Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Religi
Epilo Melodi Yang Menyentu Surga
3
Suka
34
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Di sebuah kota kecil, terdapat seorang anak bernama Epilo tumbuh dengan mimpi besar. Setiap Minggu, ia duduk di barisan depan gereja, terpesona oleh suara indah seorang pemimpin ibadah. Mata Epilo berbinar penuh kekaguman. "Aku ingin seperti dia," gumamnya dalam hati. Tekad itu terus tumbuh, menginspirasi Epilo untuk suatu hari menjadi pemimpin worship yang memuliakan Tuhan dengan nyanyiannya.

Namun, ketika Epilo mencoba bernyanyi di depan cermin, kenyataan tak seindah yang ia bayangkan. Suaranya terdengar sumbang, jauh dari harmoni. Tetapi, Epilo tak menyerah. Ia memohon kepada orang tuanya untuk mengikuti les vokal, meyakini bahwa latihan bisa mengubah segalanya. Orang tuanya, yang melihat kegigihan anak itu, akhirnya setuju meski sempat ragu karena keterbatasan finansial.

Guru vokal pertama Epilo adalah Lukas, pelatih terkenal di kota itu. Dengan sabar, Lukas melatih Epilo menggunakan teknik dasar. Ia mengajarkan bagaimana mengambil nada, menjaga tempo, dan mengontrol pernapasan. Namun, setelah beberapa bulan, Lukas mulai frustrasi. Epilo ternyata buta nada; ia tak bisa membedakan nada tinggi dan rendah. Di setiap latihan, Lukas merasa ada dinding yang sulit ditembus.

"Aku sudah mencoba segalanya, Epilo. Tetapi, kamu memang tidak punya dasar musikal," kata Lukas dengan berat hati. Ia terpaksa menyerah, meski sebenarnya ia ingin membantu lebih lama. Di sisi lain, orang tua Epilo tetap mendukung anaknya dengan menyemangati dan mendorongnya untuk mencoba lagi..

Kina, seorang penyanyi muda yang berbakat dan penuh semangat, menjadi guru kedua Epilo. Ia percaya bahwa semangat bisa mengalahkan kekurangan. Kina mencoba berbagai metode kreatif bernyanyi sambil bermain permainan nada, mendengar musik sambil menebak notasi, bahkan berlatih dengan alat bantu visual. Namun, setelah dua bulan, hasilnya tetap sama.

"Epilo," ujar Kina dengan lembut, "bakat memang bukan segalanya, tetapi dalam musik, ini penting. Aku takut aku tidak bisa membantumu lebih jauh." Kina merasa bersalah, tetapi ia harus jujur pada Epilo dan dirinya sendiri. Meski demikian, Kina tetap menyemangati Epilo untuk tidak menyerah pada mimpinya.

Kekecewaan demi kekecewaan tidak memadamkan semangat Epilo. Pada suatu Minggu pagi, setelah kebaktian, ia duduk sendiri di bangku paling depan. Matanya berkaca-kaca saat ia menunduk dan berdoa dengan penuh kerendahan hati.

"Tuhan," bisiknya pelan, "aku ingin memiliki suara yang indah, agar aku bisa memuliakan nama-Mu. Tolong bantu aku." Air matanya jatuh, mencerminkan betapa dalam keinginannya.

Tanpa disadari, Virela , salah satu pengurus gereja, melihat Epilo menangis. Ia menghampiri anak itu dengan lembut. "Epilo, kenapa kamu menangis?" tanyanya penuh perhatian.

Epilo menatap Virela dengan mata merah. Dengan suara gemetar, ia menjawab, "Aku ingin memiliki suara bagus. Cita-citaku menjadi pemimpin worship, tapi aku merasa suaraku tidak cukup baik."

Virela , yang ternyata adalah pelatih paduan suara gereja, tergerak oleh semangat dan ketulusan Epilo. "Kalau begitu, mulai besok, ikutlah latihan di gereja," ujar Virela sambil tersenyum.

Keesokan harinya, Epilo datang ke ruang latihan dengan antusias. Setelah mendengar Epilo bernyanyi, Virela menyadari bahwa anak ini memiliki banyak kekurangan dalam teknik dasar vokal. Namun, ia tidak ingin mematahkan semangat Epilo. Virela memisahkan Epilo dari anggota lain dan memberinya pelajaran khusus tiga kali seminggu, berharap semangat dan motivasinya akan membawa perubahan.

Beberapa bulan kemudian, gereja mengumumkan akan mengadakan retreat besar untuk merayakan hari Natal. Pemimpin ibadah meminta Virela untuk mempersiapkan dua lagu untuk ditampilkan pada acara Natal. Virela memilih anggota paduan suara yang paling berbakat untuk tampil, memilih satu singer dan dua belas backing vocal. Namun, setelah banyak pertimbangan, ia tidak memasukkan Epilo ke dalam daftar.

"Kuota terbatas, dan kamu masih baru. Tetapi aku percaya Tuhan punya waktu yang tepat untukmu," ujar Virela dengan lembut dan tenang, berusaha menenangkan Epilo.

Namun, di dalam hatinya, Epilo merasa sangat kecewa. Ia sadar bahwa suaranya masih jauh dari standar. Melihat teman-temannya bernyanyi dengan indah di atas panggung selama retreat, Epilo hanya bisa bertepuk tangan dari barisan penonton. Ia tersenyum melihat mereka, tetapi dalam hati, ia bertanya, "Apakah aku akan pernah mencapai panggung itu?"

