Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Misteri
Bronze
Goresan Kuas Bermakna
0
Suka
23
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Bab 1: Undangan Tak Bersuara

Udara sore di Makassar pada Juni 2025 terasa lembap, seperti pelukan basah dari laut. Aroma garam dan amis ikan dari Pelabuhan Soekarno Hatta kadang terbawa angin hingga ke jendela kantor Divisi Investigasi Kriminal Khusus. Leonard Prasetyo, kurator sekaligus penyidik senior yang menaungi kasus-kasus khusus di divisi ini, menghela napas panjang. Ia menatap tumpukan katalog seni dan berkas kasus yang menggunung di meja kerjanya, sebuah representasi sempurna dari dua dunia yang ia geluti. Jemarinya yang ramping, yang lebih sering memegang kuas atau membalik halaman naskah kuno, kini menyusuri sebuah amplop usang. Amplop itu tanpa perangko, hanya tertera namanya dalam tulisan tangan elegan yang ia kenali dengan baik: Sutanto Adi.

Sutanto Adi. Nama itu, bagi Leonard, lebih dari sekadar pelukis legendaris. Ia adalah seorang maestro ekspresionisme yang karya-karyanya pernah mengguncang dunia seni internasional, namun kini memilih hidup dalam kebisuan dan isolasi total. Kehidupan Sutanto Adi seperti menghilang dari peredaran setelah tragedi kebakaran empat tahun silam. Kebakaran kecil, begitu laporan polisi saat itu, tapi cukup untuk melahap sebagian besar koleksi karya awal Sutanto dan, yang lebih fatal, merenggut kemampuannya untuk berbicara. Sejak peristiwa itu, galeri pribadinya di pinggiran kota Makassar, yang dulu menjadi magnet bagi para pecinta seni dan pusat diskusi intelektual, terkunci rapat. Tempat itu kini diselimuti mitos, bisikan spekulasi, dan cerita-cerita seram yang beredar di kalangan seniman lokal.

Leonard membalik amplop itu, menemukan sebuah kartu undangan minimalis berwarna hitam pekat. Tidak ada tanggal, tidak ada waktu, hanya alamat galeri dan sebuah siluet kuas yang patah. Sebuah undangan personal, tanpa embel-embel formalitas. Ini nyaris seperti bisikan dari masa lalu, dari seseorang yang telah memutuskan hubungan dengan dunia luar. Ada sesuatu yang janggal, sebuah anomali yang membangkitkan naluri penyidiknya. Namun, di saat yang sama, ia merasakan sebuah panggilan aneh dalam dirinya untuk datang. Perasaan itu serupa sensasi saat ia menatap sebuah lukisan abstrak yang seolah menyimpan rahasia di baliknya, sebuah narasi yang tak terucap namun hadir kuat. Itu adalah intuisi yang telah membimbingnya selama bertahun-tahun, baik dalam mengkurasi sebuah pameran seni yang sukses maupun dalam memecahkan sebuah kasus kriminal yang rumit.

Dalam karirnya, Leonard telah melihat bagaimana seni dan kriminalitas seringkali berjalan beriringan. Ia pernah mengungkap kasus penyelundupan artefak kuno yang disamarkan sebagai instalasi seni modern, atau membongkar jaringan pemalsu lukisan yang beroperasi di balik kedok galeri ternama. Ia telah menyaksikan bagaimana sebuah patung bisa menyembunyikan sidik jari pembunuh, atau sebuah kanvas yang dilukis dengan darah. Maka, undangan dari Sutanto Adi ini, dari seorang seniman yang kini tak bersuara, terasa seperti sebuah teka-teki yang sengaja diletakkan di hadapannya. Sebuah teka-teki yang hanya bisa dipecahkan oleh seseorang yang memahami baik bahasa kejahatan maupun bahasa seni.

Malam itu, di apartemennya yang minimalis, pikiran Leonard tak bisa tenang. Buku-buku seni dan berkas kasus berserakan di meja kopi. Dalam tidurnya, fragmen-fragmen lukisan abstrak yang ia ingat dari katalog lama Sutanto Adi menari-nari di benaknya. Guratan tebal yang seolah berteriak, warna-warna gelap yang menghisap, dan figur-figur manusia tanpa wajah yang selalu meninggalkan kesan gelisah dan mencekam. Ia terbangun dengan peluh dingin membasahi keningnya, merasa ada benang merah tipis yang menghubungkan undangan itu dengan sebuah kejadian yang lebih besar, sesuatu yang belum terungkap sepenuhnya. Kebakaran empat tahun lalu… dan kasus pembunuhan berantai yang tak pernah tuntas di sekitar waktu yang sama.

Kasus pembunuhan itu adalah noda hitam dalam catatan kepolisian Makassar. Sebuah misteri yang membayangi karir beberapa rekannya di divisi ini. Tiga korban ditemukan tewas dengan cara yang nyaris serupa—dicekik, kemudian tubuh mereka diletakkan dalam posisi ritualistik yang aneh, seolah dipersembahkan untuk sebuah upacara gelap. Tidak ada saksi yang melihat, tidak ada bukti forensik yang kuat,...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp14.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Misteri
Cerpen
Bronze
Goresan Kuas Bermakna
Christian Shonda Benyamin
Flash
Makan malam spesial
Jasmine23Pramestia
Flash
Endemi dari Peri
MosaicRile
Flash
Bronze
S
Rama Sudeta A
Flash
Hilang
Mas Sojo
Flash
Bronze
Kamar Nomor 10
Onet Adithia Rizlan
Flash
Pasak
Xchalant
Flash
Bronze
Di Balik Dinding
Omius
Novel
Gold
KKPK Asyiknya outbound
Mizan Publishing
Flash
Bronze
Chapter 13
Onet Adithia Rizlan
Skrip Film
INDUK
M. Faizal Armandika
Flash
Hunter
Kinalsa
Flash
Paket
Esti Farida
Flash
ANOMALI
Deny Pamungkas
Flash
TERDAKWA
Yutanis
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Goresan Kuas Bermakna
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kuncup Bunga Ungu
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kultus Sebuah Lagu
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Novel Tanpa Akhir
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Maut Di Kapal Tua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kereta Cepat Whoosh
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Aku Atau Dia
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Mawar Kematian
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Cermin Di Kamar Kost
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kutukan Merapi Tua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Hidup Di Dunia Lain
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Galeri Lukisan Oscar
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Streamer Yang Tragis
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Simfoni Keabadian
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bidan Sofia
Christian Shonda Benyamin