Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Bab 1: Keheningan Pusaka Hati
Di sudut sebuah jalan yang tak terlalu ramai di Kota Seruni, berdirilah sebuah toko kecil dengan papan nama kayu yang diukir tangan: "Pusaka Hati." Siapapun yang melintas akan disambut oleh etalase kaca yang memajang bukan barang baru yang berkilauan, melainkan benda-benda tua dengan pesona yang telah teruji oleh waktu: sebuah jam saku yang rantainya putus, beberapa jilid buku dengan sampul kulit yang mengelupas, dan sebuah teropong kuningan yang lensanya sedikit buram.
Di dalam toko, aroma kertas tua, minyak kayu, dan lem berpadu menjadi satu, menciptakan parfum khas yang menjadi napas bagi Elara. Di sinilah dunianya berpusat. Elara adalah seorang restorator, seorang seniman yang tidak menciptakan, melainkan memulihkan. Tangannya yang ramping dan cekatan memiliki keajaiban untuk menyambung yang patah, merekatkan yang retak, dan mengembalikan suara pada yang bisu.
Pagi itu, ia tengah khusyuk bekerja di meja kayunya yang kokoh. Di hadapannya, terbaring sebuah peta maritim dari abad ke-19, robek di beberapa bagian dan warnanya telah memudar menjadi sepia kusam. Dengan pinset di satu tangan dan kuas kecil di tangan lainnya, ia menempelkan selembar kertas Jepang tipis di bagian belakang robekan itu. Gerakannya perlahan, penuh hormat, seolah ia sedang merawat luka seorang sahabat lama.
Bagi Elara, setiap benda memiliki cerita. Jam saku itu mungkin pernah menghitung detik-detik pertemuan sepasang kekasih di stasiun kereta. Buku-buku itu mungkin pernah dibaca di bawah cahaya lilin oleh seorang penyair yang kesepian. Dan peta ini, mungkin pernah membimbing seorang pelaut pemberani melintasi samudra yang ganas. Ia adalah penjaga cerita-cerita itu.
Ironisnya, sementara ia begitu ahli dalam merawat cerita milik orang lain, ia telah mengunci rapat ceritanya sendiri. Hatinya adalah sebuah pusaka rusak yang tak pernah berani ia sentuh. Tiga tahun lalu, sebuah pengkhianatan telah menghancurkannya. Rendra, pria yang ia pikir akan menjadi pelabuhan terakhirnya, ternyata hanya menjadikannya dermaga sementara. Kepergiannya yang tiba-tiba, bersama dengan semua janji yang pernah terucap, meninggalkan retakan yang begitu dalam di hati Elara, retakan yang ia coba tutup dengan kesibukan dan keheningan.
Sejak saat itu, Elara membangun benteng di sekelilingnya. Toko "Pusaka Hati" adalah menara tertingginya, tempat ia bis...