Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Ibu Penyemangatku
Profesi seorang guru bagi semua orang merupakan pekerjaan mulia. Demikian dengan aku sendiri, pekerjaan seorang guru selain mulia merupakan pekerjaan yang sangat aku cita-citakan sejak kecil. Semenjak kecil aku ingin sekali menjadi seorang guru. Setiap kali ada pertanyaan dari orang tua maupun guru dan teman-temanku tentang cita-citaku, jawaban yang selalu aku berikan aku ingin menjadi seorang guru. Betapa mulia pekerjaan seorang guru dari mulai bangun pagi sampai larut malam dan bahkan sampai pagi lagi seakan kewajiban seorang guru tidak pernah berhenti setelah mengajar. Ibarat seorang Ibu kepada anak-anaknya guru merupakan seorang Ibu yang tak pernah lepas sedetikpun perhatian kepada anak-anaknya.
Hanya mimpi, itulah kata hati kecilku sewaktu aku harus memupus keinginanku menjadi seorang guru. Saat aku harus memutuskan untuk bekerja dan tidak meneruskan melanjutkan ke Perguruan Tinggi sepeninggal Ayahku. Ujian demi ujian aku lalui satu persatu. Entahlah itu ujian atau cobaan aku tidak pernah tahu yang aku hadapi saat itu. Sementara ibuku harus berjuang sendiri sepeninggal Ayahku untuk menyambung hidup di tengah sulitnya ekonomi waktu itu. Aku mencoba membantu Ibu dengan bekerja, walaupun harus memupus cita-citaku.
Hari demi hari aku lalui walau banyak rintangan yang kuhadapi. Aku bekerja di sebuah pertokoan yang cukup besar di Kotaku, pekerjaan yang dianggap sebagian orang kurang menjanjikan tapi kujalani dengan berbesar hati. Banyak pengalaman dan teman baik yang aku dapatkan selama bekerja di toko. Dari pengalaman itu aku belajar bahwa hidup penuh tantangan dan rintangan. Untuk dapat bertahan hidup, kesabaran dan kegigihanlah kunci kesuksesannya.
Doa dan motivasi dari ibuku menjadikan semangatku untuk bekerja keras membantu orang tuaku memenuhi kebutuhan hidup. Kupupus semua anganku untuk menjadi seorang guru karena keadaan ekonomi keluargaku, harapanku hanya ingin membahagiakan ibuku dan adikku. Walau kadang aku kecewa dan menangis melihat semua teman-temanku melanjutkan ke perguruan tinggi selepas SMA.
Teman Terbaikku
Aku mempunyai seorang sahabat semenjak di bangku Sekolah Menengah Pertama. Dia adalah Susi sahabat baikku, dari dia aku belajar tentang kerasnya hidup. Sejak kecil Susi sudah diajarkan orang tuanya untuk mandiri. Dia harus membantu orang ruanya berjualan sepulang sekolah. Susi anak yang baik ia selalu menginspirasiku. Dengan angan-anganya yang tinggi dia selalu mempunyai ide-ide yang cemerlang dan motivasi dalam hidup. Suatu ketika aku menghadapi kesulitan dia selalu membantuku. Susilah pendorong dan semangatku untuk aku bisa meraih cita-citaku kembali. Dia memang hebat, kemauan kerasmya menjadikan dia melanjutkan sekolah kembali fan mengajakku untuk kuliah.
Aku tak pernah berfikir untuk bisa kembali melanjutkan sekolah sekolah setelah dua tahun bekerja. Ternyata takdir telah mengantarkanku kembali untuk untuk menggapai cita-citaku setelah saudara jauh dari ibuku menawarkan kepadaku untuk bekerja sebagai tenaga administrasi di sekolah. Aku memutuskan untuk berhenti menjadi karyawan di sebuah toko, aku menerima tawaran tersebut atas dorongan ibu dan sahabatku. Pengalaman demi pengalaman aku dapatkan di tempat pekerjaanku yang baru. Dari aku tidak mengenal ilmu administrasi sampai aku mengenal persuratan. Suka duka aku jalani. Dari bekerja di toko sanpai dengan aku bekerja di sekolah. Pengalaman yang berharga dari aku bekerja menjadikan penyemangatku dalam meraih cita-citaku menjadi seorang guru.
