Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Romantis
Gadis Bisu Bercadar
4
Suka
4,495
Dibaca

Rinai hujan turun membasahi jalanan kota, padahal hari masih menunjukkan pukul 2 siang. Suasana padat di halte akibat banyak orang-orang berteduh disana, termasuk seorang gadis bergamis coklat dan tidak lupa cadar yang hanya menampakkan dua bola mata coklatnya saja, tangannya dengan setia memegang kamera dan membidik beberapa foto hujan. Sebelumnya ia berdiri di tengah-tengah kerumunan itu agar hujan tidak membasahinya. Namun tiba-tiba segerombolan orang yang dikenalnya ikut datang dan berteduh. Mereka teman-teman sekampus gadis bercadar itu, ntah bisa ia anggap teman atau tidak, daripada timbul kericuhan di halte nanti, lebih baik ia pergi menjauh ke pinggir halte bersembunyi dibalik kerumunan orang-orang yang juga berteduh.

Ia sering disebut sebagai gadis bisu bercadar, dengan bola mata bulat nan coklat ia dapat dikenali oleh teman-teman kampusnya, ditambah lagi sebuah note kecil yang selalu setia tergantung di lehernya. Gadis bisu bercadar itu ialah, Bilqis

“Hei, bukannya itu si bisu?” ucap seorang lelaki yang termasuk dari salah seorang gerombolan tadi, ia melihat Bilqis berdiri di pinggir halte

“Yok kesana” Ucap seorang lagi yang bernama Muklis pergi menuju Bilqis dan diikuti oleh empat temannya

Muklis sengaja mendorong Bilqis lebih kepinggir hingga derasnya hujan membasahi tubuh kecilnya

“Upss sorry, sengaja hahaha”

“Muklis, kamu jahat banget, seharusnya kamu dorong dia sampai jatuh dongg” Ucap seorang gadis yang bernama Laura

Bilqis yang sudah biasa di jahili segera menyimpan kamera yang dipegangnya serta note yang melingkar dilehernya kedalam tas. Ia kemudian segera kembali meneduh di halte walau baju yang dipakainya sudah basah akibat hujan. Orang yang di sekitarpun bersifat acuh tak acuh, karena memang kebanyakan orang kota bersifat seperti itu, mereka hanya akan mengurusi kehidupan mereka masing-masing dan tidak mau tahu akan urusan orang lain.

“Eh, balik lagi dia”

“Dorong lagi dorong lagi”

Kini Laura yang kembali mendorong Bilqis, dengan sekuat tenaga Bilqis menahan tubuhnya agar tidak kembali ditimpa hujan.Hingga akhirnya Lauralah yang terlempar dan terkena hujan

“Sial!! kenapa gue yang lu dorong haa?” Ucap Laura marah

”Dorong aja rame-rame!!” Ucap Cika salah seorang gadis dari lima sekawan itu, sebelum mereka hendak mendorong Bilqis, dengan cepat Bilqis pergi masuk diantara kerumunan orang-orang yang sedang berteduh bertepatan dengan Bus yang datang membuat Bilqis menghembuskan nafas leganya karena dapat terhindar dari mereka. Segera Bilqis memasuki bus bersamaan dengan beberapa orang yang juga memasuki bus tersebut.

Ia duduk di kursi dekat jendela, ternyata tidak banyak yang masuk ke dalam bus, banyak orang hanya untuk sekedar berteduh saja di halte tadi. Bilqis segera mengeluarkan camera yang dimasukkan kedalam tasnya tadi, segera ia membuka penutup lensa kameranya, ia mengarahkan kameranya ke jendela luar, baginya hujan adalah suatu keindahan yang penuh berkah, ia suka hujan tetapi ia tidak suka dingin. Pernah waktu kecil ia bermain hujan, walau tubuhnya terasa dingin dan menggigil ia terus saja bermain hujan sampai akhirnya ia sakit, dan saat itu pula Bilqis dimarahi oleh ibunya, semenjak itulah Bilqis tidak mau basah terkena hujan, ia takut, takut akan kemarahan ibunya.

