Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Bagian I: Resonansi Awal
Dunia Adrian terbuat dari suara. Bukan musik, bukan obrolan, melainkan tekstur sonik dari keberadaan itu sendiri. Baginya, keheningan adalah sebuah kebohongan; kanvas kosong yang menunggu untuk dilukahi oleh decit, desis, dan dengung yang tak terhindarkan. Apartemennya, sebuah studio di lantai dua belas yang menghadap ke rimba beton Jakarta yang tak pernah tidur, adalah laboratorium sekaligus kuilnya. Di sinilah ia membedah, menjahit, dan memahat gelombang suara menjadi emosi. Adrian adalah seorang sound designer, seorang arsitek ketakutan dan keajaiban untuk film-film yang mungkin tidak akan pernah kau ingat namanya, tetapi suaranya akan merayap di bawah kulitmu.
Malam itu, seperti ratusan malam sebelumnya, ia sedang bekerja. Proyek terbarunya adalah sebuah film horor psikologis berjudul Sang Penunggu. Tugasnya: menciptakan atmosfer audio untuk sebuah rumah tua yang ditinggali oleh arwah penasaran. Ironis, ia tahu. Ia menggeser-geser kursor di layar monitornya, memadukan suara langkah kaki di atas kayu lapuk dengan desah angin yang ia rekam sendiri di sebuah bangunan terbengkalai di Kota Tua. Jarinya menari di atas mixing console, menaikkan sedikit level frekuensi rendah dari suara napas yang serak, memberinya bobot yang terasa menekan dada.
Sempurna.
Ia menyandarkan punggungnya ke kursi, memejamkan mata, dan membiarkan karyanya menyelimutinya melalui headphone monitor seharga sepeda motor. Langkah kaki. Angin. Napas. Lalu sesuatu yang lain.
Sebuah bisikan.
Sangat samar, nyaris tenggelam dalam desis analog yang sengaja ia tambahkan untuk nuansa retro. Adrian menegakkan tubuhnya, jemarinya membeku di atas tombol pause. Ia memutar ulang sepuluh detik terakhir. Langkah kaki. An...