Setelah acara selesai, Epilo tetap tinggal di gedung utama. Ia berlutut di depan panggung kosong, menangis sambil berdoa.

"Tuhan, aku hanya ingin memuliakan nama-Mu. Jika ini bukan jalan hidupku, tidak apa aku terima, aku dapat melayanimu dengan cara yang lain. Tetapi jika engkau mengizinkan, tolong bantu aku melalui perkembangan setiap latihan-latihan ku," bisiknya di tengah tangis.

Pada pukul satu dini hari, Epilo berdiri di depan panggung kosong. Ia memandangi panggung itu sambil membayangkan dirinya suatu hari berdiri di sana sebagai pemimpin worship. Dengan penuh harapan, ia mengenakan headset dan mulai bernyanyi. Ia menyanyikan lagu Goodness of God.

"All my life You have been faithful...

All my life You have been so, so good..."

Epilo memejamkan mata, membiarkan dirinya larut dalam lirik dan melodi. Tanpa sadar, suaranya yang sumbang terdengar oleh Virela.Virela langsung mengetahui suara kahas tersebut sambil mengelengkan kepala ia mengetahui bahwa Epilo sedang latihan bernyanyi.

Beberapa menit kemudian, saat Epilo mencapai lirik "With my life laid down, I'm surrendered now, I give You everything", suaranya tiba-tiba berubah. Suaranya terdengar indah, jernih, dan penuh penghayatan. Tidak hanya itu, terdengar suara harmoni lembut dari backing vocal yang merdu mengiringinya.

Virela , yang mendengar suara tersebut, segera menghampiri panggung. Ketika ia sampai di sana, bulu kuduknya meremang. Di belakang Epilo, ia melihat puluhan malaikat bersinar, mengiringi nyanyian anak itu dengan harmoni yang luar biasa. Virela merasakan atmosfer yang berbeda layaknya sebuah konser megah dan indah.

Cahaya lembut memancar dari setiap sudut ruangan, yang menciptakan suasana damai dan sakral. Malaikat-malaikat dengan cahaya bersinar lembut melayang-layang di sekeliling panggung, membentuk harmoni visual yang selaras dengan suara Epilo. Suasana begitu hening hingga hanya suara musik dan nyanyian yang terdengar dengan Epilo yang berdiri di tengah-tengah panggung.

Epilo sendiri tidak menyadari kehadiran malaikat-malaikat itu. Ia terus bernyanyi, melanjutkan dengan lagu O Praise the Name (Anástasis).

"O praise the Name of the Lord our God

O praise His Name forevermore..."

Virela menangis terharu. Ia sadar bahwa Epilo tidak hanya diberi suara yang indah, tetapi juga diberkati dengan kehadiran nyanyian malaikat surgawi. Beberapa jemaat yang mendengar nyanyian itu menikmatinya sambil memejamkan mata, merasa damai. Ada yang terbangun dan menghampiri aula, namun mereka tidak dapat melihat malaikat seperti yang dilihat Virela .

Ketika lagu selesai saat Epilo membuka mata, banyak jemaat yang berkumpul dibarengi dengan suara tepuktangan, terpesona oleh suara Epilo. Mereka bertanya, "Kenapa kamu tidak ikut paduan suara tadi?" Teman-teman paduan suara juga tidak mengira bahwa Epilo memiliki suara emas 

Virela memeluk Epilo dengan erat, air matanya mengalir. "Tuhan punya rencana luar biasa untukmu, Epilo," bisiknya.

Setelah malam itu, Epilo menjadi sorotan. Ia mulai diundang untuk bernyanyi di berbagai acara gereja, bahkan ke luar negeri untuk memuliakan Tuhan. Suara dan semangatnya menginspirasi banyak orang, membuktikan bahwa dengan iman dan usaha, Tuhan bisa melakukan mukjizat yang tak terduga.

Di setiap panggung, Epilo selalu mengakhiri dengan kata-kata, "Ini semua untuk kemuliaan Tuhan, yang setia mengabulkan doa seorang anak kecil yang hanya ingin memuliakan nama-Nya."

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Religi
Cerpen
Epilo Melodi Yang Menyentu Surga
go han
Novel
SATARUPA
Nawasena Afati
Novel
Gold
Aku Tak Sempurna
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Tasbih Ketika Bintang-bintang Terbenam
Fini Marjan
Flash
Bronze
Ada Anak Bertanya Pada Ibunya
Ari S. Effendy
Novel
Mahar Surah An-Nissa
Ahliya Mujahidin
Novel
SEPASANG SANDAL
Imroatul Mughafadoh
Novel
Gold
Jejak-Jejak Islam
Bentang Pustaka
Novel
Gold
Ali ibn Abi Thalib
Mizan Publishing
Novel
Gold
Memulihkan Sekolah Memulihkan Manusia
Noura Publishing
Novel
Bronze
Semiotika Cinta
N. HIDAYAH
Flash
Doa Pedagang Sepatu
Sulistiyo Suparno
Novel
Gold
Mimpi Sejuta Rupiah
Mizan Publishing
Novel
Rumah Kedua
Dede Yusuf Iskandar
Novel
Gold
Membela Islam, Membela Kemanusiaan
Mizan Publishing
Rekomendasi
Cerpen
Epilo Melodi Yang Menyentu Surga
go han
Cerpen
Sigod dan Rahasia Kebunnya, Ketika Tanaman Berbicara
go han
Cerpen
Elysera Surga yang Terkurung
go han