Kembali lagi bersama Bilqis yang asik memotret keindahan kota yang hujan dari dalam Bus, sampai akhirnya ada seorang wanita paruh baya menyapaanya

“Permisi, boleh ibu duduk disini?”

Bilqis mengarahkan pandangannya kearah wanita itu, Bilqis mengangguk dan tersenyum, walau senyumannya tertutup cadar, wanita paruh baya itu dapat melihat bola mata coklatnya yang menyipit. Sang ibu membalas senyuman Bilqis dan segera duduk di samping Bilqis. Kemudian Bilqis kembali asik dengan kameranya

“Kamu suka photografi ya??” Ucap ibu itu yang kembali dijawab anggukkan oleh Bilqis

“Kalau boleh tau siapa nama kamu nak?”

Mendengar pertanyaan itu, Bilqis segera meletakkan camera dipangkuannya, ia segera mengambil note dan pena yang ada di dalam tasnya

‘Nama saya Bilqis bu’ kemudian iya memberikan note itu pada ibu itu, seakan paham jika Bilqis itu adalah seorang tuna wicara wanita paruh bara itu mengangguk.

“Namanya cantik” ucap ibu itu tersenyum

Bilqis kemudian membalasnya dengan tersenyum dan mengucapkan terimakasih menggunakan bahasa isyarat. Setelah itu hening memeluk mereka kembali sampai akhirnya sang ibu turun terlebih dahulu

”Bilqis, ibu duluan ya” Bilqis membalas dengan mengangguk seraya senyum tidak lupa menghiasi wajahnya yang tertutup cadar. Teduh sekali pandangan Bilqis apalagi saat ia tersenyum, ucap wanita itu dalam hati

“Selalu tersenyum ya nak” Ucapnya sebelu pergi dari dalam bus.

‘Doa kan saja bu’ Balas Bilqis dalam hati menatap kepergian wanita paruh baya itu. Oh tidak!! ia lupa menanyakan nama ibu itu. Semoga saja ia dapat bertemu kembali dengan beliau. Ia sangat baik, pasti anaknya beruntung memiliki ibu sepertinya.

Hujan masih saja betah untuk menimpa kota, sedangkan hari sudah mulai gelap, malam mulai menyapa dan matahari telah pergi. Ia tidak membawa payung, haruskah ia meminta tolong pada ibunya untuk menjemputnya? Atau meminta ibunya untuk mengatakan pada pak Tomo sang supir ibunya untuk menjemputnya?

Baiklah, Bilqis memilih pilihan kedua, segera ia mengambil ponselnya dan mencari kontak ibunya

‘Ma, boleh katakan pada pak Tomo untuk menjemput Bilqis di Halte depan komplek? Hujan masih deras, Bilqis juga ga bawa payung’ Bilqis mengirim pesan pada ibunya.

Tidak lama sesudah itu balasan pun diterima oleh Bilqis

‘Pak Tomo sedang tidak ada dirumah, kamu tunggu saja hujan reda’

Bilqis menghela nafas pelan, hari sudah pukul tujuh malam dan ia belum melaksanakan sholat maghrib. Tidak ada pilihan lain, ia harus kembali hujan-hujanan untuk mengejar waktu maghrib dari pada ia meninggalkan kewajibannya.

Bilqis turun dari bus, untung saja lampu-lampu jalan sudah dinyalakan, dengan berlari melewati pos satpam dan tas di atas kepalanya agar ia tidak terlalu kebasahan. Lantas dimana kameranya? Tenang saja kameranya sudah tersimpan nyaman di dalam tas nya yang tergulung mantel khusus tas itu. Tubuhnya sudah mengigil kedinginan, ia harus berteduh tubuhnya sudah tidak bisa di paksakannya lagi. Kemudian ia teringat musholah yang berada di depan kompleks perumahannya. Bilqis mempercepat laju jalannya menuju musholah itu untuk meneduhkan diri seraya menjalamkan ibadah sholat maghrib.

