Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Drama
Dzulqornain & Angin Sejuk
0
Suka
684
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

 

Angin menghembuskan rasa sejuk, rambutmu terburai indah di depan mataku. Di jantung kota ini kau menjelma sosok yang pernah aku cintai. Namun, sekarang aku tak ingin lagi jatuh terperosok ke dalam matamu, apalagi hatimu. Aku telah menemukan cara terbaik agar terbebas darimu. Akan ku patahkan omongan-omongan orang itu, bahwa aku tidak bisa melupakanmu. Aku akan bisa dan tentu pasti bisa kau keluar dari ingatanku!

Aku terus berjalan meski aku tahu bahwa kau berada tak jauh dari tempatku berdiri saat ini, -memang kenangan-kenangan adalah hal yang paling sulit untuk kita tinggalkan sebentar. Kenangan-kenangan akan selalau ikut dan hidup dalam detak dan hembus nafas ini. Jarang ada yang berani untuk menguncinya di laci rumahnya. Kecuali mereka-mereka yang telah mati hatinya.- Dan aku terus berjalan menuju benteng di dekat jantung kota itu. Benteng yang megah, tempat sejarah diukir dan diperlihatkan kepada anak-cucu pejuang. Apakah cinta perlu seperti benteng, yang gagah berdiri yang kini telah menjadi bukti bahwa dahulu pernah ada sebuah gejolak perjuangan, apakah perlu seperti itu

Kepada angin yang menghembus dan mengalunkan pelan rambutmu, aku berseru...

“Tolong jagalah dia... meski aku tidak lagi mencintainya. Tetapi dulu aku pernah mencintainya dengan baik dan mesra.”

“Kau tak perlu lagi mengucapkan seperti ini”. Jawab Angin.

“Tak mengapa, bagiku ia adalah sebab aku dapat melihat cinta yang lebih bijak.”

Angin hanya diam dan menjalankan permintaanku itu.

Aku terus melangkahkan kakiku menyusuri setiap jengkal benteng yang megah ini. Benteng yang pernah menjadi saksi kejayaan penjajah di negeri ini. Lalu ketika aku memasuki sebuah lorong aku bertemu seorang tua yang memegang tongkat ditangannya, orang tua itu menyapaku lalu ketika aku hendak melenggang pergi orang tua itu tiba-tiba berkata.

“Di suatu masa yang tak pernah bisa aku jelajahi, hanya bisa aku pahami lewat cerita-ceria yang dituturkan oleh orang tua. Ada sebuah zaman yang sangat megah bangunan-bangunannya. Konon di zaman itu, manusia dan jin bisa saling bahu-membahu dalam kehidupan, mereka bisa hidup berdampingan satu sama lain dengan tenang dan rukun. Mereka mendirikan tempat tinggal yang terbuat dari tembaga, besi, dan emas. Bangunan yang mereka buat bersama-sama itu sangatlah megah, tak ada yang mampu menembus dan menghancurkan, sebab jin-jin telah melindungi bangunan yang mereka dirikan dengan doa-doa mujarabnya.

Kehidupan yang tenang dan rukun itu brelangsung berabad-abad. Negeri tersebut dipimpin oleh Raja Dzulqornain. Ia didaku menjadi raja setelah pamannya wafat di padang pasir gurun sahara, ketika mengantarkan istrinya untuk meminum air fatamorgana. Maka setelah jasadnya di makamkan, Dzulqornain di depan pusara pamannya diangkat menjadi raja untuk sepanjang usinya. Waktu itu usianya baru 21 tahun. Usia yang muda dan harus direlakan untuk memenuhi takdir yang telah tergaris. Dzulqornain muda pada awalnya juga tidak siap dan gagap. Tetapi ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia bisa dan ia akan menjadi raja yang dapat membangkitkan bangsanya kembali. Setelah kepemimpinan Raja Dzulqornain berlangsung lima tahun, masyarakat sangat merasakan dampak yang begitu besar. Mereka merasakan ada perubahan yang terjadi sangat signifikan setelah Raja Dzulqornain bertahta. Masyarakat sangat berbahagia ketika Raja Dzulqornain melewati pasar di sela-sela kunjungan negaranya ke suatu daerah terpencil. Saat sedang bertemu rakyatnya Raja Dzulqornain suka bagi-bagi cokelat, Raja Dzulqornain membagikan cokelat yang ia bawa kepada rakyatnya dengan melempar-lempar cokelat itu. Rakyat yang telah menunggu dan berebutan merasa senang mendapatkan cokelat yang diberikan oleh raja yang selalu membela rakyatnya. Selain bagi-bagi cokelat terkadang Raja Dzulqornain juga bagi-bagi sepeda, ada sepeda lipat, sepada gunung, sepada motor, ada juga sepeda listrik. Di daerah yang masih miskin dan jalannya rusak, Raja Dzulqornain tak pernah pelit, rakyatnya yang berada di daerah tersebut dikasih sertifikat tanah secara gratis, meski terkadang tanahnya masih sengketa dan sewaktu-waktu bisa diambil raja. Tapi itu tak pernah diketahui oleh rakyatnya. Jadi tenang saja.”

