Baginya ini mungkin biasa saja, tapi dari sudut pandang Sawa yang saat ini berada jauh dari barang-barang nya.
Pemandangan itu sangat menakutkan.
Sawa, menggosok matanya berulang kali untuk memastikan bahwa salah satu kotak barang nya benar-benar melayang sendiri.
Ketika dia melihat kotak itu berayun dan bergoyang-goyang di udara, seluruh tubuhnya membeku seperti patung es.
Satu-satu nya pikiranya saat ini bukanlah mencari tahu kenapa, tapi pergi dari sini.
Dia berusaha sekuat tenaga untuk berbalik.
Ketika dia merasa kakinya bisa di gerakkan, dia tidak menunda sedikitpun dan langsung berlari sekuat tenaga.
Dia tidak pernah sekalipun mengingat bahwa jembatan ini berhantu.
Pada akhirnya Sawa berlari menuju taman bermain tanpa sadar.
Karena tempat ini lokasi paling dekat dan tempat terakhir yang dia pikirkan sebelumnya.
Pada akhirnya dia berakhir di sini.
Dia duduk kelelahan dibangku taman.
Nafas nya habis dan dia terlihat sangat pucat.
Dia belum makan malam, berlari dengan seluruh tenaga nya untuk pertama kali dalam hidupnya, Sawa merasa dia hampir mati lemas.
Gadis itu melayang di kejauhan dari kakak nya.
Karena dia tidak ingin membuat kakak nya takut secara tidak sengaja dan berlari lagi.
Dia menunggu di kejauhan.
Benar.
Dia sedang menunggu, menunggu kakak nya tertidur di sana.
…
Gadis itu melayang kesana kemari di udara, dia menunggu cukup lama.
Setelah kakaknya menjadi tenang, dia sepertinya mencari kafe internet di dekat sini untuk tidur.
Tapi sayang sekali, tiak ada kafe internet yang buka.
Pada akhirnya dia menunggu 4 jam sampai kakaknya benar-benar tertidur di taman dalam kedinginan.
Gadis itu memikirkan sesuatu dan melayangkan tubuhnya ke arah tertentu menurut ingatannya.
Itu menuju ke rumah nya.
…
Gadis itu melihat ke bawah dari posisi nya saat ini.
Di sana dia bisa melihat sebuah rumah, rumah yang sangat familiar baginya.
Beberapa hari yang lalu, dia masih tidur di salah satu kamar di rumah itu.
Tapi mulai saat ini, dia tidak akan bisa melakukannya lagi.
Gadis itu ingin tahu apakah orang tuanya sedang bersedih sekarang.
Lagipula, putrinya menghilang selama beberapa hari.
Di luar sana, putrinya sudah meninggal.
Dia yakin ibunya pasti sangat cemas saat ini.
Gadis itu turun dari ketinggian dan masuk ke rumah yang familiar baginya sekali lagi, mungkin ini adalah terakhir kali nya dia datang kemari.
Dia tidak tahu, tapi dia punya perasaan seperti itu.
Pertama, gadis itu pergi ke kamarnya.
Bernostalgia untuk terakhir kalinya dengan barang-barang dan semua yang ada di dalam sana.
Setelah itu dia pergi ke kamar orang tuanya.
Melihat ibu dan ayah nya tidur saling berpelukan.
Dia awalnya berpikir untuk melihat kembali album lama milik ibunya dan melihat foto ketika kakak nya masih kecil.
Tapi dia takut membuat kebisingan dan membangunkan orang tuanya.
Sebelum dia melakukan hal terpenting, dia melihat ke arah wajah ayah nya.
Setelah itu, dia tidak lagi ingin menunda, tubuhnya melayang perlahan di atas kepala ibunya, dengan pikirannya, tubuh transparan itu perlahan tenggelam ke dalam kepala ibunya.
Dia masuk ke mimpi ibunya.
Saat ini di dalam mimpi ibunya, kedua orang tua nya sedang bersiap untuk makan malam dan sedang menunggunya pulang.
Dia tahu disinilah kesempatan nya datang, Mafuyu yang asli di dalam mimpi tidak akan segera pulang.
Di tahu karena itu adalah kebiasaan nya sendiri.
Jadi dia bisa memanfaatkan jeda waktu ini.
Dia melayang ke depan pintu rumah, mengembalikan penampilan nya dalam seragam sekolah seperti biasa.
Mafuyu mengulurkan tangan nya dan mengetuk pintu.
“Bu, aku pulang.”
Saat Mafuyu mengucapkan kata-kata ini hatinya terasa sesak dan dia ingin menangis.
Dia pulang dalam mimpi ibunya, tapi di dunia nyata, Mafuyu tidak akan pernah lagi pulang, bu.
“Astaga, berapa kali ku katakan padamu? Jangan pulang begitu larut, Mafuyu, kamu seorang gadis. Terlalu berbahaya bagimu.”
Seperti biasa, ibunya menyambut kepulangan nya dengan omelan.