Bagaimana cara aku sholat jika bajuku basah begini? Pikir Bilqis dalam hati.

Ya sudahlah ia akan sholat di pinggir musholah agar ia mudah untuk membersihkan lantai musholahnya. Bilqis segera mengambil wudhu dan masuk ke dalam musholah

“Ingin sholat dengan keadaan baju basah seperti itu ukhti” Ucap seseorang tiba-tiba dari arah samping musholah

Bilqis menolehkan wajahnya ke samping. Seorang laki-laki memakai kaus hitam dan jaket abu-abu berada di tangan kanannya.

Bilqis yang merasa tidak penting itupun hendak melanjutkan perjalanannya

“Mungkin kau membutuhkan ini? Setidaknya pakaian atas mu tidak basah” Ucapnya lagi menyodorkan jaket abu-abu itu

“Tidak apa, pakailah, ini juga tidak bau kok” Ucapnya kembali

Ia sudah sangat kedinginan, baiklah ia akan mengambilnya san akan mengembalikannya setelah sholat. Dengan ragu Bilqis mengambil jaket itu

‘Terimakasih’ Ucap Bilqis menggunakan bahasa isyarat kemudian segera ke toilet untuk mengganti bajunya.

“Ia bisu?” Tanya lelaki itu pada dirinya sendiri.

Balqis segera keluar dari musholah dan melihat lelaki tadi tengah duduk di tangga musholah. Ahh ia pasti menunggu jaketnya

Bilqis duduk sedikit berjarak dari lelaki itu dan menyodorkan jaket itu

“Masih hujan, pakai saja dulu. Semoga saja kita bertemu kembali dan kamu bisa mengembalikannya” Lelaki itu berdiri dari duduknya dan berlari ke arah parkiran. Namun tiba-tiba ia berhenti dan membalikkan badannya

“Oiyaa, tidak usah berterimakasih, nanti saja saat kau mengembalikan jaket itu” Lelaki itu kembali melangkahkan kakinya menuju motornya terparkir. Tetapi langkah itu terhenti kembali dan membalikkan badannya lagi

“Oiya nama ku Bagas!! Salam kenal” Lelaki yang bernama Bagas itu segera menaiki motornya dan meninggalkan Bilqis yang sedari tadi tersenyum tipis melihat tingkah Bagas itu

‘Pria lucu, semoga kita bertemu kembali’

Bilqis memakai jaket itu, melapisi bajunya yang basah dan segera melanjutkan perjalanannya. Ia kembali berlari dan menjadikan tas nya sebagai payung.

“Neng Bilqis, sini meneduh dulu, hari masih hujan lebat, kenapa malah hujan-hujanan?” Ucap satpam yang berumur sudah paruh baya itu saat melihat Bilqis melewati pos satpam

Bilqis segera mendekat ke pos satpam kompleks dan mengeluarkan note kecilnya kembali

‘maaf pak, saya sedang terburu-buru, ingin mengejar waktu maghrib’

“Ohh, sini bapak antarkan ke rumah pakai motor biar cepet sampai”

Bilqis kembali mencatat di note merah jambu miliknya

‘Terimakasih pak, tapi tidak usah nanti bapak ikut basah, kalau begitu saya pergi dulu ya pak’ Segera Bilqis memberikan note itu, menunggu pak Satpam yang bernama pak Ahmad itu membaca note darinya, saat pak Ahmad hendak membalas, Bilqis segera tersenyum dan sedikit membungkuk kemudian kembali pergi menerjang hujan. Tinggallah pak Ahmad dan seorang lagi satpam yang hanya memperhatiakan dari dalam pos

“Saya terkadang kasihan melihat nak Bilqis, ibunya seakan tidak peduli dengannya, sedangkan ayahnya sibuk dengan pekerjaannya” Ucap pak Ahmad

“Ya, setidaknya kita bisa membantu sebisa kita, salut dengan orang-orang seperti Bilqis” Ucap stpam yang sedikit lebih muda dari pak Ahmad.

