Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Horor
Bronze
Elara
0
Suka
110
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Langit sore di pinggiran kota itu berwarna keemasan, seakan matahari sedang berusaha memberi salam terakhir sebelum menghilang di balik bukit rendah. Jalanan menuju Panti Jompo “Senja Abadi” sepi, hanya sesekali terdengar suara burung murai dan deru sepeda motor dari kejauhan. Di ujung jalan beraspal yang mulai retak-retak, berdirilah bangunan tua tiga lantai berwarna krem pucat, dengan jendela-jendela besar yang tirainya selalu setengah tertutup. Papan nama di gerbang besinya sudah mulai pudar catnya, tapi tulisan “Senja Abadi” masih terbaca jelas.

Elara berdiri di depan gerbang itu. Angin sore meniup pelan rambut hitamnya yang panjang, tergerai di bahu. Seragam putih yang ia kenakan tampak rapi, tanpa satu pun lipatan yang salah. Di tangannya, ia membawa tas jinjing hitam berisi dokumen dan beberapa alat medis pribadi. Di wajahnya, senyum hangat terukir — senyum yang bisa membuat siapa pun merasa nyaman hanya dalam hitungan detik.

Senyum itu adalah senjata.

Ia melangkah masuk dengan langkah ringan, seolah-olah tempat ini sudah menjadi rumahnya. Aroma khas panti langsung menyambutnya: campuran antiseptik, kapur barus, dan samar-samar bau obat-obatan. Lantai keramik putih memantulkan cahaya lampu neon yang agak redup. Lorong utama membentang lurus, dengan pintu-pintu kamar di kanan dan kiri. Setiap pintu memiliki papan kecil bertuliskan nama penghuni.

Seorang wanita paruh baya berseragam biru muda menyambutnya di meja resepsionis. “Oh, ini pasti perawat baru itu ya?” suaranya ramah, tapi matanya sedikit lelah.

Elara mengangguk, memperkenalkan diri, “Ya, saya Elara. Mulai hari ini saya akan membantu di sini.”

Wanita itu tersenyum tipis. “Saya Bu Ratna, kepala perawat di Senja Abadi. Nanti saya kenalkan ke semua orang.” Ia memandang Elara dari ujung kaki sampai ujung rambut, seolah menilai kemampuan hanya dari penampilan. “Kamu kelihatan cekatan. Semoga betah, ya. Di sini kerjanya nggak mudah, tapi kalau hati kita ada di tempat yang benar, semua bisa dilewati.”

Elara tersenyum lagi. “Tentu saja, Bu.”

Namun, jauh di balik senyum itu, pikirannya dingin, terukur. Hati di tempat yang benar? Ia hampir tertawa. Dalam pengalamannya, orang-orang yang terlalu percaya pada niat baik sering kali menjadi mangsa termudah.

Bu Ratna mengajak Elara berkeliling. Mereka melewati ruang makan — ruangan besar dengan meja panjang dan kursi-kursi yang sebagian sudah usang. Beberapa penghuni duduk di sana, mengobrol pelan atau sekadar menatap kosong ke jendela. Ada yang tersenyum melihat Elara, ada pula yang tidak bereaksi sama sekali.

“Yang di pojok itu, Pak Surya. Usianya 84 tahun, dulunya guru matematika,” jelas Bu Ratna sambil menunjuk seorang pria tua kurus dengan kacamata tebal. “Dia suka bercerita, tapi kadang topiknya meloncat-loncat. Kalau di sebelahnya itu, Bu Rini, penyuka tanaman, tapi sejak stroke tahun lalu, jarang mau keluar kamar.”

Elara mencatat semua nama dan kebi...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp13.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Horor
Cerpen
Bronze
Elara
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
TANPA BAYANGAN
Fiony Asmaya Jutri
Komik
Bronze
Medical Horror
Qonita Nur Qolby
Flash
Gentayangan
Afri Meldam
Cerpen
Bronze
Teka Teki Pembunuh Misterius
Saputra
Novel
Bronze
Kabar Tentang Kematian
Iena_Mansur
Flash
Kepala di Bawah Tempat Tidur
Allamanda Cathartica
Novel
Bronze
Pedalaman Gumantra
Randy Arya
Flash
Ghostwriter
Retno Utama
Cerpen
Bronze
Pulung Gantung & Penghuni Gaib Toilet Sekolah
Sri Wintala Achmad
Cerpen
Pengajian
Amelia Purnomo
Cerpen
Penumpang Tak Diundang
adinda pratiwi
Cerpen
Bayangan di Balik Jendela
ASEP SAEPULOH
Flash
Bronze
Di Tepi Kawah Saweri
Anjrah Lelono Broto
Novel
Lantai 4 (End)
Faizal Ablansah Anandita, dr
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Elara
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kaca Retak
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Pelaku
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Senandung Lukisan
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Putih
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Cermin Kegelapan
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Aroma Kopi Di Bangunan Tua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Arga
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Maut Di Kapal Tua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kuncup Bunga Ungu
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Tak Ada Percaya Pada Ku
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kereta Cepat Whoosh
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bidan Sofia
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Arah Kompas
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kutukan Ranjang Antik
Christian Shonda Benyamin