Tapi kali ini dia tidak marah. Tapi tersenyum pada ibunya.
“Aku tahu bu. Aku berjanji, Mafuyu tidak melakukan itu lagi.”
Mafuyu mu tidak akan pernah lagi membuat mu marah karena pulang terlalu larut, bu.
“Oh? Kamu sedang dalam suasana hati yang baik? Bukankah kamu biasanya marah setiap kali ibu mengatakan itu? Cuci tangan mu, ayo makan.”
“Hehe~, kamu menebebak nya dengan benar, bu. Aku punya berita yang sangat bagus untuk mu.”
“Kukuku. Mafuyu kita punya berita bagus begitu dia pulang? Ayah sangat penasaran.”
Ayahku tertawa ketika dia melihat ku.
Ayah masih sangat ceria seperti biasanya.
Aku mencuci tangan dan duduk bersama orang tuaku.
Kami makan dan mengobrol dengan gembira.
Di tengah-tengah makan, aku berkata kepada mereka.
“Ibu, ayah.”
“Hmm?”
“Ada apa sayang?”
“Sebelum aku memberitahumu berita bagus ini, aku ingin kalian berdua berjanji padaku.”
“Ayolah, ada apa? Kamu sangat serius?”
“Tidak, ibu dan ayah kalian harus berjanji padaku dulu.”
Mereka berdua saling berpandangan.
“Baiklah, apa itu?”
“Itu benar.”
“Setelah kalian bangun nanti kalian harus melakukan semua yang aku katakan setelah ini. Kalian harus berjanji untuk benar-benar melakukan nya.”
“Mafuyu, apa yang kamu bicarakan?”
“Itu benar. Bangun apa, nak?”
“Ayah, ibu. Tidak perlu bertanya cukup kalian harus berjanji.”
“Hmm. Baiklah ayah tidak begitu mengerti tapi ayah berjanji padamu.”
“Ya ibu juga, karena Mafuyu ingin ibu berjanji maka kami akan berjanji.”
“Itu bagus. Kalau begitu dengarkan.”
Dalam mimpi ibunya, Mafuyu mengatakan sesuatu dengan penuh semangat.
“Ibu, aku menemukan kakak ku!”
Dalam mimpi itu, ibunya juga menjadi sangat bersemangat.
“Apa?”
“Mafuyu, kamu mengatakan sebenarnya?”
“Dimana? Cepat beritahu ayah.”
“Mafuyu, dimana kamu bertemu dengan kakak mu?”
Mungkin ibunya tidak sadar bahwa dia saat ini masih menghilang dan bahkan sudah meninggal di dunia nyata.
Mungkin juga karena ini adalah mimpi, mereka tidak merasa aneh bagaimana dia bisa tahu mengenai kakak nya.
Tapi dia tetap berkata.
“Datanglah ke taman di dekat jembatan gantung. Ada seorang pria yang tertidur di sana, datanglah pagi-pagi sekali sebelum pria itu pergi. Kamu bisa melakukan tes paternitas kepadanya secara paksa jika bisa, tapi sebagai ibunya aku yakin kamu akan langsung mengenalinya. Bahkan aku sebagai adiknya masih bisa mengingatnya.”
Dia berkata sambil tersenyum manis pada ibunya.
Setelah dia mengatakan itu, dia melihat ibunya menjadi cemas dan ingin mengajak ayah nya langsung pergi ke taman.
Mungkin ini adalah satu-satunya hal baik yang bisa dia lakukan untuk ibunya.
Selama hidupnya, yang dia lakukan hanyalah membuat ibunya kesal.
Ibu, kali ini kamu senang dengan apa yang aku lakukan, kan?
Aku yakin kamu pasti sangat bangga kepadaku karena berhasil menemukan kakak ku.
Tapi, maaf ibu. Ini mungkin hadiah terakhir dan perpisahan dariku.
Gadis itu menangis untuk pertama kalinya dalam hidupnya karena ibunya.
Dia berdiri dan berusaha memeluk ibunya untuk pertama kali nya juga.
Sayang sekali, bahkan dalam mimpinya tubuh itu menembus tubuh ibunya.
Dia hanya bisa tersenyum pahit.
Kemudian dunia di depan matanya mulai perlahan kabur dan sedikit demi sedikit menghilang.
Dia tiba-tiba muncul kembali di kamar orang tuanya.
Melihat kembali ke arah ibunya, Mafuyu tersenyum sedih.
Sebelum orang tuanya bangun, dia melayang keluar dari rumahnya.
Pergi ke taman tempat kakaknya sedang tidur.
Dia berdiri di ketinggian, memperhatikan kakaknya dan menunggu orang tuanya datang besok.
…
Dini hari pada pukul 5 pagi, sebuah kendaran berhenti di pintu masuk taman bermain.
Dua orang keluar dengan tergesa-gesa dan berlari menuju taman.
Mereka mencari beberapa saat sebelum menemukan seorang pria sedang tidur di sebuah bangku.