Sampai dirumah, ia segera masuk ke dalam dan disana telah ada sang ibu yang sedang menonton tv di ruang keluarga

“Hujan-hujanan lagi, nanti kalau sakit saya yang repot, dan apa ini? Baju masih basah main masuk ke dalam rumah, nambah-nambah pekerjaan saja”

Bilqis hanya mengangguk

‘Nanti Bilqis bereskan ma, sekarang Bilqis mau sholat Maghrib dulu seelum habis waktunya’ ucap Bilqis meggunakan bahasa isyarat

“Hah, kau ini menjadi beban saja” Ucap sang ibu kemudian pergi. Segera Bilqis tidak membuang-buang waktunya ia segera masuk ke kamarnya dan mengerjakan ibadah sholat maghrib

Bilqis keluar kamar hendak membersihkan air yang menetes karenanya tadi, Ibunya dan saudari kembarnya sudah berada di meja makan untuk makan malam.

“Bilqis, Bila makan duluan ya, soalnya udah laper banget nih, kalau tunggu kamu lama banget” Teriak Bila saat melihat Bilqis yang turun dari tangga, Bilqis membalas dengan acungan jempol, ia segera pergi kebelakang untuk mengambil pel.

“Pel yang bersih habis itu makan yaa” Ucap sang ibu pada Bilqis, ibu menyayangi Bilqis, tetapi mengapa ia tidak sempurna? Itulah perkataan ibu saat ditegur sang ayah agar bersikap adil dalam membagi perhatian untuk anaknya. Bila sang anak pintar sains dengan sejuta piala yang di genggamnya sedangkan Bilqis dengan tuna wicara dan photographi-nya. Jujur sang ibu tidak suka dengan Bilqis yang membuang-buang waktu untuk memotret hal di sekitarnya. Lebih baik belajar seperti Bila yang selalu membuat ibu bangga.

“Bilqis aku akan menyisakan sepotong ayam untukmu” teriak Bila lagi

‘Ya, terimakasih’ balas Bilqis menggunakan bahasa isyaratnya kemudian berlalu pergi dengan tangan membawa kain pel.

Saat Bilqis fokus mengepel lantai yang basah karena ulahnya sendiri, ia tidak menyadari jika Bila hendak berlari kearah tv dengan melewati Bilqis, Bila yang tidak hati-hatipun terjatuh karena terpeleset lantai licin, kepalanya terbentur meja hias yang terletak disamping sofa

“BILA!!!!” Pekik sang ibu yang melihat Bila terjatuh, darah mengucur keluar karena tangannya tidak sengaja menyenggol vas bunga besar yang berada di samping meja.

Bilqis yang tersadarpun segera menyusul ibunya untuk berlari kearah Bila yang terjatuh,

“Bilaa, mama akan telpon ambulance kamu bertahan ya nakk”

Bilqis yang panikpun mengeluarkan air mata dan hendak memegang tangan Bila, tetapi sebelum itu sang ibu menepis tangan Bilqis dan menatap tajam mata Bilqis

“Lebih baik kamu menyiapkan perlengkapan Bila untuk dirumah sakit”

”Maa” Ucap Bilqis yang berusaha mengeluarkan suara

“Cepat Bilqiss” Ucap ibu kembali, Bilqis segera lari kelantai dua menuju kamar Bila dengan air mata yang mulai keluar segera ia menyiapkan barang-barang yang dikiranya perlu saat dirumah sakit. Bila celaka karenanya, itulah yang ada di pikiran Bilqis saat ini.