Suatu ketika Susi datang ke rumahku untuk mengajakku kuliah sambil bekerja. Kebetulan Susi sudah terlebih dahulu kuliah. Aku menerima tawaran sahabatku itu. Aku kembali stkolah dengan melanjutkan di sebuah perguruan tinggi swasta di Kotaku. Aku mengambil kuliah di fakultas pendidikan. Kuliah aku jalani sambil bekerja di pagi hari. Banyak teman dan pengalaman yang aku dapatkan di bangku kuliah. Tawa dan canda teman-teman kuliahku mengingatkan kembali pada masa-masa sekolah. Sau pelajaran yang dapat aku ambil bahwa Tuhan akan mendengar doa kita selama kita berjuang keras untuk meraih cita-cita kita. Terima kasih Tuhan telah engkau dengar doa-doaku hingga aku bisa kembali sekolah untuk melanjutkan cita-cita dan harapanku. Cita,-cita untuk menjadi seorang guru yang akhirnya bukan hanya sebuah mimpi tetapi menjadi kenyataan yang bukan sekadar angan-angan.
Kenangan di Bangku Kuliah
Banyak cerita yang aku dapatkan selama aku di bangku kuliah. Dari menemui teman dan dosen dengan berbagai karakter sampai tugas-tugas kuliah yang menyita waktu. Semua kulalui dalam suka dan duka.
Teman-teman kuliahku banyak yang berasal dari pelosok desa. Kehidupannya yang sederhana dan sikapnya yang suka menolong membuat aku nyamaan berteman dengan mereka Banyak kisah yang kulalui di bangkunkuliah. Kisah yang lucu, sedih sampai kisah cinta. Kenangan itu seakan tak pernah bisa kulupakan dari benakku.
Dari sini aku belajar bahwa roda kehidupan tidak selamanya berada di bawah, selama kita mau berusaha dan berdoa. Hidup penuh dengan lika-liku tapi tidak harus kita hadapi dengan mengeluh. Hidup adalah bagaimana kita bisa beradaptasi, bagaimana kita bisa menghadapi, bagaimana kita bisa bertahan , dan bagaimana kita bisa berkawan.
Bangku kuliah menjadi saksi bagaimana kita berbagi cerita kehidupan, berbagi ilmu, berbagi canda dan tawa, serta berbagi pengalaman. Teman bukanlah musuh tapi teman adalah kawan yang akan menyemangati kita. Bagaimanapun dia, baik dan buruk semua menjadikan hikmah bagi kita
Tak terasa empat tahun telah kulalui di bangku kuliah. Serasa tak ingin berpisah dari teman-temanku yang telah menorehkan catatan hidup di hatiku. Perpisahan bukan akhir segalanya tapi sebagai awal langkah kita untuk meraih cita-citaku yang selama ini terpendam. Akhirnya kuraih juga gelar sarjana pendidikan yang selama ini kuimpikan. Berkat doa ibu, dan sahabat-sahabatku satu langkah telah kuraih. Air mataku berlinang kembali teringat masa-masa indah di bangku kuliah. Masa-masa aku harus berjuang keras untuk mewujudkan impianku lagi untuk menjadi seorang guru. Demikian juga dengan teman-temanku seakan separuh mimpi mereka sudah menjadi kenyataan. Senyuman dan kebahagiaan terpancar pula di mata mereka masing-masing di saat prosesi wisuda. Seakan lelah, letih, suka duka sudah terlalui dengan kebahagiaan menerima gelar sarjana. Gelar yang kita impikan selama ini.
Hari ini pertama kali aku diberi jam mengajar oleh Atasanku di sekolah Rasa campur aduk bergemuruh di hatiku, ini pengalaman pertama kali aku mengajar, pertama kali aku masuk kelas. Suara riuh rendah kudengar waktu aku masuk di sebuah kelas dengan anak-anak istimewa. Fi sini adrenalinku serasa berada di titik teratas, rasa gemetaran sejenak aku abaikan. Kusembunyikan perasaanku dari anak-anak yang satu persatu memperhatikanku dengan tawa dan wajah-wajah polosnya."Bu Guru, kenalan dong bu?" sahut satu anak yang mengagetkanku dari perasaan yang bercampur aduk. Kutatap dia dalam-dalam, senyum kecilku menyapanya dengan ramah. Kecemasanku mulai bisa kukendalikan, sejenak aku berfikir, siswa-siswaku juga seorang anak yang ingin diperhatikan, jadi aku harus bisa menjadi seorang ibu bagi mereka. Satu pelajaran bisa aku petik dari pengalaman ini.
Bel pembelajaran berakhir, segera kuakhiri pembrlajaran di kelas Ya Allah terima kasih atas anugerah yang Engkau berikan selama. Karena aku yakin atas kehendak-Mu Ya Rabb, aku bisa menjadi seotamg guru. Terima kasih Ya Allah, terima kasih Ibu, dan terima kasih sahabatku.