Ketika mereka mendekat, salah satu dari mereka, wanita itu melihat kembali pada foto di tangannya dan pada pria yang sedang tidur di depan mereka.
Kemudian wanita itu tidak bisa menahan isak tangis nya.
“Sayang, putra kita… putra kita. Itu benar-benar putra kita.”
Wanita memeluk suami nya dan menangis tersedu-sedu.
Suami nya juga tidak bisa menahan tangis saat ini.
Mereka bahagia, senang dan juga sedih.
Mereka berhasil menemukan putra mereka, tapi putra mereka berakhir dalam kondisi seperti ini.
Wanita itu tidak bisa manahan diri dan mendekati pria yang sedang tidur.
Dia mengulurkan tangan nya dan mengelus rambut nya.
Perasaan familiar dan kedekatan dengan anaknya langsung mengalir dalam dirinya.
Dia yakin bahwa orang di depan nya adalah putranya.
Malam tadi mereka berdua bermimpi putri mereka, Mafuyu, kembali dan memberitahu mereka bahwa dia menemukan kakaknya.
Jika itu hanya mimpi biasa dia mungkin tidak akan percaya, tapi mimpi itu sangat aneh dan mereka berdua mengalami mimpi yang sama. Yang lebih aneh Mafuyu juga berkata bahwa mereka harus berjanji untuk melakukan nya ketika mereka bangun.
Ketika mereka terbangun di tengah malam, dia hampir tidak bisa tidur kembali dan merasa cemas, ingin langsung mengajak suaminya datang kemari untuk memastikan hal itu.
Tapi, kemudian setelah suaminya menenangkan nya, mereka akhirnya datang pagi ini.
Sawa merasakan sesuatu menyentuh rambutnya ketika dia sedang menggigil kedinginan dalam tidurnya.
Kemudian, dia merasa seseorang menyelimuti nya.
Dia tiba-tiba teringat kejadian di jembatan dan langsung membuka matanya.
Melihat wajah seseorang di depan nya dia berteriak.
“Ahhh! Siapa… siapa!”
Sawa langsung berdiri dan mundur ke belakang sambil menutup matanya.
Setelah beberapa saat tidak ada gerakan, dia membuka matanya dan melihat seorang wanita yang sedang menangis dan melihat ke arah nya.
Ada seorang pria yang juga sedang menatap ke arah nya di sebelah wanita itu.
Melihat putranya begitu cemas, pasangan itu menenangkan Sawa dan menjelaskan semua nya padanya.
Sawa adalah orang yang sangat mudah mempercayai orang lain dan tertipu dengan kebaikan.
Jadi ketika pasangan itu memperlihatkan padanya foto dirinya ketika masih kecil, yang memang begitu mirip dengan nya, dia langsung percaya pada mereka.
Belum lagi dia baru saja kehilangan orang tua dan keluarga nya, dia bersyukur bahkan jika kedua orang di depan nya berbohong padanya.
Lagipula, bahkan jika dia ditipu, tidak ada sesuatu yang berharga darinya untuk di tipu.
Tapi, demi membuat putra mereka benar-benar yakin. Mereka mengajak Sawa untuk melakukan tes paternitas.
Mereka bertiga kembali ke mobil dan pergi ke rumah sakit.
Dari ketinggian, Mafuyu menyaksikan semua itu dengan senyum bahagia.
Dia senang orang tuanya berhasil menemukan kakak nya, dia juga senang bahwa kakaknya mempercayai orang tuanya.
Dia berharap mulai sekarang kakak nya akan hidup lebih bahagia, dengan cinta dari orang tua kandungnya.
Dia terus menatap mobil yang melaju di kejauhan, dan berdoa sebanyak mungkin untuk kebahagian kakak nya dan orang tuanya.
Dia senang bahwa dia akhirnya bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk orang tuanya.
Tapi dalam semua pikiran nya, Mafuyu tidak sadar bahwa tubuhnya saat ini perlahan memudar seiring waktu.
Dia baru menyadarinya ketika mobil di kejauhan sudah tidak terlihat.
Tapi saat ini, sudah lebih dari setengah tubuhnya memudar dan hanya menyisakan leher dan kepalanya.
Dia melihat kembali ke arah mobil itu pergi untuk terakhir kalinya dan berkata dalam hatinya.
Ibu, selamat tinggal.
Selamat tinggal, kakak ku yang baru ku temui setelah belasan tahun.
…
Pada pukul 08.30 di sebuah rumah, tv di ruang tamu menyiarkan berita.
[ Berita pagi : Di temukan sebuah mayat di jembatan gantung, mayat itu terbungkus sebuah kantung plastik hitam yang sangat besar, dan di gantung di pembatas jembatan.
Setelah otopsi, di ketahui bahwa korban adalah seorang gadis SMA di tahun ketiganya, dan penyebab kematian adalah di cekik sampai mati.
Sebelum kematian, di duga korban mengalami pemerkosaan oleh sekelompok pria.
Saat ini pelaku sudah di ketahui dan sedang dalam proses penangkapan ! ]