Saat semuanya siap, ia kembali ke lantai bawah seraya membawa dua buah tas

“Maaa??” Ucap Bilqis berusaha memanggil ibunya

“Maa?” Ulangnya kembali, tetapi tidak ada jawaban, Bilqispun kembali ke tempat dimana Bila terjatuh tadi. Namun hanya ada ember, kain pel, dan bekas darah Bila yang ada disana

“Maa?” Kemana perginya mereka? Apakah mereka sudah pergi kerumah sakit? Bilqis kemudian meletakkan dua buah tas itu ke dekat sofa, lalu meraih kain pel yang ditinggalkannya tadi. Dengan perlahan ia kembali membersihkan bekas darah milik Bila tadi, sesekali kepalanya menoleh kearah pintu berharap sang ibu kembali lagi menjemputnya, tetapi sampai ia selesai membersihkan bekas darah milik Bilapun sang ibu tak kunjung muncul.

Bilqis akhirnya memutuskan untuk pergi keluar rumah, berharap sang ibu menjemputnya, tidak lupa ia juga mengirimkan pesan pada ibunya bertanya Bila dibawa ke rumah sakit apa, tapi tidak satupun sang ibu membalas pesan yang dikirimnya. Sampai akhirnya hari sudah menunjukkan dini hari, Bilqis kembali masuk kedalam rumah, segera ia pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Bilqis akan melaksanakan sholat isya sekaligus tahajud, berdoa untuk kesembuhan saudari kembarnya. Setelah sholat ia juga tidak langsung melipat mukenanya, pikirannya melayang saat ia bertemu dengan Bagas ‘Semoga kita bisa bertemu kembali’ Senyum Bilqis melihat ke tempat sujud.

Matahari mendongakkan pancaran sinar hangatnya, Bilqis terjaga dari tidurnya,

‘Astaghfirullah’ ucapnya dalam hati, ia masih tertidur menggunakan mukena dan ia juga melewatkan ibadah sholat subuh. Teringat akan Bila, Bilqis segera melipat mukenanya dan hendak menelpon ibunya

TOK!TOK!TOK!!

“yaaa” Bilqis segera berlari membuka pintu

‘Siapa yang pagi-pagi datang?’ Batin Bilqis heran. Dan saat Bilqis membuka pintu

“Assalamualaikum” Ucap sipengucap salam

‘Bagass??’ Jerit Bilqis dalam hati

“Kamu masih inget aku?’ Tanya Bilqis berusaha memperjelas pelafalan katanya

“Hah? Maaf saya tidak mengerti”

Apa Bagas lupa dengannya ya? Bilqis segera berlari ke atas tanpa aba-aba ia segera mengambil jaket milik Bagas dan memberikannya ke Bagas yang masih berdiri di depan pintu

“Ohhh kamu gadis bercadar itu ya? Masyaallah tuhan mempertemukan kita lagi” Ucap Bagas senang. Bilqis tidak kalah senang bertemu dengan Bagas dan lebih menyenangkan lagi jika Bagas masih mengingatnya.

“Ohh, jadi kamu saudara Bila” Tanya Bagas kembali, Bilqis mengangguk heran

‘Bila kenal Bagas?’ Batin Bilqis dalam hati

“Aku kesini disuruh mama kamu buat jemput baju Bila”

“Ohh” Bilqis mengernyit heran, sedekat apa Bila dengan lelaki yang menyita otaknya? Mengapa sampai lelaki ini mengambil baju milik Bila? Tersadar dari lamunannya Bilqis segera mempersilahkan Bagas masuk

“Oh, ga usah Bil, aku tunggu diluar aja, ga enak soalnya”

“Ohh, oke” Bilqis mengacungkan jempolnya ke arah Bagas dan masuk ke dalam dengan wajah yang sumringah

‘Masyaallah, akhirnya aku kembali dipertemukan olehnya, tapi kenapa Bila bisa kenal ya sama Bagas, temen Bila kali ya, Bila kan temennya banyak, secara dia orangnya ekstrovert banget’ Bilqispun mengambil dua tas yang sudah ia persiapkan dari kemarin malam

“Kamu mau ikut juga ga kerumah sakit?”