Orang tua itu diam sebentar, lalu menarik nafas dan menghembuskannya pelan-pelan. Kemudian ia menyambung kembali ceritanya, aku hanya diam mendengarkan lanjutan ceritanya yang menurutku belum sampai kepada intinya.

“Bagi rakyatnya yang hidup di desa, Raja Dzulqornain adalah penyelamat, dan bagi rakyatnya yang ada di kota Raja Dzulqornain adalah pimpinan agung, mereka semua memuja dan memuji raja tersebut di dunia nyata maupun dunia doa.”

“Hampir seluruh rakyat Raja Dzulqornain sangat menyanjung-nyanjung rajanya, merka seakan lupa bahwa ia adalah manusia biasa, yang tentu sewaktu-waktu dapat melakukan kesalahan dan dibenci. Namun, itu semua mereka lenakan dan terus menerus menyanjung-nyanjungkan Raja Dzulqornain, sebab menurut rakyat, Raja Dzulqornain adalah raja yang merakyat dan sangat disayangi oleh rakyatnya”

Aku menatap tajam ke arah wajah orang tua itu, dari sorot matanya terlihat ada sebuah perasaan sedih yang mendalam, entah apakah yang sedang ia rasakan. Udara di sekita kami tiba-tiba terasa dingin, aku tiba-tiba ikut merasakan kesedihan yang terpampang di wajah orang tua itu. Orang tua itu kemudian bercerita lagi, setelah ia bisa mengatur hatinya yang dirundung kesedihan itu.

“Raja Dzulqornain, dan pasukannya, setiap hari Jumat selalu melakukan perjalanan ke pasar, ke gang-gang sempit rumah rakyatnya, ia selalu melakukan blusukan, untuk mengawasi hati rakyatnya, apakah masih menyanjung-nyaung ia atau tidak. Dalam blusukannya itu, ia selalu melakukan hal-hal yang di luar kode etik seorang pemimpin. Pernah suatu hari ia tiba-tiba turun ke sebuah parit yang di sana sedang tersumbat oleh sampah. Raja Dzulqornain tiba-tiba ikut turun dan memunguti sampah tersebut, hal ini dilihat oleh rakyatnya yang sedang ikut memebersihkan sampah tersebut. rakyatnyapun kagum akan kegiatan yang dilakukan oleh Raja Dzulqornain. Meraka menganggap Raja Dzulqornain sangatlah berbeda, memiliki sifat welas asih kepada rakyatnya serta bekerja tanpa pamrih dengan segala yang ia miliki.”

“Mengapa ia bisa terlihat seperti itu kek?” Tanyaku menyelidik.

“Ya memang begitulah watak pemimpin, ia selalu memperlihatkan kebaikannya di hadapan yang ia pimpin, perangai-perangai jahatnya ia tutupi dengan sikap welas asih yang diperbuat. Selain agar dirinya seakan mengayomi rakyatnya, itu memanglah watak dari seorang pemimpin. Kau harus tau itu!”

Kau hanya terdiam takzim. Namun kau masih belum puas, kau melemparkan satu pertanyaan lagi kepada orang tua itu.

“Lalu bagaimana kek, caranya agar kita tidak dibohongi oleh tipu muslihat kebaikan seorang pemimpin?”

“Di zaman Raja Dzulqornain itu, ada sebuah keajaiban yang entah siapa peminta keajaiban itu. Di negara yang dipimpin oleh raja Dzuqornian itu, tiba-tiba di suatu harinya, terdapat angin sejuk. Lewat angin sejuk itu semua pikiran-pikiran rakyat dan pengikut raja Dzulqornian dibersihkan. Pikiran mereka disucikan lewat hembusan lembut angin sejuk itu. Pikiran meraka menjadi lebih terbuka dan sudut pandang dari pikiran mereka lebih luas, sehingga pada tahun kedua puluh kepemimpinan Raja Dzulqornain, rakyat Raja Dzulqornain mulai tersadar, mereka yang semula memuja-muja kini lebih kritis dan berani untuk mengkritik dengan kritikan yang pedas. Kini kesalehan dan kebaikan yang dimiliki oleh Raja Dzulqornain di mata rakyatnya seakan hilang dan tergantikan oleh kebencian dan keculasan yang kini telah mereka rasakan perlahan-lahan.”

