Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Aku menolak percaya pada mitos usang yang menyebutkan bahwa kehadiran gagak adalah pertanda maut. Namun, kenyataan akhir-akhir ini mulai menguji keyakinanku.
Dua hari yang lalu, Cokelat, kucing tua betina yang telah menjadi anggota keluarga selama bertahun-tahun, ditemukan tak bernyawa di sudut teras. Tubuhnya kaku, matanya kosong menatap ke langit-langit yang tak bersuara. Di hari kematiannya, suara pekikan nyaring gagak menggema di atas atap. Empat, mungkin lima ekor, saling bersahutan dengan irama seolah sedang mengumandangkan duka. Mereka terbang rendah mengitari rumah, berputar seperti dalam ritual gelap yang hanya dimengerti oleh makhluk-makhluk malam.
Tepat hari ini, anak-anak ayam peliharaan kami ditemukan mati mengenaskan di kandang belakang. Tubuh-tubuh kecil mereka tercabik, sebagian sudah tidak utuh. Daging mereka tampaknya telah menjadi jamuan makhluk-makhluk bersayap hitam itu.
Dan hanya dua minggu telah berlalu sejak kami pindah ke rumah ini.
Rumah warisan dari mendiang kakek, yang dituliskan dalam surat wasiatnya sebagai hak mutlak ayah—ayah yang kini telah tiada. Warisan yang tak diharapkan, dan ternyata tidak diterima dengan lapang oleh keluarga besar kami.
Sebulan setelah kematian kakek, aku, ibu, dan adikku Aldi dipanggil untuk menghadiri pembacaan wasiat. Ketika kami tiba di rumah tua itu, ruang tamu telah dipenuhi oleh sanak saudara. Mereka menatap kami dengan dingin, tatapan yang seperti ingin menelanjangi niat kami yang bahkan belum terucap. Ada kebencian yang membatu di sana, tertanam dalam sunyi.
Wasiat dibacakan perlahan, setiap katanya seolah menggores udara yang sudah berat oleh ketegangan. Ketika isi wasiat menyebutkan bahwa rumah besar ini diberikan kepada ayah kami, suasana mendadak membara. Protes dan cem...