”Mau” Bilqis mengangguk senang

“Yaudah, aku tungguin, kamu siap-siap aja” Bilqis kembali mengacungkan tangannya membentuk tanda ‘oke’

Tidak butuh lama, Bilqis kembali dengan mengunakan gamis dongkernya dan cadar yang menutupi wajahnya

“Udah siap? Yukk” Bilqis mengangguk dan mengikuti Bagas dari belakang, kali in I Bagas tidak menggunakan motor yang dilihatnya. Kini ia menggunakan mobil putih yang ternyata terparkir di depan rumahnya.

Bagas membuka pintu mobilnya untuk Bilqis

‘Terimakasih’ Bagas tersenyum kemudian memutari mobilnya dan duduk di kursi kemudi

“Aku baru tahu kalau kamu saudari kembarnya, aku kok ga pernah liat kamu di rumah? Padahal aku sering loh main kerumah kamu?” Bilqis tersenyum kaget, kemudian mengeluarkan notenya

‘Oh ya? Aku jarang keluar kamar soalnya emang sih aku sering banget denger suara teman-temannya Bila’

“Ohh gitu, dunia itu sempit ternyata ya”

Bilqis mengangguk setuju, di balik cadarnya ia kini tengah tersenyum bahagia karena tuhan mempertemukan kembali dirinya dengan Bagas. Suasanapun kembali hening, Bilqis mengeluarkan cameranya yang selalu tersimpan di dalam tas, lalu ia memotret pemandangan dari balik jendela

“Kamu suka Photograpi ya?”

“Yaa” Balas Bilqis menatap Bagas sebentar

“Bagas, senyumm” Ucap Bilqis berusaha memperjelas kosakatanya, Bagas yang pahampun segera tersenyum dan mengalihkan pandangan kearah Bilqis yang hendak memotretnya

“Gimana? Ganteng ga?” Tanya Bagas yang kembali melihat jalan. Bilqis mengacungkan tangannya senang

“Iya dongg, siapa dulu” Bilqis terkekeh pelan mendengar respond Bagas

‘Tuhan jika benar dia yang engkau kirim untukku maka aku akan amat sangat senang untuk itu’ batin Bilqis menatap hasil fotonya tadi.

“Eh, udah sampai nih, kamu duluan aja” Ucap Bagas yang hendak menurunkan Bilqis di Lobby

‘Kita bareng aja keatas, lagipun aku ga tau ruangannya dimana’ Tulis Bilqis pada notenya

“Oh oke” Segera Bagas memakirkan mobilnya

“Bagass, Bila kritis lagi” Ucap sang ibu saat melihat Bagas datang

“Ma?”

”Katanya darah Bila ga mau berhenti keluar, dia kekurangan darah Bagas, mama ga bisa donorin darah mama ke Bila karena mama anemia” Bilqis yang berada di sebelah Bagaspun menghampiri sang ibundanya

“Maa” Ucap Bilqis berusaha untuk tidak menangis

“Bilqiss, Bila Bilqiss, dia kritis, andai aja kamu ga pulang hujan-hujanan waktu itu, andai kamu dengerin kata mama buat langsung bersihin lantai basah itu, Bila ga akan terpeleset dan berakhir di rumah sakit kayak gini”

“Mamaa!!” Tiba-tiba saja pria paruh baya datang dan langsung memeluk sang ibu

“Paa, anak kita pa, dia kritis”

“Iya ma, kita tenang dulu, berdoa sama tuhan yaa” Papa yang kemarin malam mendengar Bila masuk ke rumah sakit dengan segera mengambil tiket pagi untuk pulang ke Jakarta, karena sebelumnya ia berada di daerah Padang untuk menyelesaikan proyek besarnya

”Gimana mama bisa tenang pa, anak kita kritiss”

