Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Angin bulan Maret masih membawa sedikit sisa sejuk. Di bawah jajaran pohon pinang yang menjulang di pelataran Universitas Brawijaya, Ameera tertawa renyah. Suara tawanya, lepas dan tanpa beban, selalu menjadi melodi favorit Devan. Mereka duduk di bangku beton yang memutari salah satu batang pinang, menyeruput es teh lezat dari kantin fakultas Ekonomi yang tak jauh dari sana. Devan menyandarkan punggungnya, menikmati semilir angin yang mengembuskan aroma tanah basah dan dedaunan.
“Ayo dong, Van, sekali lagi!” seru Ameera, menepuk lengan Devan. “Tadi lho, lucu banget waktu Arya kepeleset pas lari di trek.”
Devan menggelengkan kepala, menyeringai. “Ah, jahat banget lo ngetawain orang jatuh. Tapi emang iya sih, dia jatuhnya elegan banget, kayak penari balet.”
Tawa Ameera kembali pecah. Rambut pendek sebahu yang biasa dia kuncir kuda itu berayun-ayun. Ameera adalah atlet lari lintas alam, dan tubuhnya yang ramping berotot adalah bukti dedikasinya. Devan selalu mengagumi semangat pantang menyerah sahabatnya. Mereka sudah berteman sejak ospek, terikat oleh obrolan tak berujung, sesi belajar dadakan di perpus, dan dukungan tanpa syarat. Namun, bagi Ameera, Devan bukan hanya sahabat. Devan adalah napas. Devan adalah detak jantung yang bergetar setiap kali dia mendekat. Devan adalah impian yang ia rajut dia...