“Rakyat Raja Dzulqornain mulai membangkang, mulai melakukan usaha pelengseran Raja Dzulqornain. Rakyat merasa tak puas, sebab kini semua harga bahan pangan naik tinggi, biaya pendidikan juga melejit tinggi, fasilitas pendidikan sangat merosot, rakyat miskin sekarang tambah sengsara, para pejabat pemerintahan suka pamer dan foya-foya. Demo terjadi berhari-hari, para pendemo diamankan, meski sebetulnya mereka tak benar-benar aman, justru mereka babak belur dan ada yang hilang tak pernah lagi kembali. Entah dibunuh dan dibuang di mana, tak ada yang berani menangkap pelakunya dan mengadili siapa pelakunya. Kini rakyat merasa gelisah, akibat terlena oleh tipu muslihat sifat rajanya. Dari angin sejuk itu mereka kini tahu, bahwa penampilan tak harus dipuja dan dipuji seberlebihan itu, sebab hati manusia tak ada yang tahu kebrengsekan dan kesuciannya sebening apa. Kini rakyat hanya bisa mengkritik saja, sebab mereka tak memiliki daya untuk melawan.”

“Di tahun berikutnya, saat raja Dzulqornain melakuakn kunjungan ke sebuah daerah. Ada seorang anak kecil yang tiba-tiba lari ke arahnya sambil mengepalkan tangan, anak itu berteriak lantang, ‘merdekaaaaa!!!’ dari kepalan anak kecil itu menghembus halus angin sejuk yang kemudian masuk ke dalam pernafasan Raja Dzulqornain, Raja Dzulqornain tiba-tiba tertawa-tawa, dan kemudian terjatuh tewas di tempat! Rakyat yang berada di derah itu merasa kaget dengan kejadian ambruk dan tewasnya Raja Dzulqornain, tetapi angin sejuk itu hadir kembali dan meredakan kecamuk dan kebingunan yang melanda daerah kunjunganan Raja Dzulqornain. Di tengah keheningan, tiba-tiba terdengar suara dari angin sejuk itu, “Bahwa segala yang batil akan sirna, dan segala yang haq akan tetap ada!”.

Setelah menceritakan sampai di kalimat itu, tiba-tiba tubuh orang tua dihapanku ambruk dan lemas, aku membopongnya keluar benteng. Di luar benteng kemudian tim medis datang dan saat dicek tubuh orang tua itu sudah tak bernyawa. Mungkin saja ia terkena angin sejuk yang masih tersisa di dalam ceritanya itu.

Aku kemudian kembali berjalan, meneruskan pelesiranku di benteng ini, tidak terasa saat hampir keluar pintu benteng, senja telah menunggu di cakrawala horison langit, kau memandang ke arah senja, kemudian mengguman pelan.

“Angin sejuk yang telah menumpaskan kebatilan hidup, tolong sirnakan kerak-kerak keangananku akan dirinya.”

Senja menjawab “Tenang saja, tenang saja anak muda. Aku akan kabarkan ke angin sejuk, dan angin sejuk sebentar lagi akan membereskannya.”

Mendengar balasan itu kau kemudian senang dan berjoget-joget kegirangan. (Bersambung)


Hangbien

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Skrip Film
Adinda dan Warisan Bapak
Syifa Maulida Hajiri
Skrip Film
Cerita Tentang Rasa
Embun RA
Cerpen
Dzulqornain & Angin Sejuk
Yanbian
Komik
Your Pierrot
Meira Eve
Flash
Unpopular Opinion
SUWANDY
Novel
Musyafir Cinta
Minah Harnoto
Cerpen
Senyuman Terakhir Sang Kepala Keluarga
Amanda Chrysilla
Flash
Semua Untuk Yasmin
Hanachan
Skrip Film
Cinta Kasih
Novia Br Sipakkar
Flash
MANDUL
Embart nugroho
Novel
Hujan di Tanah Utara
Irvinia Margaretha Nauli
Novel
Dark Side
Intan Nur Syaefullah
Komik
I'm Not Perfect
Kim Jong Hoon
Novel
Bronze
When You Believe
Mell Shaliha
Flash
Bersama Ayah di Masa Depan
Handi Yawan
Rekomendasi
Cerpen
Dzulqornain & Angin Sejuk
Yanbian
Cerpen
Bronze
Dzulqornain & Angin Sejuk
Yanbian