”Yang terpenting kita duduk dulu ya ma, mama belum makan kan? yuk makan dulu, Bilqis ayok makan dulu nak, Bagas kamu juga” Bilqis mengangguk mengikuti papanya yang baru datang itu ke tempat duduk yang tidak jauh dari tempatnya berada diikuti oleh Bagas dibelakangnya

‘Papa juga kenal Bagas? Apa Bila sahabatan ya sama Bagas sampai-sampai papa dan mama kenal baik sama Bagas’ Batin Bilqis

Berjam-jam lamanya mereka menunggu Bila, sampai akhirnya dokter pun keluar

“Alhamdulillah, pasien telah melewati masa kritisnya dan untungnya masih ada donor darah yang tersisa untu pasien, pasien akan dipindahkan keruang inap dan ia akan sadar beberapa jam kedepan”

“Alhamdulillah

“Apa boleh kita lihat dok?”

“Ya, silahkan, kalau gitu saya mohon pamit, ada beberapa pasien yang harus saya periksa”

”Oh iya dok, terimakasih banyak”

”Ya, sama-sama” Tidak menunggu lama akhirnya mereka langsung masuk ke ruang inap Bila.

Bilqis beranjak dari duduknya saat mata Bila mulai terbuka perlahan

“Bila, kamu sudah sadar nak?”

”Haus” Ucap Bila, dengan sigap Bagas memberikan air minum yang terletak di atas nakas

“Makasih” Ucap Bila tersenyum, Bila merupakan sosok yang manis dan lemah lembut, walau memang pakaiannya tidak sedalam Bilqis, dan ilmu agamaya tidak sepaham Bilqis

“Apa yang sakit sayang?”

”Ga ada kok ma, aku baik-baik aja”

”Baiklah, kalau gitu papa urus administrasinya dulu ya”

“Tunggu pa, mama ikut”

“Ayuk ma”

“Papa ga bakal balik lagikan buat perjalanan bisnisnya? Kan papa main tinggal aja pas tau Bila masuk rumah sakit?”

”Nggak kok, udah ada yang gantiin papa disana”

”Syukurlah kalau gitu pa” Ucap mama yang menghilang dari balik pintu bersama papa.

“Bil” Ucap Bagas

“Yaa” jawab Bilqis dan Bila, Bagas menggaruk kepalanya seraya tersenyum canggung

”Hmm, Bila, Bilqis aku keluar bentar yaa”

“Iyaa”

Bilqis dan Bila melihat kepergian Bagas, sampai akhirmya Bagas menutup pintu

‘Bila, aku minta maaf, andai aja aku ga masuk basah-basah waktu itu, kamu ga bakal di rumah sakit’ Ucap Bilqis dengan bahasa isyaratnya

“Bilqis, ini bukan kesalahan kamu kok, ini udah takdir”

’Tapi karena aku kamu masuk rumah sakit Bila’ Balas Bilqis lagi menggunakan bahasa tangannya

“Udah, lupain aja, mending sekarang kamu ke kanttin, aku laper lohh” Bilqis terkekeh pelan

‘Baiklah, aku akan membelikan makanan untuk tuan putri satu ini dulu’ Ucap Bilqis yang lagi-lagi menggunakan bahasa isyarat

“Tuan putri apaan kayak gini, ada-ada aja” Bilqis kembali terkekeh dan berjalan keluar kamar

‘Hmmm, aku beliin Bila bubur aja deh’ Ucap Bilqis dalam hati dengan tangan kanan membawa satu porsi bubur ayam. Ia hendak membuka pintu kamar sebelum akhirnya ia mendengar percakapan antara Bila dan Bagas

“Sayang, aku gagal jagain kamu”

”Nggak, ini bukan salah kamu, kamu aja ga ada di tempat kejadian”

”Sayang, tapi aku merasa gagal buat jagain kamu”

”Udah, gapapa sayang”

”Bill”

”Iyaa”

”Kamu mau kan, keluar dari rumah sakit, kita langsung nikah”

Bilqis termenung mendengarnya

‘Apa? Nikah? Ya allah apa yang telah ku perbuat?’

