Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Fena merengkus saat melihat temannya, Selvie sewenangnya memperlakukan Gerry. Masakan Selvie tega sekali menyuruh-nyuruh Gerry untuk membeli makanan dari kantin? Ruang kelas 10A ke kantin juga tak terlalu jauh. Sepuluh menit juga sampai. “Vy, kenapa nggak lu aja yang pergi ke kantin? Lu punya kaki, kan?” protes Fena.
“Suka-suka gue; masalah buat lu?” tukas Selvie sengit, yang kontras sekali dengan wajah imutnya bak Barbie. “Tokh, Gerry sendiri yang nawarin mau beliin gue nasi uduk. Tuh orangnya datang; lu tanya sendiri aja.”
Pas sekali Gerry datang. Gerry cengar-cengir sendiri membawakan sepiring nasi uduk buat Selvie. Tak tampak di wajahnya kalau ia keberatan disuruh Selvie ke kantin buat beli sepiring nasi uduk.
“Ger, lu kenapa sih mau aja disuruh-suruh sama Ivy?” tanya Fena langsung pada Gerry (Catatan: Ivy merupakan panggilan Selvie). Ia memasang tampang sewot pada cowok berpipi tembem tapi jago basket.
Yang ditanya hanya mesem-mesem saja, lalu duduk di belakang persis Selvie. Sambil bertopang dagu, Fena merengut menatap dua sahabatnya sejak SMP saling bercakap-cakap seperti orang pacaran saja. Yah seperti orang pacaran, setidaknya itulah kesan yang ditangkap Fena. Kesan itu bikin Fena dongkol.
“Ger, kita main basket, yuk?!” ajak Fena dengan niat dalam hatinya untuk menghentikan kemesraan semu antara Gerry dan Selvie.
“Ngapain sih? Bentar lagi juga mau masuk kelas, kan?” kata Selvie sinis.
“Tuh denger kata Selvie. Bentar l...