“Aku udah bilang ke orang tua aku, dan aku juga barusan udah bilang ke orang tua kamu, jadi apa yang kita tunggu lagi? Aku juga udah bisa membiayai kamu

”Tapi Bagass”

”Mau yaa” Ucap Bagas menatap sendu Bila

“Aku ga mau hubungan yang ga di sukai Allah terus kita jalani” Bila menatap Bagas dalam sampai akhirnya Bila mengangguk sendu

“Makasih sayang” Bagaspun memeluk erat tubuh Bila tanpa tahu jika Bilqis berusaha menahan nafasnya yang sesak.

“Bilqis, kamu nangis? Segitunya kamu terharu liat Bila sama Bagas mau nikah” Tiba-tiba saja Bilqis dikejutkan oleh suara mamanya, di samping mamanya ada seorang ibu-ibu yang masih jelas diingatannya, jika ibu-ibu itulah yang ia jumpai di bus

Bilqis berusaha tersenyum dan mengangguk

”Ohh, jadi ini saudari kembar Bila ya, cantik yaa”

“Makasih loh, anak aku emang cantik-cantik”

“Udah-udah, sampai kapan kalian mau berdri disini, ayo masuk. Calon mantu saya barusan sadar dari kritisnya loh”

Ucap seorang lagi yang berdiri di samping sang papa

“Ayah, Bila itu juga calon mantu Bunda lohh”

”Loh loh loh, anak aku ituu” Balas mama tidak mau kalah dan masuk ke ruang inap terlebih dahulu

“Ayo Bilqis” Ucap sang mama menarik tangan Bilqis diikuti oleh semua orang.

“Ma, Pa, Om, Tante, Bagas minta izin untuk mempersunting Bila”

“Kami sudah mendiskusikan ini dari jauh-jauh hari, jadi kapan kau mau menggenggam tangan saya di hadapan para saksi?” Balas papa yang di balas dengan sorakan

“Setelah Bila keluar saya akan segera mempersiapkannya om” Ucap se,ua orang tersenyum kecuali Bilqis yang berusaha menahan air matanya agar tidak keluar

‘Ma, Bilqis keluar dulu ya’ Dengan bahasa Isyarat Bilqis meminta izin kepada mamanya yang berada di sampingnya.. Bilqis kalah akan semunya. Bilqis kalah dari saudari kembarnya sendiri. Ternyata tuhan hanya ingin mempertemukannya dengan Bagas saja tapi enggan untuk menyatukannya. Inilah hidup, Bilqis harus terima alur yang dibuat tuhan, mungkin bukan sekarang ia bahagia, mungkin saja ia akan bahagia beberapa jam ke depan, beberapa hari ke depan ataupun beberapa bulan ke depan, tidak ada yang tahu, yang pasti ia yakin suatu saat ia pasti akan bahagia.

Tamat

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Bagus bet sumpah
Bagusss siiii bukan kaleng² ceritanyaaa
Rekomendasi dari Romantis
Novel
Gold
Habibie Ya Nour El Ain
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
cinta LANGIT dan BUMI
ayun trisnalia
Cerpen
Gadis Bisu Bercadar
Dhea Amanda
Novel
Bronze
Saudade
Gulla
Novel
Sang Muazin
Ani Kusnawati
Novel
Gold
TABLE FOR TWO
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
Tetangga Manisku
Aspasya
Novel
Bronze
My Dream With Sensei
Gita F.A Kenanga
Novel
Kembali Lagi
Bla
Novel
Another Cinderella Story
Mustika Nur Amalia
Novel
Epiphany
metanoia
Novel
Sebelum Titik
Kartini NRG
Cerpen
Bronze
D-DAY
Rama Sudeta A
Novel
Dreamelody
Nurul Fadilah
Novel
Gold
Caramel Macchiato
Bentang Pustaka
Rekomendasi
Cerpen
Gadis Bisu Bercadar
Dhea Amanda